Konsepsi IBD dalam Agama, Filsafat dan Keindahan

BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
Melatarbelakangi tentang semua keindahan, membuat saya semakin mempercayai bahwa yang ada di dunia ini indah. Indah dengan pandangan yang berbeda, dengan bentuk yang berbeda, dengan rasa yang berbeda. Agama pun mengikuti keindahan tersebut, terlebih filsafat.

2.      RUMUSAN MASALAH
a.       Apa yang dimaksud dengan konsep agama, filsafat, dan keindahan ?
b.      Bagaimana hubungan antara konsep agama, filsafat, dan keindahan dengan kehidupan manusia ?




BAB II
PEMBAHASAN
1.      KEINDAHAN
Keindahan berasal dari kata indah , artinya bagus, permai, cantik,molek,dan sebagainya. Benda yang memiliki sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun  tidak semua hasil seni indah), pemandangan, manusia, rumah, suara, warna dan sebagai nya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas sesuai dengan keragaman manusia dan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya.

Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, begitu juga sebalik nya. Keduanya memiliki nilai yang sama , yaitu abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah, yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah.oleh karena itu, lukisan monalisa tidak indah, karena dasar nya tidak benar. Keindahan bersifat universal, artinya tidak  terikat  oleh selera perorangan,waktu dan tempat, mode, kedaerahan atau lokal.

A.     Apakah keindahan itu?
Berbicara tentang keindahan, pada zaman Yunani Kuno pada abad ke -18. Pada saat itu pengertian keindahan sudah di pelajari oleh para filsuf. Menurut The Liang Gie dalam bukunya Garis Besar Estetik (filsafat keindahan) keindahan itu berasal dari bahasa inggris, yaitu terjemahan dengan kata beautiful, bahasa Perancis yaitu Beau, Italia dan Spanyol yaitu Bello. Kata-kata itu berasal dari bahasa latin bellum. Akhir katanya adalah bonum yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi bonellum dan terakhir dindekkan sehingga menjadi bellum.

Menurut cakupannya harus di bedakan antara keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk membedakan ini dalam bahasa inggris sering di gunakan istilah beauty (keindahan) dan the beautiful (benda atau hal yang indah). Dalam pembahasan filsafat, kedua pengertian itu kadang-kadang di campur adukkan.

Selain itu menurut luasnya di bedakan pengertian:
1.      Keindahan dalam arti luas The Liang Gie menjelaskan bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Plato menyebutnya sebagai watak yang indah dan hokum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan. Platonius menyebutkan ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang Yunani berbicara pula mengenai buah pemikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Mereka juga mengenal pengertian keindahan dalam arti stetik yang di sebutnya symmetria untuk keindahan berdasarkan penglihatan, missal nya, pada seni pahat yaitu arsitektur dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (music). Jadi pengertian seluas-luas nya meliputi:
a.       Keindahan seni
b.      Keindahan alam
c.       Keindahan moral
d.      Keindahan intelektual.

2.      Keindahan dalam arti estetika murni menyangkut pengalaman estetika seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang di serap nya.
3.      Keindahan dalam arti yang terbatas mempunyai arti yang lebih di sempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat di serap oleh penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna.

Jadi, keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualitas yang paling sering di sebut adalah kesatuan, keseimbangan, dan kebalikan.

Dari ciri itu dapat di ambil kesimpulan bahwa keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah sekumpulan hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu.

Filosof seni dewasa ini merumuskan keindahan sebagai kesatuan hubungan yang ada di antara pencerapan-pencerapan inderawi kita. Sebagian filosofi lain menghubungkan pengertian keindahan dengan ide kesenangan (pleasure), yang merupakan sesuatu yang menyenangkan terhadap penglihatan maupun pendengaran. Filosof abad pertengahan Thomas Aquinos (1225 – 1274) mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bila di lihat (id qoud visum placet).

B.     Nilai Estetik
The Liang Gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan di anggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan di sebut nilai estetik.  

Masalah sekarang ialah apakah nilai estetik itu? Dalam bidang filsafat, istilah nilai sering di pakai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness).

Dalam Dictionary of Sociology and Related Science di berikan rumusan tentang nilai sebagai berikut:
Kemampuan yang di anggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia;sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok.
Hal itu berarti bahwa nilai dalah semata-mata realita psikologi yang harus di bedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu dianggap ada pada suatu benda bila terbukti kebenarannya.
Ada yang membedakan antara nilai subjektif dan objektif, atau ada yang membedakan nilai perseorangan dan nilai kemasyarakatan. Akan tetapi, penggolongan yang penting ialah nilai ekstrinsik dan instrinsik.

Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk hal lainnya, yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau pembantu. Nilai instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai tujuan apapun demi kepentingan benda tersebut.

C.     Mengapa Manusia Menciptakan Keindahan?
Keindahan itu pada dasarnya adalah alamiah.sedangkan alam adalah ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan adalah ciptaan Tuhan. Alamiah memiliki arti wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang. Kalau wanita dalam lukisan lebih cantik daripada keadaan sebenarnya, justru tidak indah. Bila ada pemain drama yang berlebih-lebihan, misalnya marah yang meluap-luap untuk masalah kecil, atau kehilangan barang yang tak berharga kemudian menangis meraung-raung, itu berarti tidak alamiah.[1]


2.      RENUNGAN
Renungan berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Kadar renungan setiap orang berbeda, tergantung dengan subject dan object renungan.

Setiap kegiatan untuk merenung atau mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah di miliki di sebut berfilsafat. Akan tetapi tidak semua orang mampu berfikir kefilsafatan. Pemikir kefilsafatan mendasarkan diri kepada penalaran.yaitu proses berfikir yang logis dan analtis. Berfikir merupakan kegiatan untuk menyusun pengetahuan yang benar. Berfikir logis menunjuk pola berfikir secara luas. Kegiatan berfikir dapat di sebut logis di tinjau dari suatu logika tertentu. Dengan demikian, kemungkinan suatu pemikiran yang logis akan menjadi tidak logis bila di tinjau dari sudut logika yang lain.

Penalaran merupakan kegiatan berfikir yang juga menyandarkan diri pada suatu analisis. Analisis adalah kegiatan berfikir berdasarkan langkah-langkah tertentu sehingga pengetahuan yang di peroleh di sebut pengetahuan tidak langsung. Pemikiran ilmiah (keilmuan) dan pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri kepada logika analitis. Hanya saja pemikiran kefilsafatan mempunyai karakteristik sendiri yang berbeda dengan karakter keilmuan.

Pemikiran kefilsafatan mempunyai 3 macam cirri, yaitu;
a.       Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas, bukan hanya di tinjau dari sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dan ilmu-ilmu lain, hubungan dengan moral, seni dan tujuan hidup.
b.      Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental (keluar dari gejala) sehingga dapat di jadikan dasar berpijak bagi segenpa bidang keilmuan.
c.       Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang dapat di jadikan dasar pemikiran selanjutnya hasil pemikirannya selalu di maksudkan sebagai dasar untuk menjelajahi wilayah pengetahuan yang baru.

Cabang filsafat yang paling umum, mendasar dan kritik spekulatif, adalah metafisika. Renungan berhubungan dengan keindahan. Seni lahir dari renungan, tanpa di renungkan hasil seni tidak akan mencapai keindahan.

 Renungan yang berhubungan dengan keindahan atau penciptaan keindahan di dasarkan atas tiga macam teori, yaitu teori pengungkapan, teori metafisika, dan teori psikologis. Setiap teori itu memiliki tokoh. Dalam teori pengungkapan Benedetto Croce, mengatakan bahwa seni adalah pengungkapan kesan-kesan.

Dalam teori metafisik, Plato mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi. Sebagai realita ilahi, karya seni yang di buat manusia hanyalah merupakan nimenis (tiruan) dari bawah sadar seorang seniman. Adapun karya seninya merupakan bentuk berselubung yang di wujudkan dari keinginan-keinginan itu.

Teori permainan, yang masih tergolong teori psikologik, di pelopori Friedrick Schiller dan Herbert Spencer. Schiller menyatakan bahwa asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse).

Keats berpendapat bahwa jika seniman pada waktu merenung dalam rangka menciptakan seni, selalu di liputi ragu-ragu, takut, ketidaktentuan, pesimistis, (negative capability). Justru seniman yang tidak memiliki kemampuan negatif tidak mampu menciptakan keindahan. Hal ini karena kemampuan negative ini identik dengan proses  mencari keindahan karena yang bersangkutan merasa belum puas atas keindahan yang telah di ciptakan. Pengertian yang dekat dengan kemampuan ialah intensitas. Kekurangan intensitas ini erat hubungan nya dengan ketidak beresan imajinasi yang berarti seniman tersebut tidak akan dapat menciptakan keindahan.

