BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semakin banyaknya masalah menyebabkan banyak kegiatan harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang cermat. Anggaran salah satu bentuk dari berbagai rencana yang mungkin disusun, meskipun tidak setiap rencana dapat disebut sebagai anggaran. Anggaran perusahaan mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Perusahaan sebagai salah satu unit ekonomi perlu memiliki program yang tepat. Perusahaan sebagai lembaga ekonomi umumnya mengejar keuntungan, dan karenannya menggunakan kriteria efisiensi sebagai alat pengukurnya. Karena itulah perusahaan membutuhkan alat perencana dan pengendali keuntungan. Dalam hal ini anggaran perusahaan berfungsi sebagaimana RAPBN bagi pemerintah dalam merencanakan dan mengendalikan program pembangunan ekonomi.
Dalam suatu perusahaan, bahan baku merupakan salah satu elemen yang penting karena bahan baku menjadi dasar berlangsungnya suatu produksi. Perusahaan harus selalu mempertimbangkan secara masak tentang berapa besarnya jumlah bahan baku yang harus ada sebelum memulai suatu kegiatan produksi. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan pengendalian terhadap bahan baku maupun biaya yang ditimbulkan. Untuk menjaga kelancaran produksi harus dipertimbangkan secara matang mengenai tersediannya bahan baku agar dapat memenuhi keperluan produksi jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam pengendalian bahan baku, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan membuat anggaran pembelian bahan baku. Bahan baku dapat dianggarkan dalam satuan (unit) uang. Anggaran pembelian bahan baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian dari anggaran bahan baku ?
1.2.2. Apa tujuan penyusunan anggaran bahan baku ?
1.2.3. Apa saja jenis - jenis anggaran bahan baku ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui anggaran bahan baku
1.3.2. Untuk mengetahui tujuan penyusunan anggaran bahan baku
1.3.3. Untuk mengetahui jenis - jenis anggaran bahan baku
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bahan Baku
Dalam pengendalian bahan baku, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan membuat anggaran pembelian bahan baku. Bahan baku dapat dianggarkan dalam satuan (unit) uang. Anggaran pembelian bahan baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian.
Anggaran Bahan Baku adalah semua anggaran yang berhubungan dan merencanakan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan baku untuk proses produksi selama periode yang akan datang. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan menjadi Bahan Baku Langsung (Direct Material) dan Bahan Baku Tak Langsung (Indirect Material). Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan bagian barang yang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku langsung ini mempunyai hubungan yang erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan. Sehingga biaya bahan baku langsung merupakan biaya variable bagi perusahaan. Bahan baku tak langsung adalah bahan mentah yang ikut berperan dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan. Seandainya barang jadi yang dihasilkan adalah meja dan kursi kayu merupakan bahan baku baku langsung, sedangkan paku dan cat merupakan bahan baku tak langsung.
Anggaran bahan baku hanya merencanakan kebutuhan dan penggunaan bahan baku langsung. Bahan mentah tak langsung akan direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik.
Ø Fungsi Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Ada 2 fungsi penting anggaran bahan baku, yaitu:
Sebagai dasar untuk menyusun budget pembelian bahan mentah, jumlah satuan bahan mentah yang dibeli ditentukan oleh beberapa banyak satuan bahan mentah yang dibutuhkan oleh berapa banyak satuan bahan mentah dibutuhkan dalam proses produksi.
Sebagai dasar untuk menyusun anggran biaya bahan mentah besarnya biaya bahan mentah ditentukan oleh berapa banyak satuan bahan mentah tersebut dibutuhkan untuk proses produksi.
Sebagai Data dan informasi untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan mentah
Ø Manfaat Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Anggaran bahan baku mempunyai 3 kegunaan pokok yaitu :
a. Sebagai pedoman kerja.
b. Sebagai alat untuk menciptakan koordinasi kerja.
c. Sebagai alat untuk melakukan pengawasan kerja.
Ø Data dan Informasi Untuk Menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Data dan informasi digunakan untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan baku adalah:
Rencana produksi yang tertuang dalam anggaran yang akan diproduksi. Khususnya tentang jumlah dari masing-masing jenis barang yang akan diproduksi dari waktu ke waktu selama periode tertentu.
