Kepemimpinan dalam Organisasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara mempengaruhi kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang.

Tugas kepemimpinan, leadership function, meliputi dua bidang utama,pekerjaan yang harus diselesaikan dan kekompakan orang yang dipimpinannya. Tugas yang berhubungan dengan pekerjaan disebut task function. Tugas yang berhubungan dengan pekerjaan perlu agar pekerjaan kelompok dapat diselesaikan dan kelompok mencapai tujuannya. Tugas yang berhubungan dengan kekompakan kelompok dibutuhkan agar hubungan antar orang yang bekerjasama menyelesaikan kerja itu lancar dan enak jalannya, seperti yang dijelaskan dalam pembahasan selanjutnya.

B. RUMUSAN MASALAH
a) Bagaimana definisi kepemimpinan ?
b) Bagaimana teori pendekatan kepemimpinan ?
c) Bagaimana model kepemimpinan ?
d) Apa syarat-syarat untuk menjadi seorang pemimpin?
e) Bagaimana sifat seorang pemimpin?
f) Apa tiap seorang seorang pemimpin?
g) Apa asas – asas kepemimpinan?



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal  dari kata “pimpin“ yang memuat dua hal pokok yaitu: pemimpin sebagai subjek , dan yang “dipimpin“ sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur,menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan kepemimpinan nya.

Kepemimpinan menurut Surat Keputusan Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 27/KEP/1972 dalam Usman ( 2006 : 280 ) ialah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaaan. Kepemimpinan menurut Surat Keputusan Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 02/SE/1980 ialah kemampuan seorang pegawai negeri sipil untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara optimal. Pendapat lain juga disampaikan oleh Terry dan Rue ( 1985 )dalam Usman ( 2006 :  280 ) bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seorang pemimpin, memengaruhi orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas yang diinginkan.

Kepemimpinan dalam Organisasi

Kepemimpinan juga memiliki pandangan yang berbeda – beda oleh para ahli, sehingga mereka pun memberikan definisi tentang kepemimpinan berbeda pula, adapun pendapat para ahli mengenai definisi kepemimpinan seperti di kutip menurut Usman ( 2006 : 280 ) yaitu :
1.         Overton (  2002  ) menjelaskan : Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memperoleh tindakan dengan dan melalui orang lain dengan kepercayaan dan kerjasama.
2.         James M. Black ( 1961 ), Kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya bekerjasama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan tertentu.
3.         James Lipham , Kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan – tujuan dan sasaran organisasi atau untuk mengubah tujuan – tujuan dan sasaran organisasi.
4.         Ralph M. Stogdill , Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan – kegiatan suatu kelompok yang di organisasi menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan.
5.         George R. Terry  ( 1972 ) , Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin , mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin.
6.         MC. Farland ( 1978 ) , Kepemimpinan adalah proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberikan perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan.

Berdasarkan pengertian kepemimpinan yang ada dapat diberikan suatu pendapat, yaitu Kepemimpinan adalah kemampuan yang ada dalam diri seseorang baik secara alamiah atau melalui suatu pendidikan untuk mempengaruhi orang lain baik individu maupun kelompok dalam suatu organisasi dalam situasi tertentu sehingga dengan sukarela anggota organisasi melakukan tujuan yang hendak dicapai.

Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan staf sekolah agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.

B.     Teori Pendekatan
1. Teori Pendekatan berdasarkan sifat kepemimpinan
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat – sifat, ciri - ciri yang dimiliki oleh seorang pemimpin itu sendiri. Atas dasar pemikiran tersebut timbul sebuah anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri – ciri di dalamnya.

Banyak ahli yang telah berusaha meneliti dan mengemukakan pendapatnya mengenai sifat – sifat baik manakah yang diperlukan bagi seorang pemimpin agar dapat sukses dalam kepemimpinannya. Thierauf dan kawan – kawan mengemukakan 16 sifat kepemimpinan yang baik, yaitu : Kecerdasan , Inisiatif, Bersemangat ( enthusiasme ), Optimisme, Individualisme, Keberanian, Keaslian ( Orijinalitas ), Kesediaan menerima, Kemampuan berkomunikasi, Rasa perlakuan yang wajar terhadap sesama, Kepribadian, Keuletan, Manusiawi, Kemampuan mengawasi, dan Ketenangan diri.

