BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak maraknya kasus pemanasan global di dunia ini, kondisi cuaca menjadi tidak menentu dan tidak beraturan. Kondisi cuaca di Indonesia sendiri saat ini sudah tidak sesuai dengan perhitungan iklim yang seharusnya, seperti pada Bulan Oktober sampai dengan Maret yang biasanya terdapat hujan tetapi sekarang tidak ada lagi terdapat sedangkan pada bulan April sampai dengan September yang biasanya tidak terdapat hujan kini bisa saja hujan turun sangat deras. Bahkan sebuah daerah bisa hujan, tetapi daerah lain yang berdekatan dengan daerah tersebut tidak hujan sedikitpun. Pada musim pancaroba kerap terjadi cuaca ekstrim seperti hujan badai, hujan es, petir, angin kencang, angin puting beliung, banjir dan longsor serta gelombang laut yang tinggi (Dian Kurniawan,2015).
Cuaca ekstrim adalah kejadian cuaca yang tidak normal, tidak lazim yang dapat menngakibatkan kerugian harta benda maupun keselamatan jiwa. Bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan terutama pada manusia, cuaca ekstrim dapat dapat menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Untuk mengurangi dampak dari cuaca ekstrim tersebut diperlukan peringatan dini kepada masyarakat, agar selalu waspada dalam menghadapi kejadian cuaca ekstrim yang berpeluang menimbulkan bencana, peringatan dini cuaca ekstrim sendiri adalah suatu rangkaian kegiatan pemberian informasi sesegera mungkin kepada masyarakat, yang berisi tentang informasi tentang cuaca yang sedang berlangsung (BMKG,2010).
Cuaca ekstrem serta bencana alam yang diakibatkan oleh kejadian cuaca yang tidak normal sedang banyak terjadi di Indonesia, baik berupa banjir karena adanya curah hujan yang lebat, angin puting beliung, angin kencang, atau hujan es. Kejadian cuaca ekstrim adalah salah satu fenomena cuaca yang harus kita waspadai, karena dampaknya akan mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari yang dapat menyebabkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas serta mengkaji apa saja penyebab terjadinya cuaca ekstrem dalam makalah yang berjudul “Penyebab Terjadinya Cuaca Ekstrem”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari cuaca ekstrem?
2. Apa penyebab terjadinya cuaca ekstrem?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari cuaca ekstrem.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya cuaca ekstrem.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cuaca Ekstrem
Menurut Peraturan KBMKG No. 009 Tahun 2010 yang mengenai tentang Prosedur Standar Operasional Pelaksanaan Peringatan Dini, Pelaporan, dan Diseminasi Informasi Cuaca Ekstrim, cuaca ekstrim adalah kejadian cuaca yang tidak normal, tidak lazim yang dapat mengakibatkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta. Dalam buku Keajaiban Planet Bumi, Tjasyono (2014) menuliskan bahwa cuaca ekstrim adalah cuaca yang kejadiannya jarang dan memiliki nilai yang ekstrim, serta dapat menyebabkan kerusakan atau bencana. periodenya sendiri berkisar di antara harian sampai dengan mingguan. Contohnya adalah tornado, badai guruh, hujan lebat, maupun siklon tropis.
Sedangkan dalam buku Cuaca dan Iklim Ekstrim di Indonesia, Kukuh dan Dedi menuliskan bahwa cuaca ekstrim adalah fenomena meteorologi yang bersifat ekstrim atau tidak seperti kondisi ratarata (kondisi normalnya), sesuai sifatnya dari definisi cuaca, dan memiliki dimensi waktu yang cenderung singkat, bisa terjadi dalam satuan detik, menit, jam, dan hari, namun yang paling lama adalah 3 hari. Cuaca yang tergolong ekstrim dan dapat dilihat secara kasat mata adalah cuaca ekstrim adalah fenomena cuaca yang memiliki potensi menimbulkan bencana, menghancurkan tatanan kehidupan sosial, atau yang menimbulkan korban baik materiil maupun imateriil.
Cuaca ekstrim adalah fenomena meteorologi yang ekstrim dalam sejarah (distribusi), khususnya fenomena cuaca yang mempunyai potensi menimbulkan bencana, menghancurkan tatanan kehidupan sosial, atau yang menimbulkan korban jiwa manusia. Pada umumnya cuaca ekstrim didasarkan pada distribusi klimatologi, dimana kejadian ekstrim lebih kecil sama dengan 5% distribusi. Tipenya sangat bergantung pada Lintang tempat, ketinggian, topografi dan kondisi atmosfer (BPBD Provinsi DKI Jakarta).