Berbagai standar pemakaian bahan baku dari masing-masing bahan baku untuk proses produksi, yang ditetapkan dan berlaku di perusahaan. Standar pemakaian bahan baku diperlukan untuk mengendalikan efisiensi pemakaian bahan baku (controlling).
Ada 2 metode yang menetapkan standar data dan informasi dalam perusahaan, yaitu:
a. Data historis atau data pengalaman diwaktu-waktu yang telah lalu.
Caranya adalah dengan melihat jumlah unit yang dihasilkan di suatu waktu yang lalu dan kemudian membandingkan dalam satuan jumlah satuan unit bahan mentah yang habis terpakai untuk waktu produksi pada bulan tersebut, maka dari hasil itu dapat diketahui penggunaan bahan mentah rata-rata untuk unit produk.
b. Data penelitian khusus. Pada data penelitian khusus dengan mengabaikan data pengalaman di waktu-waktu yang telah lalu. Cara ini misalnya dapat dilakukan dengan :
Mengukur secara fisik barang jadi yang telah selesai diproduksi, agar dapat diketahui jumlah satuan unit bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan produk tersebut. Misalnya PT. Charisma yang bergerak dalam produksi mebel akan menghasilkan meja dan kursi. Maka, hal yang dilakukan adalah mengukur meja dan kursi yang telah selesai diproduksi, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan bahan baku berupa kayu yang dipakai.
Melakukan penelitian dan pengukuran secara laboratories terhadap produk yang dihasilkannya. Hal ini biasanya dipakai pada barang atau produk yang tidak mudah diukur penggunaan bahan baku secara visual, tanpa bantuan alat khusus, Misal obat-obatan, minuman, kosmetik, dll.
Mengadakan percobaan-percobaan proses produksi secara efisien, sambil diukur pemakaian bahan mentahnya.
2.2. Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Baku
Secara ringkas tujuan penyusunan angaran bahan baku, antara lain :
1. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku
2. Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan
3. Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan
Untuk melaksanakan pembelian bahan baku.
4. Sebagai dasar penyusunan biaya produksi, yakni memperkirakan komponen
harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi.
5. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku.
2.3. Jenis - jenis Anggaran Bahan Baku
Anggaran Bahan Baku ini terdiri dari empat jenis anggaran, yaitu :
2.3.1. Anggaran Kebutuhan Bahan Baku (Unit of Direct Materials Used Budget)
Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah disusun untuk merencanakan jumlah fisik bahan baku langsung yang diperlukan, bukan nilainya dalam rupiah.
Secara terperinci anggaran ini harus dicantumkan :
a. Jenis barang jadi yang dihasilkan.
b. Jenis bahan baku yang digunakan.
c. Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi.
d. Standar penggunaan bahan baku.
e. Waktu penggunaan bahan baku.
Standar penggunaan bahan (SP) adalah bilangan yang menunjukkan berapa satuan bahan baku yang diperlukan untuk menghasilkan 1 (satu) satuan barang jadi.
Contoh:
Standar Penggunaan = 2, untuk barang jadi A dan bahan baku X. Artinya
untuk menghasilkan unit barang A diperlukan 2 unit bahan baku X.
Manfaat dari anggaran kebutuhan bahan baku berguna sebagai dasar untuk penyusunan Anggaran Pembelian Bahan Baku dan Angaran Biaya Bahan Baku.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan kebutuhan anggaran bahan baku, yaitu:
ü Anggaran Unit yang akan Diproduksi, khususnya rencana tentang jenis (kualitas) dan jumlah (kuantitas) barang yang akan diproduksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang. Semakin besar jumlah unit yang akan diproduksi, akan semakin besar pula jumlah unit bahan bakunya, semakin kecil jumlah unit yang akan diproduksi, akan semakin kecil pula jumlah unit bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi.
ü Berbagai standar pemakaian bahan ( Standard Usage Rate ) dari masing-masing jenis bahan baku untuk proses produksi yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam rangka mengetahui jumlah unit bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi, pada umumnya perusahaan telah menetapkan standar-standar pemakaian tiap-tiap jenis bahan baku. Untuk menetapkan angka-angka standard ini dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :
1. Dengan cara yang mendasarkan diri pada data historis atau pengalaman dari periode waktu yang lalu. Dengan membandingkan antara jumlah produk yang dihasilkan pada suatu periode dengan jumlah bahan baku yang digunakan untuk berproduksi pada periode yang sama.