Menurut Sondang P.Siagian ( 1994 : 75 – 76 ) ciri – ciri ideal yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah sebagai berikut :
a.       Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.
b.      Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif.
c.       Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik , dan berkomunikasi secara efektif.

2.      Teori Pendekatan  berdasarkan Perilaku kepemimpinan
Pendekatan Perilaku ( behavioral approach ) merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan  oleh pemimpin yang bersangkutan.

Sikap dan gaya kepemimpinan itu tampak dalam kegiatannya sehari – hari, dalam hal ini bagaimana cara pemimpin itu memberi perintah, membagi tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan pengawasan, cara membina disiplin kerja bawahan, cara menyelenggarakan dan memimpin rapat anggota, cara mengambil keputusan dan sebagainya.

Adapun nama dan ciri – ciri perilaku gaya kepemimpinan adalah :
a.       Impoverished Management. Pemimpin berperilaku dengan memberikan perhatian yang rendah, baik terhadap produksi maupun terhadap orang atau bawahan.
b.      Country Club Management. Pemimpin berperilaku dengan memberikan perhatian rendah terhadap produksi, tetapi memberikan perhatian  yang tinggi terhadap orang atau bawahan.
c.       Task or Authoritarian Management. Pemimpin berperilaku dengan memberikan perhatian yang tinggi terhadap produksi, tetapi memberikan perhatian rendah terhadap orang atau bawahan.
d.      Middle – Road Management. Pemimpin berperilaku memberikan perhatian yang seimbang terhadap produksi maupun orang atau bawahan.
e.       Team or Democratic Management. Pemimpin berperilaku memberikan perhatian yang tinggi, baik terhadap produksi maupun terhadap orang atau bawahan.

Dengan memperhatikan ciri – ciri kelima gaya kepemimpinan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bagi kepemimpinan didalam dunia pendidikan, gaya kepemimpinan team or democratic management adalah yang paling baik.

3.      Teori pendekatan berdasarkan situasional  atau kontingensi
a.       Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.

Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “ membaca “ situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok  dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu.

Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif biasanya menggunakan pendekatan kepemimpinan situasional karena pendekatan ini sangat cocok dengan perilaku kepala sekolah dan kondisi serta situasi sekolah.

b.      Teori Kontingensi
Teori kontingensi berasumsi bahwa berbagai pola perilaku pemimpin ( ciri ) dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan. Teori Path – Goal tentang kepemimpinan meneliti bagaimana empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan serta motivasi pengikut. Pada umumnya pemimpin memotivasi para pengikut dengan mempengaruhi persepsi mereka tentang konsekuensi yang mungkin dari berbagai upaya. Aspek – aspek situasi seperti sifat tugas, lingkungan kerja dan karakterisitik pengikut menentukan tingkat keberhasilan dari jenis perilaku kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan dan usaha para pengikut.


C.     Model Kepemimpinan
Kepemimpinan pendidikan tugas kepemimpinannya terdapat beberapa model - model kepemimpinan yang digunakan. Adapun model – model kepemimpinan tersebut yaitu :
1.      Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan Visioner adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bagaimana mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan atau mensosialisasikan dan mengimplementasikan pemikiran – pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota  organisasi dan stakeholder  yang diyakini sebagai cita – cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil.

Sebelum seorang pemimpin yang visioner menetapkan visi, maka pemimpin tersebut perlu mempunyai pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman profesional, interaksi dan komunikasi dalam kegiatan intelektual yang membentuk pola pikirnya. Sehingga dengan demikian, terciptanya visi terbentuk dari perpaduan antara Inspirasi, Imajinasi, Insight, Iinformasi, Pengetahuan dan Penilaian ( judgment ).