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa cuaca ekstrem merupakan suatu fenomena di mana cuaca yang terjadi mengalami anomali (menyimpang dari nilai normal). Skala temporalnya cenderung kecil, berkisar dari hitungan menit sampai hitungan hari dan apabila terjadi dapat berpotensi menimbulkan bencana alam yang dapat menimbulkan korban baik materiil maupun imateriil. Cuaca ekstrem yang dimaksudkan disini adalah suatu kejadian cuaca yang
sangat berbeda secara signifikan dari pola cuaca rata-rata atau cuaca yang seperti biasanya. Cuaca ekstrim dapat terjadi dalam 1 hari atau dalam suatu periode waktu tertentu. Cuaca ekstrem dapat terjadi di mana saja, baik di darat maupun di laut.
Adapun contoh dari cuaca ekstrim antara lain adalah puting beliung, angin kencang, hujan lebat, hujan es, serta badai.
1) Angin Puting Beliung
Dalam Peraturan KBMKG No. 009 Tahun 2010 dinyatakan bahwa angin puting beliung merupakan angin kencang yang berputar keluar dari awan Cumulonimbus dengan kecepatan lebih dari 34,8 knots (sekitar 64,4 km/jam) dan terjadi dalam waktu singkat. Awan Cumulonimbus sendiri merupakan awan yang lebat dan cenderung padat. Bagian atasnya berbentuk landasan (anvil) dan kerap kali menjadi sumber cuaca ekstrim seperti hujan lebat, hujan es, kilat, atau badai guruh.
2) Angin Kencang
Menurut ketentuan BMKG, angin kencang adalah angin yang memiliki kecepatan
25 knots (sekitar 45 km/jam). Sebagai tambahan, menurut Tjasyono (2014), angin dikatakan kencang apabila kecepatannya di antara 45 - 90 km/jam, yang apabila dikonversikan ke dalam skala Beaufort menjadi antara skala Beaufort 7 - 10. Skala Beaufort 7 memiliki dampak kasat mata yaitu pohon bergoyang, dan apabila kita berusaha berjalan melawan angin tersebut juga sulit. Gelombang laut menjadi ganas karena gelombang besar. Sedangkan skala Beaufort 10 memiliki dampak kasat mata antara lain pohon tumbang, bangunan rusak, gelombang laut menjadi sangat tinggi.
3) Hujan Lebat
Hujan dikategorikan menjadi hujan lebat jika curah hujan yang terukur mencapai nilai minimal 50 mmhari atau 20 mm/jam. Pada beberapa contoh kasus hujan lebat, hujan terjadi dengan disertai oleh angin kencang dan/atau badai guruh.
4) Hujan Es
Hujan es merupakan fenomena cuaca yang terjadi ketika hujan yang turun berbentuk butiran es yang mempunyai garis tengah paling kecil 5 mm. Hujan es berasal dari awan Cumulonimbus.
5) Badai
Badai Tropis (typhoon atau Tropical Cyclone) adalah pusaran angin kencang dengan diameter s/d 200 km/jam dan berkecepatan > 200 km/jam serta mempunyai lintasan sejauh 1000 km. Badai Tropis yang tumbuh dekat dengan perairan Indonesia tidak mutlak selalu menimbulkan hujan, lebat, dan angin tergantung dari intensitas badai itu sendiri dan faktor sirkulasi udara di wilayah Indonesia.
2.2 Penyebab Terjadinya Cuaca Ekstrem
Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya cuaca ekstrem.
1) Angin Monsun Asia
Angin monsun adalah angin yang berhembus melalui skala regional dalam cakupan benua. Fenomena ini disebut juga angin musim. Sesuai penjelasan di laman BMKG, arah angin monsun minimal 120 derajat dan terjadi dalam jangka enam bulan sekali. Kemunculan angin monsun disebabkan oleh gerak semu matahari terhadap bumi secara periodik di belahan bumi utara dan selatan. Situasi ini memicu kontras tekanan dan suhu antara benua dan samudera. Selama ini, ada dua angin monsun yang berdampak ke wilayah Indonesia, yaitu monsun timur dan monsun barat. Angin monsun barat bertiup dari arah barat hingga barat laut. Angin ini muncul pada setiap Oktober sampai April. Kemunculan angin monsun barat adalah indikator terjadinya musim hujan di wilayah Indonesia.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem ini dipicu oleh aktifnya monsun Asia, yang menyebabkan terjadinya peningkatan pasokan massa udara basah di wilayah Indonesia, terbentuknya pola konvergensi dan terjadinya perlambatan kecepatan angin di beberapa wilayah. Hal ini didukung oleh suhu permukaan laut di perairan yang cukup hangat sehingga menambah pasokan uap air yang cukup tinggi untuk mendukung pembentukan awan hujan, serta diperkuat dengan adanya fenomena gelombang atmosfer. Secara alamiah bahwa Monsun Asia merupakan salah satu faktor pemicu musim hujan di Indonesia. Sehingga ketika keberadaanya aktif, salah satunya dengan adanya seruakan dingin dari Asia, biasanya akan memberikan dampak aliran massa udara dari utara ke Indonesia.
