Menggali dan Mengenali Potensi Diri

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Potensi, bakat, dan minat merupakan modal yang dimiliki setiap individu untuk dapat mencapai apa yang diinginkannya. Karena faktor itu pula seseorang menjadi dirinya sendiri. Potensi yang merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan menjadi kan manusia selalu ingin berkembang. Bakat yang merupakan merupakan suatu kemampuan lebih yang ada pada diri manusia akan membuat manusia tersebut menjadi apa yang diinginkan dengan melatih bakat tersebut. Adapun minat yang merupakan sesuatu yang benar-benar diinginkan oleh seseorang. Ketiga hal ini yang ada pada setiap individu yang merupakan pemberian atau bawaan dari lahirnya. Permasalahannya sekarang adalah, apakah kita telah melakukan hal-hal yang menopang potensi, bakat, dan minat kita untuk berkembang atau belum.

Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu.

Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis. Terdapat beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir.

Penulis dalam makalah ini akan menulis tentang pengembangan potensi, bakat, dan minat melalui pengembangan diri. Dalam makalah ini akan penulis cantumkan beberapa hal terkait pengembangan diri antara lain; landasan, pengertian, tujuan, ruang lingkup, dan bentuk-bentuk pelaksanaannya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu adanya beberapa hal yang menjadi titik tekan dalam pembahasan ini. Karena itu penulis menuliskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Apakah pengertian potensi diri?
2.      Apa saja Macam – macam kecerdasan menurut teori dari Howard Gardner ?
3.      Bagaimana pentingnya minat dan bakat dalam penentuan karier dimasa depan ?

C.    Tujuan Makalah
Meneyesuaikan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah.
1.       Untuk mendeskripsikan pengertian potensi  diri
2.        Untuk mengetahui landasan pengembangan diri.
3.       Untuk mengetahui macam- macam kecerdasan  
4.       Memahami pentingnya minat dan bakat dalam penentuan karier dimasa depan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar kegiatan mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah atau madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Di samping itu, untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan  guna pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.[1]

Melihat pengertian di atas, menurut hemat penulis, pengembangan diri ini dimaksudkan untuk memposisikan individu sebagaimana yang dikehendaki individu tersebut dengan melihat bakat dan minat yang dimilikinya supaya menjadi pribadi yang sempurna. Di setiap sekolah yang memiliki visi dan misi tersendiri tentu akan mengarahkan peserta didiknya untuk mencapai apa yang menjadi impian sekolah tersebut. Hal ini tentu berbeda antara sekolah yang satu dengan lainnya, sehingga dalam perencanaan dalam melakukan pengembangan diri pun akan berbeda.  Namun jika yang menjadi tujuan dari pengembangan diri ini adalah untuk mencapai apa yang dikehendaki oleh sekolah tersebut sepertinya kurang bijak, karena setiap peserta didik memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda.

Menggali dan Mengenali Potensi Diri

Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi dan dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga ke pendidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler dapat mengembangakan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.[2]
Dalam hal ini, orang tua juga diharapkan memperhatikan minat dan bakat anaknya sehingga tidak salah mengambil keputusan untuk anaknya. Pandangan yang bijak menurut penulis adalah dengan membiarkan anak memilih sendiri apa yang diinginkannya. Contohnya dalam memilih jurusan bagi calon mahasiswa baru, hendaknya ia dibebaskan untuk mengambil apa yang menjadi minat dan ketertarikan nya. Sehingga nanti pengembangan diri dari anak tersebut menjadi lebih mudah dan matang.

Tujuan umum pengembangan diri adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi, dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah atau madrasah.

Adapun tujuan khusus pengembangan diri adalah menunjang pendidikan peserta didik untuk mengembangkan beberapa hal, antara lain: (1) bakat, (2)  minat, (3)  kreativitas, (4) kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, (5) kemampuan kehidupan keagamaan, (6) kemampuan sosial, (7) kemampuan belajar, (8) wawasan dan perencanaan karir, (9) kemampuan pemecahan masalah, dan (10)  kemandirian.[3]

Pada dasarnya tujuan dari pengembangan diri ini adalah satu yaitu menjadi manusia yang apa adanya. Apa adanya di sini adalah sebagai manusia yang menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Sehingga manusia itu tidak berbuat dholim kepada dirinya sendiri dan orang lain.


