Teori-Teori Kreativitas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kreativitas sangat penting untuk dikembangkan, karena kreativitas memegang pengaruh penting dalam kehidupan seseorang. Maka dari itu, kreativitas perlu dikembangkan sejak dini (Fakhriyani, 2016).

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang yang dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan hal-hal yang baru atau sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru, menemukan cara-cara dalam pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, membuat ide-ide baru yang belum pernah ada, dan melihat adanya berbagai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi (Fakhriyani, 2016).

Perilaku kreatif merupakan hal yang muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pada istilah proses merupakan langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu proses merasakan kesulitan, permasalahan, kesenjangan, membuat  dugaan dan memformulasikan hipotesis, merevisi dan memeriksa kembali hingga mengkomunikasikan hasil (Fakhriyani, 2016). 

Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Karena itu sistem pendidikan hendaknya dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif – produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran. Namun dalam kenyataannya masih sedikit sekolah yang menyelenggarakan upaya pengembangan kreativitas dan bakat anak. Hal ini disebabkan antara lain oleh masih sangat langkanya literature yang membahas secara menyeluruh dan terinci mengenai kreativitas, bakat, dan upaya–upaya pengembangannya  khususnya di Pendidikan Anak Usia Dini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini ialah, sebagai berikut: 
1. Bagaimana teori Psikoanalisis menurut teori Freud?
2. Bagaimana teori Psikoanalisis menurut teori Ernst Kris?
3. Bagaimana teori Psikoanalisis menurut teori Jung?
4. Bagaimana teori Humanistik menurut teori Abraham Maslow?
5. Bagaimana teori Humanistik menurut teori Carl Rogers?
6. Bagaimana teori Csikszentmihalyi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu untuk mendeskripsikan: 
1. Teori Psikoanalisis menurut teori Freud
2. Teori Psikoanalisis menurut teori Ernst Kris
3. Teori Psikoanalisis menurut teori Jung
4. Teori Humanistik menurut teori Abraham Maslow
5. Teori Humanistik menurut teori Carl Rogers
6. Teori Csikszentmihalyi

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca mengenai teori-teori mengenai kreativitas, teori-teori yang melandasi pembentukan pribadi kreatif, dan menjelaskan teori-teori yang melandasi pengembangan yang meliputi teori psikoanalisis, teori humanistic, dan teori csikszentmihalyi.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Psikoanalisis
Corey (dalam Husna, 2018:101) Psikoanalisis menurut definisi modern memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah: 
1. Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi yang mengedepankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa depan. 
2. Psikoanalisis adalah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental. 
3. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi.

Berbicara kreativitas dalam halnya manusia makhluk ciptaan tuhan yang dianugerahi berbagai kreatif yang tanpa batas hingga perannya akan berdampak pada peradaban manusia itu sendiri. Kreativitas merupakan salah satu bentuk transfer karena melibatkan aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang telah diketahui sebelumnya kepada situasi yang baru. Selama masa kehidupan anak, banyak orang yang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak. Mereka mempunyai peranan besar dalam terwujudnya potensi anak, terutama orang tua dan guru. Memupuk keunggulan berarti membantu anak berbakat mewujudkan kemampuan potensialnya. 

Teori-Teori Kreativitas

1. Teori Freud
Sigmund Freud dilahirkan dikota kecil, Freiberg, Moravia. Psikoloanalisis merupakan salah satu aliran di dalam disiplin ilmu psikologi yang memiliki beberapa definisi dan sebutan, adakalanya psikoloanalisa didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai tehnik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi (Sabri dalam Husna, 2018:101).
Freud membagi tingkatan kepribadian menjadi 3 tingkatan yaitu: kesadaran (conscious), perasadar (preconscious), dan ketidaksadaran (unconsious). 
a. Kesadaran (Conscious): Segala sesuatu yang disadari berkaitan dengan makna dalam kehidupan sehari, termasuk sensasi dan pengalaman, yang membuat kita menyadari setiap peristiwa yang kita alami. 
b. Pra-sadar (Pre-conscious): Pra-sadar merupakan lapisan jiwa di bawah kesadaran, dan berada di tengah antara sadar dan tidak sadar. Perasadar sebagai penampung ingatan-ingatan yang dibutuhkan sedikit usaha untuk dibawa ke kesadaran, misalnya kenangan yang sudah tersedia dengan mudah kita panggil ke alam sadar. 
c. Ketidaksadaran (Unconsious): Ketidak sadaran merupakan lapisan terbesar dari kehidupan mental dan berada dibawah permukaan air. Disamping itu, ketidaksadaran juga merupakan utama dalam teori psikoanalisis. Yang berisi insting-insting atau pengalaman.dengan kata lain kenangan yang sukar sekali muncul ke dalam kesadaran.

Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kepribadian manusia memiliki sesuatu struktur yang terdiri dari id (da es), ego (das ich), dan super ego (das ueber ich). Struktur kepribadian tersebut akan saling berinteraksi dan akan menentukan perilaku seseorang. Struktur psikis manusia meliputi tiga sistem utama, yaitu Id (das es), Ego (das ich), dan Super Ego (ueber ich).
a. Pertama Id (da es). Id adalah bagian paling orisinil dalam kepribadian manusia dan merupakan gudang penyimpan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar, seperti makan, minum, istirahat atau rangsangan agresivitas dan seksualitas. Id ini merupakan sumber energi psikis yang menggerakkan kegiatan psikis manusia, karena berisi instink-instink, baik instink hidup atau Instink kematian. Sistem kepribadian biologis yang asli, berisikan sesuatu yang telah ada sejak lahir.

Menurut Freud (dalam Adid, 2008:286) Id memiliki prinsip kerja yang serba mengejar kenikmatan (pleasure principle) yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Sehubungan dengan hal itu, bagi id kenikmatan merupakan keadaan yang relatif inaktif atau tingkat energi rendah dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang mendambakan kepuasaan. Sehubungan dengan hal itu, pleasure principle diproses dengan dua cara, tindak refleks (reflex action) dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti refleks batuk, mengedipkan mata, bersin dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana. Proses primer merupakan reaksi membayangkan atau mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi dan menghilangkan tegangan digunakan untuk menangani stimulus kompleks.

b. Kedua; Ego (das ich). Ego merupakan sistem kepribadian yang rasional dan berorientasi pada prinsip realitas (reality principle). Ego merupakan bagian pikiran yang mewakili alam sadar. Ego bekerja menggunakan proses sekunder yaitu pertimbangan, akal sehat, dan kekuatan untuk menunda respon spontan atas rangsangan dari luar atau desakan-desakan naluriah dalam diri. Ego berperan sebagai mediator antara id yakni keinginan untuk mencapai kepuasan dan kondisi lingkungan atau dunia nyata. Ego juga disebut eksekutif kepribadian, karena ia mengontrol tindakan, memilih lingkungan untuk memberi respon, memuaskan instink yang dikehendaki dan berperan sebagai pengendali konflik antara id dan super ego.
Freud (dalam Adid, 2008:287) mengungkapkan bahwa ego merupakan sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Sementara itu, ego juga sebagai eksekutif (pelaksana) dari kepribadian id yang memiliki dua tugas utama. Tugas yang pertama, yaitu ego memilih stimuli mana yang hendak direspon atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Tugas yang kedua, yaitu ego menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dapat dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resiko minimal.

c. Ketiga; Super ego (das ueber ich). Super ego suatu sistem merupakan kebalikan dari id. Sistem ini secara keseluruhan dibentuk oleh kebudayaan. Norma-norma yang diperoleh melalui pendidikan menjadi pengisi dari sistem superego, sehingga berisi dorongan-dorongan untuk berbuat kebajikan dan dorongan untuk mengikuti norma-norma masyarakat. Superego mengkhususkan perhatiannya pada observasi diri, yaitu dengan mengawasi ego dan memberi keputusan ego sesuai dengan ego-ideal atau tidak, atau ego mengecewakan ego-ideal.