2. Dengan cara yang mendasarkan diri pada penelitian-penelitian khusus di dalam pabrik atau dengan melihat angka penggunaan rata-rata yang ditentukan secara statistik.
2.3.2. Anggaran Pembelian Bahan Baku
Anggaran Pembelian Bahan Baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian.
Apabila jumlah bahan baku yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan berbagai resiko, misalnya bertumpuknya bahan baku di gudang yang mungkin itu dapat mengakibatkan penurunan kualitas, terlalu lamanya bahan baku yang bergiliran untuk diproes, atau biaya penyimpanan yang menjadi lebih besar. Apabila jumlah bahan baku yang dibeli terlalu kecil, juga akan mendatangkan resiko berupa terhambatnya kelancaran proses produksi akibat kehabisan bahan baku, serta timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan baku pengganti secepatnya.
Ø Jumlah Pembelian yang paling Ekonomis (economical order quantity).
Hal yang perlu dipikirkan oleh perusahaan selain besarnya kebutuhan juga besarnya jumlah bahan baku setiap kali dilakukan pembelian,yang menimbulkan biaya paling rendah tetapi tidak mengakibatkan kekurangan bahan baku. Jumlah pembelian dapat dihitung dengan EOQ (Economical Order Quantity). Dalam EOQ ini dipertimbangkan 2 jenis biaya yang bersifat varibel, yaitu :
a. Biaya Pemesanan
Yaitu biaya - biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan baku. Biaya ini berubah - ubah sesuai dengan frekuensi pemesanan, semakin tinggi pemesanannya semakin tinggi pula biaya pemesannanya. Sebaliknya biaya ini berbanding terbalik dengan jumlah (kuantitas) bahan baku setiap kali pemesanan. Hal ini disebabkan karena semakin besarnya jumlah setiap kali pemesan dilakukan, berarti frekuensi pemesanan menjadi semakin rendah.
Contoh : biaya - biaya persiapan pemesanan, biaya administrasi,
biaya pengiriman pesanan, dll.
b. Biaya Penyimpanan
Yaitu biaya - biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpanan bahan baku yang telah dibeli. Biaya ini juga berubah sesuai dengan jumlah bahan baku yang disimpan. Semakin besar jumlah bahan baku setiap kali pemesanan maka biaya penyimpanan akan semakin besar pula. Jelaslah bahwa biaya penyimpanan mempunyai sifat yang berlawanan dengan biaya pemesanan.
Contoh : biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya perbaikan
kerusakan, dll.
Ø Waktu Pembelian Bahan Mentah
Untuk menjaga kelancaran proses produksi tidak cukup ditentukan jumlah bahan baku yang dibeli. Harus ditentukan pula kapan pemesanan bahan baku harus dilakukan agar bahan baku itu dapat datang tepat pada waktu dibutuhkan. Bahan baku yang datang terlambat akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses produksi. Kadang-kadang perlu dicari bahan baku pengganti agar proses produksi tidak berhenti. Biaya-biaya yang terpaksa dikeluarkan karena keterlambatan datangnya bahan baku disebut Stock Out Cost.
Sebaliknya, bahan mentah yang datangnya terlalu awal akan menimbulkan masalah pula. Harus disediakan tempat penyimpanan dan harus ditanggung pula biaya pemeliharaan ekstra. Biaya-biaya yang dikeluarkan karena bahan baku dating terlalu awal diebut Extra Carrying Cost.
Karena itu dalam menentukan waktu pemesanan bahan baku perlu diperhatikan factor Lead Time. Lead Time adalah jangka waktu sejak dilakukannya pemesanan sampai datangnya bahan abku yang dipesan dan siap untuk digunakan dalam proses produksi. Setelah diperhitungkan factor lead time, maka akan dapat ditentukan Reorder Point. Reorder Point adalah saat di mana harus dilakukan pemesanan kembali bahan baku yang diperlukan.