B.     Potensi diri
a.      Pengertian Potensi diri
Setiap individu memiliki potensi diri,dan tentu berbeda setiap apa yang dimiliki antara satu orang dengan orang lain. Potensi diri dibedakan menjadi dua bentuk yaitu potensi fisik dan potensi mental atau psikis. Potensi fisik yang dimaksud dalam kesempatan kali ini adalah menyangkut dengan keadaan dan kesehatan tubuh ,wajah, dan ketahanan tubuh,sedangkan potensi psikis berhubungan dengan IQ(Intelegensi Quotient),EQ ( Emotional Quotient), AQ ( Addversity quotient) dan SQ ( Spiritual Quotient ).[4]

Potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental yang dimiliki seseorang dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik,sedangkan diri adalah seperangkat proses atau ciri-ciri proses fisik, prilaku dan psikologis yang dimiliki.[5]

Kekhasan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang berpengaruh besar pada pembentukan pemahaman diri dan konsep diri. Ini juga terkait erat dengan prestasi yang hendak diraih didalam hidupnya kelak. Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dalam konteks potensi diri adalah jika ter olah dengan baik akan memperkembangkan baik secara fisik maupun mental.

Aspek diri yang dimiliki seseorang yang patut untuk diperkembangkan antara lain:
a.   Diri fisik :meliputi tubuh dan anggotanya beserta prosesnya.
b.   Proses diri: merupakan alur atau arus pikiran,emosi dan tingkah laku yang konstan.
c.    Diri sosial : adalah bentuk pikiran dan perilaku yang diadopsi saat merespon orang lain dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh.
d.   Konsep diri: adalah gambaran mental atau keseluruhan pandangan seseorang tentang dirinya.

Potensi pada diri manusia merupakan salah satu pembeda antara individu yang satu dengan lainnya. Adapun potensi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai: 1) kemampuan dasar, seperti tingkat intelegensia, logika, kemampuan abstraksi dan daya tangkap; 2) sikap kerja, seperti ketekunan, ketelitian, tempo kerja dan daya tahan terhadap stres; 3) kepribadian, yaitu pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik yang jasmaniah, mental, rohani, emosional maupun sosial, yang semuanya telah ditata dalam cara khas dibawah aneka pengaruh dari luar. Beberapa contoh potensi diri manusia tersebut antara lain kejujuran, keimanan, kesetiaan, kerapian, ketegasan, kematangan, kedewasaan, kecerdikan, kebijakan, keramahtamahan dan sebagainya.[6]

b.       Macam-macam potensi diri
Secara umum, manusia memiliki potensi diri yang dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
1.         Potensi Fisik (Phychomotoric)
Potensi diri ini dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk saling membagi kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Contohnya hidung untuk mencium bau, tangan untuk menulis, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar, dan mata untuk melihat.
2.         Potensi Mental Intelektual (Intellectual Quotient)
Potensi diri ini adalah potensi kecerdasan yang terdapat di otak manusia (terutama otak bagian kiri). Fungsi dari potensi ini yaitu untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan menganalisis.
3.         Potensi Sosial Emosional (Emotional Quotient)
Potensi diri ini sama dengan potensi mental intelektual, tetapi potensi ini terdapat di otak manusia bagian kanan. Fungsinya yaitu untuk bertanggung jawab, mengendalikan amarah, motivasi, dan kesadaran diri.
4.        Potensi Mental Spiritual (Spiritual Quotient)
           Potensi ini merupakan potensi kecerdasan yang berasal dari dalam diri manusia yang berhubungan dengan kesadaran jiwa, bukan hanya untuk mengetahui norma, tapi untuk menemukan norma. 
5.         Potensi Daya Juang (Adversity Quetient)
Sama seperti potensi mental spiritual, potensi daya juang juga berasal dari dalam diri manusia dan berhubungan dengan keuletan, ketangguhan, dan daya juang yang tinggi.[7]

c.       Cara-cara mengembangkan potensi diri
Jika berbicara tentang potensi diri, maka harus kembali pada masing-masing individu. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari kekurangan pada masing-masing individu tersebut perlu dikembangkan potensi yang ada dalam diri untuk menutupi kekurangan tersebut.[8]

Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan potensi diri adalah sebagai berikut.
1.      Setiap kegiatan harus diawali dengan niat
2.      Harus selalu berfikir positif dalam setiap hal
3.      Harus memiliki komintmen
4.      Jangan mengganggap remeh orang lain
5.      Mencerna selaga saran, kritik & masukan yang bersifat membangun dari orang lain
6.      Konsisten terhadap apa yang kita lakukan
7.      Yakin lah bahwa kita pasti bisa[9]