Freud (dalam Adid, 2008:287 ). Superego merupakan sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai atau aturan-aturan yang bersifatnya evaluatif (menyangkut baikburuk). Superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh, dan berarti bagi kehidupan individu seperti orang tua dan guru. Sehubungan dengan hal itu, fungsi superego meliputi: (1) sebagai pengendali dorongan-dorongan atau implus-implus naluri id agar implus-implus tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat, (2) mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dibandingkan dengan kenyataan, dan (3) mendorong individu kepada kesempurnaan. Dalam hal ini, aktifitas superego dalam diri individu terutama apabila aktifitas ini bertentangan atau konflik dengan ego, menyatakan diri dalam emosi-emosi tertentu seperti perasaan bersalah dan penyesalan. Sikap-sikap tertentu dari individu berkaitan dengan observasi diri, koreksi atau kritik diri, juga bersumber pada superego.

Teori Kreativitas Menurut Sigmund Freud.
Munandar (dalam Zulkarnain, 2016:147) mengatakan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwasan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Keterbukaan terhadap pengalaman baru kemampuan untuk bersikap fleksibel, terbuka, menghargai berbagai pandangan orang lain sehingga memungkinkan untuk mendapatkan sesuatu yang baru, dan keinginan untuk mendapatkan tantangan baru.

Berpijak hal ini Freud merupakan tokoh utama psikologi Psikoanalisis mengkaji kepribadian manusia sebagai kepribadian seseorang secara umum dapatlah dinyatakan tercermin melalui sikap, kecenderungan seseorang melihat “sesuatu” secara mental yang mengarah kepada perilaku yang ditujukan pada orang lain, ide, obyek, dan kelompok tertentu untuk mengarahkan berkreatif.

Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan istilah empat aspek yaitu aspek pribadi (person), pendorong, proses, dan produk. Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong (press) individu ke prilaku kreatif. Kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam memecahkan masalah. Kreativitas merupakan aktivitas mental karena berkaitan dengan pemahaman manusia terhadap lingkungannnya secara terus menerus dengan penuh ketekunan dan kesabaran yang menghasilkan berbagai ide, temuan, cara-cara baru, dan berbagai tindakan yang merupakan terobosan bagi suatu perubahan yang sangat bernilai dan bermakna bagi manusia dalam mengembangkan, mengatur dan mengendalikan lingkungan sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungannya Kreativitas menurut Carkl Mostakis (dalam Zulkarnain, 2016:152) merupakan suatu pengalaman dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain.

Kemudian Munandar menegaskan bahwa kreativitas sebagai keseluruhan kepribadian merupakan hasil interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan yang merupakan tempat individu berinteraksi mendukung berkembang kreativitas, tetapi ada yang justru menghambat berkembangnya kreativitas individu. Salah satu tokoh utama yang menganut Psikoanalisa adalah Sigmund Freud. Ia menegaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan bahwa kreativitas merupakan bagian dari kepribadian. Kreativitas menurut Freud merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, namun justru dari mekanisme sublimasi merupakan penyebab utama dari kreativitas. Pada umur empat tahun anak mengembangkan hasrat fisik untuk orangtua dari jenis kelamin yang berbeda karena kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi maka terjadi sublimasi dan awal dari imajinasi. Freud menjelaskan banyak karya seni sebagai sublimasi dari seniman. Sebagai contoh banyaknya lukisan Leonardo da Vinci, mengenai Madonna dihasilkan dari kebutuhan seksual dengan tokoh ibu yang disublimasi karena kehilangan ibunya pada usia muda (dalam Masganti dkk, 2016:30)