Sifat – sifat seorang visioner, selain dia mampu melihat dan memanfaatkan peluang – peluang di masa depan ia juga memiliki prinsip kepemimpinan seperti yang dikemukakan Stephen R. Covey ( 1997 ) tentang pemimpin yang berprinsip dengan ciri – ciri sebagai berikut:
v  Selalu belajar ( terus menerus )
v  Berorientasi pada pelayanan
v  Memancarkan energi positif
v  Mempercayai orang lain
v  Selalu berlatih untuk memperbaharui diri agar mampu mencapai prestasi yang tinggi
v  Hidup seimbang
v  Melihat hidup sebagai petualang
v  Sinergistik

2.      Kepemimpinan Kharismatik
Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses interaktif antara pemimpin dan para pengikut. Atribut – atribut karisma antara lain : Rasa percaya diri, Keyakinan yang kuat, Sikap tenang, Kemampuan berbicara dan yang lebih penting adalah bahwa atribut –atribut daan visi pemimpin tersebut relevan dengan kebutuhan para pengikut.
Kepemimpinan kharismatik lebih menekankan kepada identifikasi pribadi sebagai proses utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses sekunder.

3.      Kepemimpinan Transformasional
Bass ( 1985 )mengemukakan sebuah teori kepemimpinan transformasional ( transformational leadership ) yang dibangun atas gagasan – gagasan yang lebih awal dari Burns ( 1978 ). Tingkatan sejauh mana seorang pemimpin disebut transformasional terutama diukur dalam hubungannya dengan efek kepemimpinan tersebut terhadap para pengikutnya. Di mana para pengikut dari seorang pemimpin transformasional merasa adanya Kepercayaan ( Trust ), Kekaguman, Kesetiaan ( Loyalty ), dan Hormat terhadap Pemimpin tersebut, serta mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang awalnya diharapkan terhadap mereka atau terdorong untuk lebih sukses dari pemimpinnya.

Dengan demikian seorang kepala sekolah dapat dikatakan menerapkan kepemimpinan transformasional jika dia mampu mengubah energi sumber – sumber daya baik manusia maupun non-manusia untuk mencapai tujuan – tujuan sekolah. Implementasi model kepemimpinan transformasional dalam bidang pendidikan memang perlu diterapkan, seperti kepala sekolah, kepala dinas dan kepala departemen.

Implementasi model kepemimpinan transformasional dalam organisasi atau instansi pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a.       Mengacu pada nilai – nilai agama yang ada dalam organisasi atau instansi bahkan suatu negara.
b.      Disesuaikan dengan nilai – nilai yang terkandung dalam sistem  organisasi atau instansi tersebut.
c.       Menggali budaya yang ada dalam organisasi tersebut.
d.      Karena sistem pendidikan merupakan sub sistem, maka harus memperhatikan sistem yang lebih besar yang ada di atasnya seperti sistem negara. Kepala sekolah dengan kepemimpinan transformasional adalah mereka yang mampu memotivasi pengikut untuk secara lebih dari yang ada sekarang mewujudkan minat – minat pribadinya secara segera untuk secara bersama – sama menerjemahkan visi dan misi organisasinya.

D.    Syarat Menjadi Pemimpin
Sebagai seorang pemimpin yang memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan di lembaga pendidikan yang dipimpinnya, maka pemimpin tersebut harus memenuhi syarat – syarat sehingga pemimpin tersebut dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan serta dapat bekerja dengan staff dalam hal ini guru yang merupakan rekan kerja dalam lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

Adapun syarat–syarat yang harus dimiliki pemimpin pendidikan antara lain :
1.      Rendah hati dan sederhana
2.      Bersifat suka menolong
3.      Sabar dan memiliki kestabilan emosi
4.      Percaya kepada diri sendiri
5.      Jujur, adil dan dapat dipercaya
6.      Keahlian dalam jabatan.

Selain adanya syarat – syarat menjadi pemimpin dalam pendidikan ada juga beberapa syarat–syarat menjadi pemimpin dalam islam. Substansi kepemimpinan politik dalam perspektif islam merupakan sebuah amanat yang harus diberikan kepada orang yang benar–benar “ ahli “, berkualitas dan memiliki tanggung jawab, adil, jujur, dan bermoral baik. Islam tawarkan dalam memilih seorang pemimpin agar dapat membawa umat kepada kehidupan yang lebih baik, harmonis, dinamis, makmur, sejahtera dan tentram.