C.    Kecerdasan
a.       Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis. Terdapat beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir.[10]

b.      Teori Kecerdasan                                                
Menurut Alfred Binet (1857-1911) kecerdasan intelektual adalah kecerdasan dilihat hanya dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang yang menganut konsep eugenic yaitu berdasarkan faktor keturunan dan akhirnya cenderung dapat dinilai dengan angka konstan.
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai, “himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.”[11]

Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya, melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Stephen R. Covey adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya.

Zohar dan Marshal mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari pada yang lain.

c.       Kecerdasan menurut Howard Gradner’s Theory
9        Macam Kecerdasan Menurut Howard Gardner
1.       Kecerdasan linguistik (Linguistic intelligence)
Kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata – kata secara efektif baik secara oral maupun secara tertulis contohnya pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, orator Tokoh terkenal seperti : Sukarno, Paus Yohanes Paulus II, Winston Churhill.
                                                                                                                       
2.      Kecerdasan matematis-logis (Logical – mthematical intelligence)
Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika . Jalan pikiran bernalar dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat .
contohnya matematikus, programer, logikus.Tokoh terkenal seperti : Einstein (ahli fisika), Habibie (ahli pesawat)

3.      Kecerdasan ruang(Spatial intelligence)
Kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat dan kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat serta mempunyai daya imaginasi secara tepat.
contohnya pemburu, arsitek, dekorator. Tokoh terkenal seperti Sidharta (pemahat), Pablo Pacasso (pelukis)

4.      Kecerdasan kinestetic-badani (bodily- kinesthetic intelligence)
Kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan .
contohnya aktor, atlet, penari ahli bedah. Tokoh terkenal seperti : Charlie Chaplin (pemain pantonim yang ulung), Steven Seagal (actor)

5.      Kecerdasan musikal (Musical intelligence)
Kemampuan untuk mengembangkan , mengekspresikan dan menikmati bentuk – bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi, dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik.
contohnya komponis .Tokoh terkenal seperti Beethoven, Mozart.

6.      Kecerdasan interpersonal (Interpersonal intelligence)
Kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan , intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain.
Kemampuan yang menonjol dalam berelasi dan berkomunikasi  dengan berbagai orang.
contohnya komunikator, fasilitator. Tokoh terkenal Mahatma Gandhi (tokoh perdamaian India), Ibu Teresa (Pejuang kaum miskin)

7.      Kecerdasan intrapersonal (Intrapersonal intelligence)
Kemampuan berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengalaman diri serta mampu berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran tinggi akan gagasan – gagasan . Mereka mudah berkonsentrasi  dengan baik, suka bekerja sendiri dan cenderung pendiam
contohnya para pendoa batin.

8.      Kecerdasan lingkungan/aturalis (Naturalist intlligence)
Kemampuan untuk mengerti flora dan fauna dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik.
Tokoh terkenal Charles Darwin

9.      Kecerdasan eksistensial (Exixtential  intlligence)
Kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan – persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia.
contohnya persoalan mengapa ada, apa makna hidup ini. Tokoh terkenal seperti Plato, Sokrates, Thomas Aquina.[12]

Menurut Wechler ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan adalah Biologis, Lingkungan, Budaya, Bahasa dan Masalah etika. Berdasarkan teori yang dicetuskan oleh Alferd Binet faktor keturunan juga sangat mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang. [13]

d.      Alat Ukur Kecerdasan
Pengukuran taraf kecerdasan Salah satu uji kecerdasan yang diterima luas ialah berdasarkan pada uji psikometrik atau IQ. Pengukuran kecerdasan dilakukan dengan menggunakan tes tertulis atau tes tampilan (performance test) atau saat ini berkembang pengukuran dengan alat bantu komputer. Alat uji kecerdasan yang biasa di pergunakan adalah :
·         Stanford-Binnet intelligence scale
·         Wechsler scales yang terbagi menjadi beberapa turunan alat uji seperti :
WB (untuk dewasa)
WAIS (untuk dewasa versi lebih baru)
WISC (untuk anak usia sekolah)
WPPSI (untuk anak pra sekolah)
·         IST
·         TIKI (alat uji kecerdasan Khas Indonesia)
·         FRT
·          PM-60, PM Advance. [14]