Jadi Menurut Freud orang hanya didorong untuk menjadi kreatif jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual secara langsung. Karena kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka terjadilah sublimasi dan awal dari imajinasi. Pada jenis-jenis mekanisme pertahanan ego oleh freud dibawah ini dapat diketahui munculnya kreatif seseorang sebagai berikut:
a. Represi
Proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala sesuatu (ide, insting, pikiran) yang dapat menimbukan kecemasan keluar dari kesadaran. Contohnya: anak yang kurang berprestasi (underachievement) mungkin menekankan ingatan-ingatan menyakitkan tentang pengalaman mengalami kegagalan pada sekolah.
b. Kompensasi
Usaha untuk menutupi kelemahan di suatu bidang dengan membuat prestasi dibidang lain, sehingga ego terhindar dari ejakan atau rasa rendah diri. Contohnya: Gadis kurang cantik tidak berhasil menarik perhatian dengan kecantikan, tetapi belajar tekun dan berprestasi, sehingga memperoleh kepuasaan karena orang kagum pada kepandaiannya.
c. Sublimasi
Jika tidak mampu memenuhi dorongan seks, mengimbangi dengan kreativitas di bidang seni, misalnya jadi pemain bola atau anak menghisap permen sebagai sublimasi dari kenikmatan.
d. Penempatan yang keliru
Mengarahkan energi dari objek utama ke objek pengganti ketika insting terhalangi. Contohnya: rini tidak senang dimarahi lili, tapi tidak bisa marah kembali pada lili karena lili adalah atasannaya.
e. Rasionalisasi
Cara untuk memberi alasan-alasan yang masuk akal sebagi usaha untuk mempertahankan egonya sehingga seolah-olah dapat dibenarkan. Contohnya: ketika fani mendapat nilai yang rendah pada mata pelajaran matematika, ia mencari alasan-alasan yang masuk akal untuk menjelaskan mengapa ia mendapat nilai rendah, seperti sakit, ada masalah keluarga sehingga tidak dapat belajar dengan baik, atau gurunya pilih kasih.
f. Identifikasi
Cara mereduksi ketegangan dengan meniru (melakukan imitasi) atau mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya. Contohnya: saya cinta sekali pada ayah, saya ingin sekali seperti dia.
g. Introyeksi
Suatu pertahanan diri yang dilakukan dengan mengambil alih nilai-nilai dan standar orang lain baik positif maupun negatif. Contohnya: anak yang mendapat penganiayaan semasa kecilnya, mengambil cara orangtua mengatasi stress sehingga melestarikan siklus kekerasan.
h. Regresi
Usaha untuk menghindari kegagalan atau ancaman terhadap ego, individu mundur kembali ke taraf matik yang sangat kuat pada tahap perkembangan tertentu yang menyebabkan regresi. Contohnya: Jono kembali kekanakkanakan dengan bersikap manja karena takut menghadapi tanggungjawab atau karena takut tidak mendapat perhatian.
i. Proyeksi
Proyeksi adalah melakukan atribusi pada karakteristik orang lain di luar dirinya. Contohnya: siswa yang tidak menyukai gurunya mengatakan bahwa “guru saya, dia berpikir saya bodoh”.
j. Pembentukkan reaksi
Menganggap memiliki perasaan terhadap seseorang yang sebaliknya dari perasaan sesungguhnya terhadap dia. Biasanya penggantian perasaaan dari negatif ke positif. Contohnya “saya benci kamu” menjadi “saya sayang kamu”.
k. Pemindahaan
Jika takut mengungkapkan perasaan terhadap seseorang, perasaan itu diungkapkan terhadap seseorang yang kurang kuasa, misalnya karena takut menyatakan kemarahan kepada atasan, maka marah-marah kepada anak.
l. Kompertementalisasi
Mempunyai dua kepercayaan yang saling bertentangan pada saat yang sama, misalnya meskipun ia sebetulnya bodoh, tetapi ia pintar berhitung.

Berangkat dari gambaran mekanisme pertahanan yang ditegaskan oleh freud ada kecenderungan untuk beralih ke perilaku dalam tindakan kreatif disebabkan kepuasaan awal tidak terpenuhi. Terjadinya kreatif yang sudah diterangkan diatas merupakan bahwa kreatif manusia ditentukan oleh seksual yang tidak terpenuhi sehingga terbitlah ide-ide untuk berkreasi. Kreativitas proses pelepasan terhadap pelepasan kontrol ego sehingga ambang sadar manusia dapat terungkap secara bebas. Yakni kepercayaan, penghargaan, kemauan, kerajinan, maupun kompetensi. Pengungkapan tersebut dapat berbentuk berbagai karya seperti karya seni, lukisan, atau musik dan karya lainnya.