3.      KESERASIAN
Keserasian berasal dari kata serasi, dengan kata dasarnya adalah rasi yang artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok, mengandung pengertian perpaduan, ukuran, dan seimbang. Perpaduan misalnya, otrang yang berpakaian serasi antara kulit dan warna pakaiannya. Orang hitam memakai warna hijau pasti akan terlihat lebih hitam, warna hijau pantas dipakai orang berkulit kuning.

karena itu, sebagian ahli fikir berpendapat bahwa keindahan ialah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualita yang paling sering disebut kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmery), keseimbangan (balance), dan perlawanan atau pertentangan (contrast).

Pendapat lain mengatakan bahwa pengalaman estetik merupakan suatu keselarasan dinamik sdan perenungan yang menyenangkan. Dalam keselarasan itu seseorang memiliki perasaan tenang dan mempunyai cita rasa yang baik dan merasa hidupnya berada di tengah-tengah kesempurnaan yang menyenangkan hati dan ingin memperpanjangnya.
Dalam mencipta seni, ada dua teori, yakni teori objektif dan teori subjektif. Teori subjektif menyatakan bahwa keindahan adalah terciptanya nilai-nilai estetik yang merupakan kualitas yang melekat pada benda itu.

Dalam perimbangan sebagai cabang teori objektif, dinyatakan bahwa keindahan merupakan suatu kualita dari benda. Contohnya ialah bangunan arsitektur yunani kuno yang bagian atap bersusun dan di topang tiang-tiang besar dengan ukuran seimbang, sehingga tampak harmonis dan serasi. Atap yang bersusun itu, tercipta dari hubungan bagian yang berimbang berdasarkan perbandingan angka-angka.

Keserasian tidak ada hubungan dengan kemewahan. Sebab keserasian merupakan perpaduan antara warna, bentuk dan ukuran. Keserasian merupakan pertentangan antara nada-nada, tinggi-rendah, keras-lembut, dan panjang pendek. Kadang-kadang kemewahan bias menunjang keserasian, tetapi hal itu tidak selalu terjadi.

4.      KEHALUSAN
Kehalusan berasal dari kata halus, artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), beradab.  Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus, sopan, dan beradab. Halus bagi manusia adalah sikap lembut dalam menghadapi orang lain. Lembut dalam kata-kata, roman muka, maupun sikap anggota badan lainnya.

Lawannya adalah sikap kasar atau emosional, sombong, kaku, atau bermusuhan.
Sikap halus merupakan gambaran hati yang tulus serta cinta kasih terhadap sesama. Juga meruapakan perwujudan dari sifat-sifat ramah, sopan, sederhana dalam pergaulan.
Kehalusan atau kekasaran dapat terlihat dari roman muka, gerak laku, tutur bahasa. Anggota badan yang melahirkan sikap kehalusan itu ialah kaki, tangan, kepala, mulut, bibir mata, dan bahu.

Bagian rohaniah yang melahirkan sikap ialah kemauan, perasaan, dan pemikiran (karsa, rasa dan cipta). Cipta rasa dan karsa itu membuat orang bergerak, karena itu ketiga nya di sebut trias dinamik.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keindahan berasal dari kata indah , artinya bagus, permai, cantik,molek,dan sebagainya. Benda yang memiliki sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun  tidak semua hasil seni indah), pemandangan, manusia, rumah, suara, warna dan sebagai nya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas sesuai dengan keragaman manusia dan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya.

Renungan berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Kadar renungan setiap orang berbeda, tergantung dengan subjek dan objek renungan.

Keserasian berasal dari kata serasi, dengan kata dasarnya adalah rasi yang artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok, mengandung pengertian perpaduan, ukuran, dan seimbang. Perpaduan misalnya, otrang yang berpakaian serasi antara kulit dan warna pakaiannya. Orang hitam memakai warna hijau pasti akan terlihat lebih hitam, warna hijau pantas dipakai orang berkulit kuning.

Kehalusan berasal dari kata halus, artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), beradab.  Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus, sopan, dan beradab. Halus bagi manusia adalah sikap lembut dalam menghadapi orang lain. Lembut dalam kata-kata, roman muka, maupun sikap anggota badan lainnya.



DAFTAR PUSTAKA

Mawardi, Nur hidayati, IAD ISD IBD, pustaka setia, Bandung, 2004
[1] Drs. Suryadi MP, Buku Materi Pokok IBD, Depdikbud, 1984, hlm 5


Konsepsi IBD Dalam Agama, Fislafat DAN Keindahan

Tag : IAD IBD ISD
0 Komentar untuk "Konsepsi IBD dalam Agama, Filsafat dan Keindahan"

Back To Top