e.       Indikasi kecerdasan kenabian
1.      Adversity Intelligence
Kemampuan yang terpadu antara jiwa dan fisik (psikomotorik). Dengan kecerdasan ini seseorang akan terhindar dari sikap berputus asa, pengecut, mudah menyerah, tidak bisa menerima apa adanya, takut miskin, malas, berburuk sangka.
2.      Kecerdasan Intelektual
Menurut Alfred Binet (1857-1911) kecerdasan intelektual adalah kecerdasan dilihat hanya dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang yang Menganut konsep eugenic artinya pengendalian sistematis dari keturunan dan akhirnya cenderung dapat dinilai dengan angka konstan.
3.      Kecerdasan Emosional
Beberapa tokoh mengemukakan tentang teori kecerdasan emosional antara lain, Mayer & Salovey dan Daniel Goleman. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai, “himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.”. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
4.      Kecerdasan Spiritual
Sementara itu, kecerdasan spiritual menurut Stephen R. Covey adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas (Tuhan).
5.      Kecerdasan Linguistik : Word Smart
Adalah kecerdasan menggunakan kata-kata secara efektif. Kecerdasan ini sangat berguna bagi para penulis, aktor, pelawak, selebriti, radio dan para pembicara hebat. Kecerdasan juga membantu kesuksesan kariernya di bidang pemasaran dan politik.
6.      Kecerdasan Logis- Matematis : Number Smart
Kecerdasan yang satu ini adalah ketrampilan mengolah angka dan kemahiran menggunakan logika dan akal sehat. Ini adalah kecerdasan yang digunakan ilmuwan untuk membuat hipotesa dan dengan tekun mengujinya dengan eksperimen. Ini juga kecerdasan yang digunakan oleh Akuntan pajak, pemrogaman komputer dan ahli matematika.
7.      Kecerdasan Spasial : Picture Smart
Ini adalah kecerdasan gambar dan bervisualisasi. Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk menvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya dalam bentuk 2 atau 3 dimensi. Seniman atau pemahat serta pelukis memiliki kecerdasan ini dalam tingkat tinggi.
8.      Kecerdasan Kinestetik- Jasmani : Body Smart
Kecerdasan jasmani adalah kecerdasan seluruh tubuh (atlet, penari, seniman, pantomim aktor) dan juga kecerdasan tangan (montir, penjahit, tukang kay, ahli bedah)
9.      Kecerdasan Musikal: Music Smart
Kecerdasan musical melibatkan kemampuan menyanyikan sebuah lagu, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan irama atau sekedar menikmati musik. Dalam bentuknya yang lebih canggih, kecerdasan ini mencakup para diva dan virtuoso piano di dunia seni dan budaya.
10.  Kecerdasan Antar Pribadi: People Smart
Kecedasan ini melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerj untuk orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak hal, mulai dari kemampuan berempati, kemampuan memimpin, dan kemampuan mengorganisir orang lain.
11.  Kecerdasan Intra Pribadi: Self Smart
Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk memahami diri sendiri, kecerdasan untuk mengetahui siapa sebenarnya diri kita sendiri. Kecerdasan ini sangat penting bagi para wira usahawan dan individu lain yang harus memiliki persyaratan disiplin diri, keyakinan, dan pengetahuan diri untuk mengetahui bidang atau bisnis baru.
12.   Kecerdasan Naturalis: Nature Smart
Kecerdasan naturalis melibatkan kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk alam di sekitar kita: Bunga, burung, pohon, hewan serta flora dan fauna lainny. Kecerdasan ini dibutuhkan di banyak profesi seperti ahli biologi, penjaga hutan, dokter, hewan dan holtikulturalis. [15]


D.    Minat dan bakat
a.      Minat

Minat mempunyai peranan penting bila dikaitkan dalam lembaga dan kurikulum pembelajarannya, karena minat mempunyai kecenderungan pada siswa untuk aktif dan respon terhadap sasarannya. Apabila sebuah kurikulum pembelajaran sekolah sudah tidak diminati, maka siswa akan cenderung pasif  dan tidak memperdulikan segala usaha yang telah dilakukan oleh sekolah tersebut, sebalikanya jika kurikulum yang dilaksanakan diminati oleh siswa, maka siswa akan cenderung melakukan kegiatan yang berguna dan berjalan sesuai apa yang diharapkan oleh sekolah.