2. Teori Ernst Kris
Ernst Kris menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi yaitu kecenderungan untuk beralih keperilaku pada tingkat perkembangan sebelumnya yang memberi kepuasan jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasan juga sering muncul dalam tindakan kreatif (Munandar dalam Istiqomah 2017:31). Ernst kris dalam teori kreativitasnya adalah mereka yang paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak sadar. Sebagai contoh, pada umumnya sebagai orang dewasa kita tidak pernah bisa seperti anak lagi. Akan tetapi, bagi orang kreatif tidak mengalami kesulitan atau hambatan untuk bisa “seperti anak” dalam pemikirannya. Mereka dapat mempertahankan sikap bermain dalam menghadapi masalah-masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian mereka mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif, mereka melakukan regresi demi bertahannya ego.

3. Teori Jung
Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di sebuah desa kecil di Swiss bernama Kessewil. Ayahnya bernama Paul Jung, seorang pendeta desa dan ibunya bernama Emilie Preiswerk Jung. Ida lahir di tengah keluarga yang cukup pendidikan. Di antara anggota keluarga besar Jung senior, ada yang jadi pendeta dan punya pikiran yang eksentrik.

Dasar-dasar Teori Analatik Jung
Teori kepribadian Jung dipandang sebagai teori psikoanalitik karena tekanannya pada proses-proses tak sadar, namun berbeda dalam sejumlah hal penting dengan teori kepribadian Freud. Menurut Jung, tingkah laku manusia ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu dan rasi (kausalitas) tetapi juga oleh tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi (teleologi). Baik masa lampau sebagai aktualitas maupun masa depan sebagai potensialitas sama-sama membimbing tingkah laku orang sekarang. Pandangan Jung tentang kepribadian adalah prospektif dalam arti bahwa ia melihat ke depan ke arah garis perkembangan sang pribadi di masa depan dan retrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa lampau. Bagi Freud, hanya ada pengulangan yang tak habis-habisnya atas tema-tema insting sampai ajal menjelang. Bagi Jung, ada perkembangan yang konstan dan sering kali kreatif, pencarian ke arah keparipurnaan dan kepenuhan, serta kerinduan untuk lahir kembali.

Teori Jung juga berbeda dari semua pendekatan lain tentang kepribadian karena tekanannya yang kuat pada dasar-dasar ras dan filogenetik kepribadian. Jung melihat kepribadian individu sebagai produk dan wadah sejarah leluhur. Freud menekankan asal-usul kepribadian pada kanak-kanak sedangkan Jung menekankan asal-usul kepribadian pada ras.

B. Teori Humanistik
Humanistik pada dasarnya lebih menekankan pada kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis dalam tingkat tinggi. Serta dalam kreativitas pada diri seseorang dapat berkembang selama hidup dan tampa terbatas pada usia lima tahun pertama anak. Humanisme yakin bahwa manusia memiliki di dalam dirinya potensi untuk berkembang sehat dan kreatif dan jika orang mau menerima tanggung jawab untuk hidupnya sendiri, dia akan menyadari potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang tua, sekolah dan tekanan lain yang datang dari luar dirinya.

Menurut Hanna 2003:34 Psikologi humanistik memusatkan perhatian untuk menelaah kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang terpatri dalam eksistensi manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis dan sintesis, imajinasi, kreativitas, kebebasan berkehendak, tanggung jawab, aktualisasi, makna hidup, pengembangan peribadi, humor, sikap etis dan estetika. Kualitas-kualitas ini benar-benar khas insan dan tidak dimiliki makhluk lain terutama hewan. Selain itu, psikologi humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupannya sendiri. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri, pelaku aktif dan dapat menentukan (hampir) segalanya. Ia adalah makhluk dengan julukan the self deteriming being yang mampu sepenuhnya menentukan tujuantujuan yang paling diinginkannya dan cara-cara mencapai itu yang dianggapnya paling.

Aliran humanistik juga menggugah para psikolog untuk menyadari arti pentingnya dasar-dasar kebutuhan psikologis manusia yang sangat mendasar, seperti kebutuhan-kebutuhan kasih sayang, cinta, harga diri, pengakuan dari orang lain, rasa memiliki, menyatakan diri atau pemunculan diri (self actualizing) dan butuh kreatifitas. Menurut aliran ini, semua kebutuhan itu sama pentingnya bagi manusia seperti halnya kebutuhan biologis, makan minum dan sebagainya. Salah satu ide penting dalam teori belajar humanistik adalah siswa harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar (self regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana, kapan dan bagaimana mereka akan belajar. Siswa belajar mengarahkan sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekedar menjadi penerima pasif dalam proses belajar. Siswa juga belajar menilai kegunaan belajar itu bagi dirinya sendiri. Berikut tokoh-tokoh yang membahas tentang Humanistik.