Disamping itu, pemimpin juga harus orang yang bertakwa kepada Allah. Karena ketakwaan ini sebagai acuan dalam melihat sosok pemimpin yang benar – benar akan menjalankan amanah. 

Ibnu Khaldun menguraikan syarat – syarat kepemimpinan dalam kitab Muqaddimah – nya. Syarat – syarat itu antara lain adalah :
a.       Pengetahuan, seorang pemimpin atau imam akan dapat menerapkan hukum – hukum Tuhan jika seorang pemimpin memang menguasai hukum – hukum tersebut. 
b.      Keadilan, adalah sangat penting bagi seorang pemimpin untuk bersikap adil.
c.       Kesanggupan ( capability ) seorang pemimpin harus bersedia melaksanakan hukum yang ditetapkan oleh undang – undang. 
d.      Sehat jasmani rohani panca indra dan anggota badan harus bebas dari cacat. Hal ini karena kesehatan jasmani dan rohani yang kurang akan berpengaruh kepada kebebasan seorang pemimpin untuk bertindak. 
e.       Keturunan Quraisy, persyaratan ini memang tampak rasialis dan menjadi sulit diterima oleh masyarakat modern. Karena itulah, sebagian ulama menolaknya, diantaranya Abu Bakar al – baqillani. Meski demikian, Ibnu Khaldun tetap membelanya. Menurut beliau, pasti ada hikmah sehingga Nabi Muhammad sebagai syari’ menyatakan hal tersebut.

Terkait dengan kriteria atau syarat pemimpin, khalifah Abu Bakar Assiddiq ra pernah berpidato saat dilantik menjadi pemimpin umat sepeninggal Rasulullah Saw. Ada tujuh poin yang dapat diambil dari inti pidato khalifah Abu Bakar ra, diantaranya:
·         Sifat rendah hati, pada hakikatnya pemimpin itu tidak berbeda dengan kedudukan rakyatnya. Ia bukan orang yang harus diistimewakan. Ia hanya orang yang harus didahulukan selangkah yang lainnya karena ia mendapatkan kepercayaan dalam memimpin dan mengemban amanat.
·         Sifat terbuka untuk dikritik, seorang pemimpin haruslah menanggapi aspirasi – aspirasi rakyat dan terbuka untuk menerima kritik – kritik sehat yang membangun dan konstruktif.
·         Sifat jujur dan memegang amanah. Kejujuran yang dimiliki seorang pemimpin merupakan simpati rakyat terhadapnya yang dapat membuahkan kepercayaan dari seluruh amanat yang telah diamanahkan. Pemimpin yang konsisten dengan amanat rakyat menjadi kunci dari sebuah kemajuan dan perbaikan.
·         Sifat berlaku adil. Sikap ini harus dimiliki seorang pemimpin dengan tujuan demi kemakmuran rakyatnya. Seorang pemimpin harus mampu menimbang dan memperlakukan sesuatu dengan seadil – adilnya, bukan sebaliknya hanya berpihak pada seorang saja.
·         Komitmen dalam perjuangan. Sifat pantang menyerah dan konsisten pada konstitusi bersama bagi seorang pemimpin adalah penting. Teguh dan terus istiqamah dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.
·         Bersikap demokratis. Demokrasi merupakan “alat“ untuk membentuk masyarakat yang madani, dengan prinsip – prinsip segala sesuatunya dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat. 
·         Berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT. Dalam hidup ini segala sesuatunya takkan terlepas dari pantauan Allah, manusia bisa berusaha semampunya dan sehebat – hebatnya namun yang menentukannya adalah Allah.