Minat secara bahasa diartikan dengan kesukaan, kecenderungan hati terhadap suatu keinginan. Sedangkan arti minat menurut istilah diartikan oleh sebagian tokoh sebagai berikut : Menurut Slamito, minat adalah  suatu perasaan cenderung lebih cenderung atau suka kepada sesuatu hak atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh.[16] Menurut Mahfud Shalahuddin, mengemukakan minat secara sederhana, minat adalah perhatian yang mengandung unsur- unsur perasaan. Andi Mappiare berpendapat bahwa, minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka takut atau kecenderungan- kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.[17]

Dari pemaparan mengenai definisi-definisi minat diatas dapat disimpulkan bahwa, minat adalah gejala psikis yang muncul dalam diri seseorang dan direalisasikan dengan perasaan senang dan menimbulkan perhatian yang khusus terhadap sasaran, sehingga seseorang cenderung berupaya untuk mencapai sasaran tersebut. Jadi untuk melihat reaksi dari gejala psikis tersebut dapat  di pastikan dari sikap, prilaku, atau motivasi yang dimiliki oleh seseorang dalam beraktivitas.

Minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik, karena itu guru berkewajiban untuk menumbuhkan minat belajar siswa nya. Yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut:
1.      Memahami kebutuhan anak didik dan berupaya melayani kebutuhan mereka.
2.      Jangan memaksa anak didik untuk tunduk pada kemauan guru
3.      Memberikan informasi pada anak didik mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu.
4.      Menjelaskan kegunaan materi pelajaran untuk masa yang akan datang.
5.      Menghubungkan materi pelajaran dengan peristiwa yang kontektual. [18]

Minat yang muncul dalam pikologis siswa merupakan sebuah gejala, sehingga munculnya minat tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor tersebut diantaraya; (a). Faktor Individu dan (b). Faktor Sosial.
1.        Faktor individu 
Merupakan pengaruh yang muncul dalam diri siswa secara alami, misalnya diakibatkan karena ; kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan sifat pribadi. Setiap individu mempunyai tingkat kematangan serta kecerdasan yang berbeda sehingga minat yang muncul juga tidak sama antara individu satu dengan yang lain. Misalnya, seseorang yang mempunyai kecerdasan dibidang mata pelajaran ekonomi maka akan cenderung melakukan aktivitas dibidang kerja atau koperasi. Sebaliknya seseorang yang mempunyai kecerdasan dibidang perikanan maka akan cenderung melakukan aktivitas di sawah/tambak.

2.        Faktor sosial  
Merupakan pengaruh yang muncul diluar individu, misalnya diakibatkan karena kondisi keluarga, lingkungan, pendidikan dan motivasi sosial. Minat yang dipengaruhi oleh faktor sosial misalnya; ketika siswa hidup dalam masyarakat yang kesehariannya bersentuhan dengan padi (mayoritar petani padi), maka siswa cenderung ingin tahu dan mengenal kegiatan tersebut karena merasa menjadi bagian darinya, sebaliknya jika kesehariannya bersentuhan dengan ikan (mayoritar pekerja tambak), maka siswa cenderung ingin tahu dan mengenal lebih dalam mengenai perikanan.[19]

Jadi, Peran minat sangat besar jika dikaitkan dalam pelaksanaan pembelajaran, karena dengan adanya minat siswa untuk belajar, proses pembelajaran akan dapat efektif. Jika murid telah berminat dalam kegiatan belajar mengajar, maka hampir dapat dipastikan proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan hasil belajar juga optimal.

b.      Bakat
Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam sesuatu bidang atau kemampuan tertentu. Seseorang lebih berbakat dalam bidang bahasa sedang yang lain dalam matematika, yang lain lagi lebih menunjukkan bakatnya dalam sejarah, dan sebagainya.[20]

Banyak para ahli mengemukakan tentang definisi bakat. Diantaranya adalah menurut W. B Michael bakat merupakan suatu kapasitas atau potensi yang belum dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar, bakat berkenaan dengan kemungkinan menguasai sesuatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan tertentu.