1. Teori Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow (1908-1970) dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orang tua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.

Dalam dunia psikologi humanistik, Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran. Ia percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki.  Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan-gagasan psikologisnya. Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog-psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia. menekankan bahwa manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan primitif yang muncul pada saat lahir dan kebutuhan tingkat tinggi berkembang sebagai proses kematangan. Kebutuhan-kebutuhan itu, diwujudkan Maslow sebagai hirarki kebutuhan manusia, dari yang terendah hingga yang tertinggi. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisik dan biologis.  kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta kebutuhan akan penghargaan dan harga diri; kebutuhan aktualisasi atau perwujudan diri dan kebutuhan estetik.

Menurut Calvin S. Hall dan Gardner dalam (Zikrun 2018:h25) Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki kodratnya sendiri yang hakiki, suatu kerangka struktur psikologis yang dapat dipandang dan dibicarakan secara analog dengan struktur fisiknya, yakni bahwa ia memiliki kebutuhan- kebutuhan, kapasitas-kapasitas dan kecenderungan-kecenderungan yang bersifat genetik, beberapa diantaranya merupakan sifat-sifat khas dari seluruh spesies manusia, melintas semua batas kebudayaan, dan beberapa lainnya adalah unik untuk masing-masing individu. Kebutuhan-kebutuhan ini pada dasarnya baik atau netral dan bukan jahat.

Kelompok kebutuhan tersebut diuraikan berdasarkan peringkatnya sebagai berikut (Masganti 2016:32) 
1. Kebutuhan primitif atau kebutuhan tingkat paling rendah
Kebutuhan yang dipelukan sekedar untuk mempertahankan hidup. Misalnya kebutuhan makan, minum, udara dan sejenisnya yang sangat dibutuhkan manusia seperti halnya makhluk hidup lainnya. 
2. Kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan ini termasuk peringkat kebutuhan tingkat rendah sesudah kebutuhan primitif. Jika manusia sudah bisa mempertahankan hidup, maka manusia membutuhkan agar kehidupan aman tentram bebas dari berbagai ancaman. Kebutuhaan ini misalnya kebutuhan memiliki rumah sebagai tempat tinggal, kebutuhan keakraban dengan lingkungannya, keteraturan dan sejenisnya.
3. Kebutuhan akan rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa cinta
Semua orang ingin merasakan bahwa ia termasuk dalam golongan sesuatu dan orang juga setidaknya ingin dicintai dan mencintai seperti dalam sebuah keluarga atau pasangan.
4. Kebutuhan akan penghargaan (appreciation) dan harga diri
Jika kebutuhan di bawahnya telah terpenuhi, maka orang ingin kebutuhan berikutnya yaitu kebutuhan akan harga diri dan diakaui oleh orang lain. Dihargai keberadaanya oleh orang sekitar. Keduanya masih tergolong kebutuhan tinggkat rendah namun peringkatnya di atas kebutuhan akan rasa aman. 
5. Kebutuhan perwujudan diri atau aktulisasi diri
Kebutuhan akan pengembangan dan perwujudan potensi diri sepenuhnya sebagai manusia. Kebutuhan ini misalnya menghasilkan karya kreatif dan imajinatif sebagai perwujudan dirinya. Kebutuhan ini termasuk dalam keutuhan tinggakat tinggi. 

2. Teori Carl Rogers
Menurut Carl Rogers (1902-1987), kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Lebih jauh dijelaskan, ada tiga kondisi internal dari pribadi yang kreatif, yaitu:
1. Keterbukaan terhadap pengalaman, 
2. Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evolution)
3. Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep – konsep
Setiap orang yang memilki ketiga cirri ini kesehatan psikologisnya sangat baik. Orang ini berfungsi sepenuhnya, menghasilkan karya – karya kreatif, dan hidup secara kreatif.ketiga cirri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam untuk berkreasi (internal press).