Dari berbagai persyaratan yang diungkapkan para ulama diatas, kita menyadari bahwa memilih pemimpin bukan didasari oleh sikap pilih kasih, nepotisme atau kecenderungan primordial yang sempit. Bukan pula memilih pemimpin yang gila jabatan, ambisius dalam meraih kursi jabatan atau memiliki vested interest. Tapi hendaknya kepemimpinan diberikan kepada orang yang “  ikhlas “ dan dipercaya dalam mengemban amanah. 

E.     Sifat Seorang Pemimpin
Setiap orang yang di angkat menjadi pemimpin didasarkan atas kelebihan – kelebihan yang dimilikinya daripada orang yang dipimpin. Masing – masing orang mempunyai kelebihan disamping kekurangan – kekurangannya. Dalam keadaan tertentu dan pada waktu tertentu kelebihan – kelebihan itu dapat dipergunakannya untuk bertindak sebagai pemimpin. Akan tetapi, tidak semua orang dapat menggunakan kelebihannya itu untuk memimpin.
Beberapa sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam kepemimpinan pendidikan antara lain:
1.      Rendah hati dan sederhana
Seorang pemimpin pendidikan hendaknya jangan mempunyai sikap sombong atau merasa lebih mengetahui daripada yang lain. Seorang pemimpin hendaknya lebih banyak mendengarkan dan bertanya daripada berkata dan menyuruh. Kelebihan pengetahuan dan kelebihan kesanggupan yang dimilikinya hendaknya dipergunakan untuk membantu yang lain atau anak buahnya, bukan untuk dipamerkan dan dijadikan kebanggaan.

2.      Bersifat suka menolong
Seorang pemimpin hendaknya selalu siap sedia untuk membantu anggota – anggotanya tanpa diminta bantuannya. Akan tetapi, bantuan yang diberikan jangan sampai dirasakan sebagai paksaan sehingga orang yang memerlukan bantuan itu justru menolaknya meskipun ia sangat memerlukannya.

Demikian pula seorang pemimpin hendaknya selalu bersedia  ( menyediakan waktu ) untuk mendengarkan kesulitan – kesulitan yang disampaikan oleh anggota – anggotanya meskipun ia mungkin tidak akan dapat menolongnya. Hal ini sangat penting untuk mempertebal kepercayaan anggota – anggotanya bahwa ia benar – benar tempat berlindung dan pembimbing mereka.

3.      Sabar dan memiliki kestabilan emosi
Seorang pemimpin hendaklah  memiliki sifat sabar. Jangan lekas merasa kecewa dan memperlihatkan kekecewaannya dalam menghadapi kegagalan atau kesukaran, dan sebaliknya, jangan lekas merasa bangga dan sombong jika kelompoknya berhasil.  Sifat ini akan memberikan perasaan aman kepada anggota – anggotanya, mereka tidak merasa dipaksa, ditekan, atau selalu dikejar – kejar dalam menjalankan tugasnya.

Sifat tidak sabar pada seorang pemimpin akan menghilangkan ketenangan bekerja. Anggota–anggotanya akan merasa tertekan jiwanya, sehingga hal ini tentu akan mempengaruhi  atau mengurangi daya dan hasil kerja mereka.

4.      Percaya kepada diri sendiri
Seorang pemimpin hendaknya menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada anggota – anggotanya, percaya bahwa mereka akan dapat melaksanakan tugasnya masing – masing dengan sebaik – baiknya. Yang dipimpinnya harus merasa pula bahwa mereka mendapat kepercayaan sepenuhnya untuk melaksanakan tugas – tugas yang dipercayakan kepada mereka.

Kepercayaan pemimpin seperti itu hanya timbul atau ada pada diri seorang pemimpin yang mempunyai kepercayaan sepenuhnya kepada diri sendiri, percaya kepada kesanggupan sendiri. Pemimpin yang percaya kepada diri sendiri, dan yang dapat menyatakan hal ini dalam sikap dan tingkah lakunya, akan menimbulkan rasa percaya kepada diri anggota – anggota kelompoknya.

Kerja sama yang tidak didasarkan atas rasa percaya – mempercayai tidak akan membawa hasil yang memuaskan. Dan suasana saling mempercayai hanya dapat diharapkan dari pemimpin yang cukup percaya kepada dirinya sendiri.