Guillford memberikan definisi sedikit berbeda, menurutnya bakat banyak sekali, sebanyak perbuatan atau aktivitas individu. Ada tiga komponen dari bakat menurut Guillford, yaitu komponen: Intelektual, perseptual dan psikomotor. Komponen intelektual terdiri atas beberapa aspek, yaitu aspek pengenalan, ingatan, dan evaluasi. Komponen perseptual juga meliputi beberapa aspek, yaitu pemusatan perhatian, ketajaman indra, orientasi ruang dan waktu, keluasan dan dan kecepatan mempersepsi. Komponen psikomotor terdiri atas aspek-aspek rangsangan, kekuatan dan kecepatan gerak, ketepatan, koordinasi gerak dan kelenturan.[21]

Bakat dapat diartikan sebagi kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang.[22]

Bakat memungkinkan seseorang mencapai prestasi tertentu dalam bidang tertentu. Akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar dapat tersebut dapat terwujud. Misalnya seseorang memiliki bakat menggambar, jika ia tidak pernah diberi kesempatan untuk mengembangkan, maka bakat tersebut tidak akan tampak. Jika orang tuanya menyadari bahwa ia mempunyai bakat menggambar dan mengusahakan agar ia dapat pengalaman yang sebaik-baiknya untuk mengembangkan bakatnya, dan anak itu juga menunjukkan minat yang besar untuk mengikuti pendidikan menggambar, maka ia akan dapat mencapai prestasi unggul untuk bidang tersebut.[23]

Dalam kehidupan di sekolah sering tampak bahwa seseorang yang bakat dalam olah raga, umumnya prestasi mata pelajarannya juga baik, tetapi sebaliknya dapat terjadi prestasi semua mata pelajarannya tidak baik. Keunggulan dalam salah satu bidang apakah bidang sastra, seni atau matematika, merupakan hasil interaksi dari bakat yang dibawa sejak lahir dan faktor lingkungan yang menunjang, termasuk minat dan motivasi.

Adapun sebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat pada anak terletak pada anak itu sendiri dan lingkungan.
1)      anak itu sendiri. Misalnya anak tersebut tidak atau kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam pengembangan diri dan berprestasi sesuai dengan bakatnya.
2)      Lingkungana anak. Misalnya orang tua si anak kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan, atau ekonomi nya cukup tinggi tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anak.[24]

Pada dasarnya setiap orang memiliki bakat-bakat tertentu. Dua anak bisa sama-sama mempunyai bakat melukis, tetapi yang satu lebih menonjol daripada yang lain bahkan saudara sekandung dalam satu keluarga bisa memiliki bakat yang berbeda-beda. Anak yang satu berbakat untuk bekerja dengan angka-angka, anak yang lain dalam bidang olah raga, serta yang lainnya lagi berbakat menulis (mengarang).



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar kegiatan mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah atau madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.

Potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental yang dimiliki seseorang dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik,sedangkan diri adalah seperangkat proses atau ciri-ciri proses fisik, perilaku dan psikologis yang dimiliki.

Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu.
Minat secara bahasa diartikan dengan kesukaan, kecenderungan hati terhadap suatu keinginan. Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam sesuatu bidang atau kemampuan tertentu. Seseorang lebih berbakat dalam bidang bahasa sedang yang lain dalam matematika, yang lain lagi lebih menunjukkan bakatnya dalam sejarah, dan sebagainya.


B.     Saran
Saran dan kritik dari pembaca sungguh penulis harapkan dalam pembahasan ini. Penulis menyadari kekurangan penulis sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna. Sejauh kejian penulis, dalam pembahasan ini, penulis belum menemukan cara-cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan diri dari pandangan Islam. Oleh karena itu, inilah tugas para pembaca sebagai ilmuwan untuk mencari dan merumuskan hal tersebut. Akhirnya semoga kemanfaatan diberikan untuk kita semua dari tulisan yang singkat ini. Amin.



DAFTAR PUSTAKA

Atkinso, Rita L. 1999. Pengantar Psikologi . Jakarta : Interaksara
Hartono, Ny. B. Agung dan Sunarto. Perkembangan Peserta Didik. 2006. Jakarta: Rineka Cipta
Hutagalung, Inge. 2007 . PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN; Tinjuan Praktis Menuju Pribadi Positif. Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang
Mujib, Abdul. 2005. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. 2005. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sunarto dan B. Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Suryabrata ,Sumadi. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT RajaGrafindo  Persada
Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia
Zalyana. Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab. 2010. Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press.







*Sumber: http://dwitidakparasit.blogspot.com/2014/06/potensi-diri.html

Tag : Lainnya, Psikologi
0 Komentar untuk "Menggali dan Mengenali Potensi Diri"

Back To Top