C. Teori Csikszentmihalyi
Menurut Csikszentmihalyi faktor pertama yang memudahkan munculnya kreativitas adalah sifat keturunan bawaan (genetic predisposition) untuk ranah tertentu. Orang yang pendengarannya tajam dan peka terhadap berbagai jenis suara lebih mudah untuk menjadi pemain musik atau pekerjaan yang berhubungan dengan suara. Orang yang mempunyai kemampuan otot kuat dan mampu berlari dalam jangka yang lama mudah untuk menjadi pemain bola. Selain sifat bawaan, faktor ke dua yang memungkinkan tumbuhnya kreativitas adalah minat dalam ranah tertentu pada saat masih dalam usia dini. Minat itulah menjadikan anak terlibat secara intern dalam ranah tersebut sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas pada masa-masa selanjutnya. Faktor ketiga adalah faktor keberuntungan. Anak yang dilahirkan dalam keluarga mampu akan memperoleh berbagai fasilitas yang dibutuhkan seperti alat-alat permainan dibandingkan anak yang dilahirkan dalam keluarga miskin. Hal ini akan erat kaitannya dengan pertumbuhan bakat dan kreativitas anak. Faktor keempat adalah kemampuan berkomunikasi dan berintekrasi dengan sejawat atau acces to a field. Orang yang kreatif ditandai kemampuannya dalam penyusuaikan diri pada setiap situasi sehingga mampu melakukan apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan tujuan.

Berdasarkan teori teori yang telah dikemukakan oleh parah tokoh teori humanistik ini dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu kreatifitas ialah sifatnya keturunan (bawaan) naluri-naluri dasar yang ada dalam diri manusia disertai dorongan dari dalam diri orang tersebut. Pandangan teori humanistik secara umum melihat kreativitas erat kaitannya dengan aktualisasi diri. Perwujudan diri atau aktualisasi diri tersebut berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan kemauan yang telah dimiliki anak. Kemampuan erat kaitannya dengan minat. Karena itu, guru dan orang tua harus memfasilitasi terhadap apa yang diinginkan anak. Memfasilitasi bukan kemudian diubah menjadi intervensi justru akan menghambat anak dalam mengaktuliasasikan dirinya. Karena produk kreatif erat kaitannya dengan aktualisasi diri, sedangkan hal itu erat kaitannya dengan kebebasan yang dimiliki anak, maka guru dan orang tua harus banyak memberikan kebebasan kepada mereka (Suratno,2005) Lebih jauh dijelaskan bahwa kreativitas (Cziksentmihalyi, 1996) hanya dapat dilihat melalui keterkaitannya dengan sistem yang meliputi tiga komponen pokok:
a. Domain (kawasan). Terdiri: aturan-aturan simbolik dan prosedur. Misalnya matematika, teori, yang semua itu bagian dari budaya yang diwariskan. 
b. Field (lapangan). Semua orang yang bertindak sebagai gatekeepers pada suatu kawasan. Mereka memutuskan apakah ide baru atau karya baru dapat dimasukkan ke dalam kawasan tersebut atau tidak. Contoh bidang seni visual: guru seni, kurotur museum, kolektor seni, kritikus seni, dan administrator yayasan dan pemerintah yang mengurus seni. 
c. Individual person. Kreativitas terjadi jika seseorang mempunyai gagasan baru atau melihat suatu pola baru dengan menggunakan simbol suatu kawasan (musik, teknologi, bisnis, atau matematika), dan jika hal baru tersebut telah diseleksi oleh orang-orang yang berkompeten di bidang/kawasan tersebut.

Mengacu pada teori sistem yang di kemukakan oleh Cziksentmihalyi, ada beberapa ciri yang memudahkan tumbuhnya kreativitas pada diri seseorang: 
a. Predisposisi genetis (genetic predispotition). Contohnya, seorang yang sistem sensorisnya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik. 
b. Minat pada usia dini pada ranah tertentu. Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas. 
c. Akses terhadap suatu bidang. Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang diminati sangat membantu pengembangan bakat. 
d. Access to a field. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat dan tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam bidang yang diminati, sangat penting untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang-orang penting. 
e. Orang-orang kreatif ditandai dengan adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapai tujuannya.