Jadi untuk merencanakan saat pemesanan bahan baku pasa periode mendatang, perlu diperhatikan factor Lead Time, Extra Carrying Cost dan Stock Out Cost. Dalam melakukan pengamatan dengan data historis, harus dilakukan terhadap beberapa data untuk kemudian dihitung probabilitasnya dari total pengamatan.
Ø Bentuk Dasar Anggaran Pembelian Bahan Baku telah diuraikan sebelumnya bahwa anggaran pembelian bahan baku dapat disusun apabila total kebutuhan bahan baku untuk suatu periode telah ditentukan, dengan perhitungan sebagai berikut :
Persediaan Akhir xx
Kebutuhan bahan baku untuk produksi xx
+
Jumlah kebutuhan xx
Persediaan Awal xx
±
Pembelian Bahan Baku xx
Dalam anggaran pembelian bahan baku dicantumkan :
1. Jenis bahan yang digunakan dalam proses produksi.
2. Jumlah yang harus dibeli.
3. Harga per satuan bahan mentah.
2.3.3. Anggaran Persediaan Bahan Baku
Dalam penyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan Baku dan Anggaran Pembelian Bahan Baku di muka, tampak bahwa masalah nilai persediaan awal dan persediaan akhir bahan baku selalu diperhitngkan. Setiap perusahaan mempunyai kebijkasanaan dalam menilai persediaan yang berbeda.
Tetapi pada dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kebijaksanaan FIFO (First In First Out)
2. Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out)
Dalam kebijaksanaan FIFO, bahan mentah yang lebih dahulu digunakan untuk produksi adalah bahan mentah yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga sering diterjemahkan Masuk Pertama Keluar Pertama. Dengan kata lain, penilaian bahan baku di gudang nilainya diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya.
Perlu diperhatikan dahulu oleh perusahaan, kebijaksanaan mana yang akan dipilih.
Hal penting dalam rangka penyusunan Anggaran Persediaan Bahan Baku dan Anggaran Biaya Bahan Baku yang habis digunakan, karena adanya perbedaan factor perbedaan harga dari waktu ke waktu. Harga bahan baku mungkin berbeda dari waktu ke waktu, dan ini perlu diperhatikan karena nilai bahan baku yang ada di dalam gudang dan dipakai untuk produksi juga berbeda dari waktu ke waktu. Karena itu harus diperhitungkan, apakah bahan mentah digunakan secara LIFO atau FIFO.
Salah satu tujuan penyusunan Anggaran Perusahaan Bahan Baku adalah untuk pengawasan, tingkat persediaan bahan baku di gudang yang tidak terkontrol akan sangat membahayakan perusahaan sendiri. Dengan mendasarkan diri pada Anggaran Persediaan Bahan Baku, maka dapat dilihat apakah penggunaan bahan baku dan bahan baku yang tersisa sebagai persediaan sesuai dengan rencana semula ataukah terjadi penyimpangan. Besarnya bahan baku yang harus tersedia untuk kelancaran proses produksi tergantung pada beberapa factor, seperti :
1. Volume produksi selama satu periode waktu tertentu (dapat dilihat pada
Anggaran Produksi).
2. Volume Bahan Baku Minimal, yang disebut safety stock (persediaan besi).
3. Besarnya pembelian yang ekonomis.
4.Estimasi tentang naik turunnya harga bahan baku pada waktu-waktu mendatang.
5. Biaya-biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku.
6. Tingkat kecepatan bahan baku rusak.
Ø Persediaan Besi
Persediaan besi adalah persediaan minimal bahan baku yang harus dipertahankan untuk menjamin kelangsungan proses produksi. Di muka telah disinggung sedikit bahwa persediaan bahan besi merupakan salah satu factor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan saat dilakukannya pemesanan bahan baku (Re Order Period).Besarnya persediaan besi ditentukan oleh beberapa factor, antara lain :
1. Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan baku yang dipesan, apakah selalu tepat pada waktunya atau tidak. Apabila leveransir selalu tepat waktu dalam menyerahkan pesanan kita maka resiko kehabisan bahan mentah relative kecil, sehingga persediaan besi tidak terlalu besar. Sebaliknya, bila leveransir biasanya terlambat datang maka resiko kehabisan bahan mentah terlalu besar, sehingga perlu ada persediaan besi yang besar pula.