5.      Jujur, adil, dan dapat dipercaya
Sikap percaya kepada diri sendiri pada anggota – anggota kelompok dapat timbul karena adanya kepercayaan mereka terhadap pemimpinnya. Karena mereka menaruh kepercayaan kepada pemimpinnya, mereka akan menjalankan semua  kewajiban dengan rasa patuh dan bertanggung jawab. Untuk menimbulkan sikap patuh yang demikian, pemimpin harus patuh pula kepada diri sendiri : selalu menepati  janji, tidak lekas mengubah haluan, hati – hati dalam mengambil putusan dan teliti dalam melaksanakannya, berani mengakui kesalahan dan kekurangan sendiri, dan  sebagainya.

Pemimpin hendaklah konsekuen terhadap orang lain dan terhadap diri sendiri selalu berusaha agar sikap dan tindakannya tidak bertentangan dengan perkataan, menjaga satunya kata dengan perbuatan.

Sejumlah sifat lain yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu :
a.    Berpengalaman luas
b.    Mengayomi
c.    Paham terhadap tujuan organisasi
d.    Bersikap wajar
e.    Berstamina
f.    Berjiwa besar
g.    Antusiasme tinggi
h.    Rasional
i.    Bersikap adil
j.    Pragmatis
k.    Jujur atau terbuka
l.    Objektif
m.    Bijaksana ( Burhanuddin, 1994 )

Selain adanya sifat – sifat seorang pemimpin ada juga beberapa karakteristik yang harus dimiliki seorang pemimpin antara lain adalah :
Kompetensi teknis, penguasaan dalam suatu bidang tertentu
Keahlian konseptual yaitu kemampuan berpikir abstrak atau strategis
Memiliki track record dalam menjalankan tugas dengan hasil terukur
Keahlian berkomunikasi, memotivasi dan melimpahkan kewenangan kepada anggota yang tepat
Memiliki kemampuan mengenali dan mengembangkan bakat anggotanya
Kemampuan mengambilkan keputusan yang sulit dengan cepat dan tepat sekalipun data yang tersedia tidak lengkap
Kharismatis dalam arti yang berkarakter menunjukkan kualitas kepribadian pemimpin.

F.      Tipe Dasar Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan dalam pendidikan ternyata memiliki yang berbeda – beda dalam pelaksanaan kepemimpinan pada organisasi pendidikan. Adapun tipe – tipe kepemimpinan pendidikan sebagai berikut:
1.      Tipe Otoriter
Seorang pemimpin yang otokratikmemiliki serangkaian karakteristik yang biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Seorang pemimpin otokratik adalah seorang yang egois. Dengan egoismenya, pemimpin otokratikmelihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional. Egonya yang besar menumbuhkan dan mengembangkan persepsinya bahwa tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadinya.

Pemimpin yang otokratik tidak menghendaki rapat – rapat atau musyawarah. Berkumpul atau rapat hanyalah berarti untuk menyampaikan instruksi – instruksi. Setiap perbedaan pendapat diantara anggota – anggota kelompoknya diartikan sebagai kepicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah ditetapkannya.
Sikap pemimpin demikian akan menampakkan diri pada perilakunya dalam berinteraksi dengan bawahannya, misalnya tidak mau menerima saran dan pandangan bawahannya, menonjolkan kekuasaan formal.

2.      Tipe “ Laissez – Faire”
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang – orang berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota – anggotanya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggota – anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran – saran dari pimpinan. Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang – siur , berserakan diantara anggota – anggota kelompok, tidak merata.

Didalam tipe kepemimpinan ini, biasanya struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

3.      Tipe Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah – tengah anggota kelompoknya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota – anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha – usahanya, seorang pemimpin selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.

Dalam melaksanakn tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran – saran dari kelompoknya. Juga kritik – kritik yang membangun dari para anggota diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan – tindakan berikutnya. Seorang pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh kepercayaan pula kepada anggota – anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk rasakekeluargaan dan  persatuan.