Lebih jauh dijelaskan oleh Csiksentmihalyi, terdapat 10 pasang ciri-ciri kepribadian kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis: 
a. Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka dapat bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bisa tenang dan rileks, tergantung situasinya. 
b. Pribadi kreatif cerdas dan cerdik tetapi pada saat yang sama mereka juga naif. Mereka nampak memilliki kebijaksanaan (wisdom) tetapi kelihatan seperti anak-anak (child like). Insight mendalam nampak bersamaan dalam ketidakmatangan emosional dan mental. Mampu berfikir konvergen sekaligus divergen.
c. Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi sikap bermain dan disiplin.
d. Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas. Keduanya diperlukan untuk dapat melepaskan diri dari kekinian tanpa kehilangan sentuhan masa lalu. 
e. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi. 
f. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama. 
g. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (maskulinfeminin). 
h. Orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang (passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat obyektif dalam penilaian karya mereka. 
i. Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering menderita, jika mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada saat yang sama ia merasa gembira yang luar biasa.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi yang mengedepankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa depan. 
Humanistik pada dasarnya lebih menekankan pada kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis dalam tingkat tinggi. Serta dalam kreativitas pada diri seseorang dapat berkembang selama hidup dan tampa terbatas pada usia lima tahun pertama anak. 
Menurut Csikszentmihalyi faktor pertama yang memudahkan munculnya kreativitas adalah sifat keturunan bawaan (genetic predisposition) untuk ranah tertentu. Orang yang pendengarannya tajam dan peka terhadap berbagai jenis suara lebih mudah untuk menjadi pemain musik atau pekerjaan yang berhubungan dengan suara.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui mengenai teori-teori kreativitas, teori-teori yang melandasi pembentukan pribadi kreatif, dan menjelaskan teori-teori yang melandasi pengembangan yang meliputi teori psikoanalisis, teori humanistic, dan teori csikszentmihalyi. Dengan demikian, makalah ini diharapkan dapat membantu dan memberikan manfaat kepada pembaca.



DAFTAR PUSTAKA

Fakhriyani, D. V. (2016). Pengembangan kreativitas anak usia dini. Wacana Didaktika, 4(2), 193-200.

Hanna Djumhana, dkk, 2003. Islam untuk Disiplin Ilmu Psikologi, Jakarta: Departemen Agama RI.

Husna Faqiatul. 2018. Aliran Psikoanalisis dalam Prespektif Islam. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i. Volume 5 Nomor 2. 2018:99-112. ISSN: 2356-1459.

Istiqomah Dwi. 2017. Kreativitas dan Pengembangannya dalam Perspektif Teori Ernst Kris. Golden Age Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. Volume. 2 No. 1. Maret 2017:29-38. E-ISSN: 2502-3519

Masganti dkk. 2016. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini (Teori & Praktik). Medan: Perdana Publishing.

Masganti dkk. 2016. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini (Teori & Praktik). Medan: Perdana Publishing

Masganti Sit, M.Ag, dkk, 2006. PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Teori dan Praktik Medan:Perdana Publishing 

Muhammad Adib F. 2008. Struktur Dan Mekanisme Pemertahanan Jiwa Tokoh Utama Dalam Kumpulan Cerpen Nyanyian Imigran (Kumpulan Cerpen Buruh Migran Indonesia) Telaah Psikoanalisis Sigmund Freud. Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008:279-294.

ZIKRUN, 2018. Teori Humanistik Abraham Maslow Dalam Perspektif Islam. Aceh:Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.

Zulkarnain. 2016. Kreativitas Dalam Persepektif Teori Kepribadian Sigmund Freud Dan Implikasi Dalam Pendidikan. HIKMAH: Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol.5. No. 1. 2018:146-162. E-ISSN: 2085-8663.


*Sumber: https://www.academia.edu/41913326/TEORI_TEORI_KREATIVITAS_MAKALAH


Tag : Lainnya, Pendidikan, PKn
0 Komentar untuk "Teori-Teori Kreativitas"

Back To Top