2. Jumlah bahan baku yang dibeli setiap kali pemesanan. Apabila jumlah bahan baku yang dibeli besar, maka persediaan rata-rata di atas persediaaan besi besar pula, sehingga resiko kehabisan bahan baku relative kecil, begitu pula sebaliknya.
3. Dapat diperkirakan atau tidaknya kebutuhan bahan baku secara tepat. Bagi perusahaan yang dapat memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku secara tepat, maka resiko kehabisan bahan baku kecil (karena bahan baku yang dibutuhkan sudah disediakan sepenuhnya), begitu pula sebaliknya.
4. Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan baku dan biaya ekstra karena kehabisan bahan baku. Apabila biaya penyimpanan tampak lebih besar daripada biaya ekstra akibat kehabisan bahan baku maka tidak perlu adanya persediaan besi yang terlalu besar, begitu pula sebaliknya.
Ø Bentuk Dasar Anggaran Persediaan Bahan Baku
Dalam Anggaran Persediaan Bahan Baku perlu diperinci hal-hal
sebagai berikut :
1. Jenis bahan baku yang digunakan
2. Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang tersisa sebagai persediaan
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan baku,Nilai bahan baku yang disimpan sebagai persediaan.
2.3.4. Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan dalam Produksi
Tentu tidak semua bahan baku yang tersedia akan habis digunakan untuk produksi. Hal ini disebabkan karena 2 hal, yakni :
1. Perlu adanya persediaan akhir, yang akan menjadi persediaan awal periode berikutnya.
2. Perlu adanya persediaan besi agar kelangsungan produksi tidak terganggu akibat kehabisan bahan baku.
Bahan mentah yang telah digunakan dalam proses produksi harus dihtung nilainya. Rencana besarnya nilai bahan baku yang habis digunakan dalam proses produksi dituangkan dalam suatu anggaran tersendiri disebut Anggaran Bahan Baku yang Habis Digunakan.Manfaat disusunnya Anggaran Bahan Baku yang Habis Digunakan antara lain adalah ;
1. Untuk keperluan Produk Costing, yaitu perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan perusahaan.
2. Untuk keperluan pengawasan penggunaan bahan baku.
Bentuk Dasar Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan Dalam anggaran ini standar penggunaan bahan baku masih diperhatikan, tetapi tidak dicantumkan pada Anggaran KebutuhanBahan Baku. Anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan perlu memperinci hal-hal :
1. Jenis bahan baku yang digunakan.
2. Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang habis digunakan untuk produksi.
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan baku.
4. Nilai masing-masing bahan baku yang habis digunakan dalam proses produksi.
5. Jenis barang yang (dihasilkan dan) menggunakan bahan baku.
6. Waktu penggunaan bahan baku.
Ø Fungsi Perencanaan, Koordinasi, dan Pengawasan pada Anggaran - anggaran Bahan Baku
Seperti halnya anggaran produksi, anggaran kebutuhan bahan baku,persediaan bahan baku dan pembelian bahan baku merupakan alat perencanaan bagi perusahaan. Dalam anggaran - anggaran tersebut secara terperinci dibuat rencana tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan bahan baku pada waktu mendatang.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Anggaran Bahan Baku adalah semua anggaran yang berhubungan dan merencanakan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan baku untuk proses produksi selama periode yang akan datang.
3.1.2. Secara ringkas tujuan penyusunan angaran bahan baku, antara lain, memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku, memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan, sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan baku, sebagai dasar penyusunan biaya produksi, yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi, sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku.
3.1.3. Jenis – jenis anggaran bahan baku ada empat yaitu anggaran kebutuhan bahan baku, anggaran pembelian bahan baku, anggaran persediaan bahan baku dan anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan dalam produksi.
DAFTAR PUSTAKA
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=80022 , diakses pada tanggal 11 september 2013Munandar,M. 1995. Budgeting. Yogyakarta : BPFE ± UGM.
Rudianto. 2009. Penganggaran. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Shim, Jae K., Joel, G Siegel. 2000. Budgeting. Jakarta : Erlangga.
Welch, G.A. 1993. Penyusunan Anggaran Perusahaan. Jakarta : Bumi.
Tag :
Penganggaran Perusahaan
0 Komentar untuk "Budgeting(Penganggaran) Bahan Baku"