4.      Tipe Pseudo  Demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik. Pemimpin bertipe ini hanya tampaknya saja bersifat demokratis padahal sebenarnya dia bersifat otokratik. Nampak seperti demokratis tetapi semu karena tetap otoriter dan demi kepentingan kelompok tertentu saja. Ide – ide atau gagasanyang ia terapkan selalu didiskusikan tetapi akhirnya bawahan didesak untuk menerima ide pimpinan tersebut sebagai keputusan bersama.

G.    Asas-Asas Kepemimpinan
v  Kemanusiaan, mengutamakan sifat – sifat kemanusiaan, pembimbingan manusia oleh manusia, untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu, demi tujuan – tujuan kemanusiaan.
v  Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada taraf kehidupan yang lebih tinggi.
v  Taqwa, yaitu beriman kepada Tuhan yang Maha Esa dan taat kepadanya.
v  Ing Ngarsa Sung Tulada, yaitu memberi suri tauladan dihadapan anak buah.
v  Ing Madya Mangun Karsa, yaitu ikut bergiat serta menggugah semangat ditengah – tengah anak buah.
v  Tut Wuri Handayani, yaitu mempengaruhi dan memberikan 
v  dorongan dari belakang.
v  Waspada Purba Wasesa, yaitu mengawasi dan sanggup memberi koreksi terhadap anak buah.
v  Ambeg Parama Arta, yaitu dapat memilih dengan cepat mana yang harus didahulukan.
v  Prasaja, yaitu tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebihan.
v  Gemi Nastiti, yaitu kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan sesuatu kepada yang benar – benar diperlukan.
v  Belaka, yaitu kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan.
v  Legawa, yaitu kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk  pada saatnya menyerahkan  tanggung jawab dan kedudukannya kepada generasi berikutnya.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyak model kepemimpinan yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin atau leadership. Seperti yang terdapat dalam pembahasan tugas kepemimpinan, leadership function, meliputi dua bidang utama, pekerja anyang harus diselesaikan dan kekompakan orang yang dipimpinannya. Tugas yang berhubungan dengan pekerjaan disebut task function. Tugas yang berhubungan dengan pekerjaan perlu agar pekerjaan kelompok dapat diselesaikan dan kelompok mencapai tujuannya. Tugas yang berhubungan dengan kekompakan kelompok dibutuhkan agar hubungan antar orang yang bekerjasama menyelesaikan kerja itu lancer dan enak jalannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan, dalam melaksanakan tugas kepemimpinan mempengaruhi orang atau kelompok menuju tujuan tertentu,kita pemimpin, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu berasal dari diri kita sendiri,pandangan kita terhadap manusia, keadaan kelompok dan situasi waktu kepemimpinan kita laksanakan. Orang yang memandang kepemimpinan sebagai status dan hak untuk mendapatkan fasilitas, uang, barang, jelas akan menunjukkan praktek kepemimpinan yang tidak sama dengan orang yang mengartikan kepemimpinan sebagai pelayanan kesejahteraan orang yang dipimpinnya.

B. Saran
Sebagai saran, bahwa seharusnya pemimpin dapat melaksanakan tugasnya dengan menggunakan metode serta sifat apa saja, namun harus berjalan sesuai koridor yang berlaku dalam organisasi tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

H. Makawimbang Jerry.2012..Kepemimpinan Pendidikan Yang Bermutu.Bandung:Alfabeta, cv
Kartono Kartini.Pemimpin dan kepemimpinan.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Purwanto Ngalim.Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Garry Yukl, Kepemimpinan dalam organisasi, terj. Jusuf udaya, Prehalindo, Jakarta, 1994. 
Bryman,A.,1992, Charisma and Leadership in Organizations, Sage, London.
Burns J.M., 1978,Leadership, Harper and Row, New York.
Fiedler, F.E., 1967, A Theory of Leadership Effectiveness, McGraw-Hill, New York.






*Sumber: https://www.academia.edu/19736356/kepemimpinan_dalam_organisasi


Tag : Lainnya
0 Komentar untuk "Kepemimpinan dalam Organisasi"

Back To Top