Istilah monsun sendiri digunakan untuk merujuk pada iklim yang terlihat secara nyata, berubah secara musiman dikarenakan pergantian angin kuat di antara musim dingin dan musim panas, khususnya di wilayah tropis seperti Asia, Australia, Afrika, dan Samudra Hindia. Pada dasarnya, terdapat dua monsun global yang memengaruhi monsun di wilayah Benua Maritim Indonesia. Keduanya yakni monsun Asia dan monsun Australia. Akibat dari dua perbedaan tekanan ini, maka terbentuklah angin dari Asia menuju Australia. Meski angin dari benua Asia bersifat kering dan dingin, namun ia telah menempuh perjalanan panjang melalui Samudera Pasifik yang sangat luas sehingga angin tersebut menjadi lembab dan mengandung banyak uap air. Akibatnya, Indonesia mengalami musim hujan. Periodisitas monsun Asia memang cukup lama, terjadi dari Desember hingga Maret. Kendati, waktu keberlangsungannya bisa lebih singkat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya tekanan rendah di utara atau rendahnya tarikan dari selatan.
2) Siklon Tropis
Siklon tropis merupakan suatu sistem tekanan rendah dengan angin yang berputar dalam arah siklonik yang terbentuk di lautan wilayah tropis dengan kecepatan angin minimal 34,8 knots (64,4 km/jam) di sekitar pusat pusaran. Tjasyono (2014) menuliskan dalam Keajaiban Planet Bumi bahwa siklon tropis terjadi di laut yang memiliki suhu lebih dari 26,5°C serta terbentuk pada gaya rotasi Bumi (gaya Coriolis) yang biasanya terjadi di lintang 5° baik di BBU atau BBS.
Dikutip dari laman BMKG, karena ukurannya yang sangat besar serta angin kencang dan gumpalan awan yang dimilikinya, siklon tropis menimbulkan dampak yang sangat besar pada tempat-tempat yang dilaluinya. Dampak ini bisa berupa angin kencang, hujan deras berjam-jam, bahkan berhari-hari yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir, gelombang tinggi, dan gelombang badai (storm surge). Siklon tropis di laut dapat menyebabkan gelombang tinggi, hujan deras dan angin kencang, mengganggu pelayaran internasional dan berpotensi untuk menenggalamkan kapal. Siklon tropis juga dapat memutar air dan menimbulkan gelombang laut yang tinggi. Di daratan, angin kencang dapat merusak atau menghancurkan kendaraan, bangunan, jembatan dan benda-benda lain, mengubahnya menjadi puing-puing beterbangan yang
mematikan. Gelombang badai atau peningkatan tinggi permukaan laut akibat siklon tropis merupakan dampak yang paling buruk yang mencapai daratan. BMKG menyatakan, Indonesia bukan merupakan daerah lintasan siklon tropis, namun demikia keberadaan siklon tropis di sekitar Indonesia, terutama yang terbentuk di sekitar Pasifik Barat Laut, Samudra Hindia Tenggara dan sekitar Australia akan mempengaruhi pembentukan pola cuaca di Indonesia. Perubahan pola cuaca oleh adanya siklon tropis inilah yang kemudian menjadikan siklon tropis memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia.
3) Suhu Hangat di Permukaan Laut
Suhu permukaan laut akan berangsur lebih hangat lagi di perairan di wilayah antara Samudera Indonesia dan perairan utara Australia. Hal ini menandakan dinamika suhu permukaan laut di perairan ini masih berpotensi dan sesuai untuk tumbuhnya bada tropis. Berdasarkan catatan Pusat Peringatan Badai Tropis Jakarta (Jakarta Tropical Cyclone Warning Center) di BMKG, terdapat peluang secara statistik terjadinya badai tropis. BMKG juga mencatat terdapat pola musiman atas jumlah badai tropis yang tumbuh di perairan sekitar Indonesia. Diantaranya pada periode bulan Desember hingga April umumnya badai tropis terjadi di perairan selatan Indonesia. Sedangkan pada periode bulan Juli hingga November, umumnya terjadi di perairan sebelah utara wilayah Indonesia.
Menghangatnya lautan dapat memicu badai lebih mudah untuk tumbuh atau dapat menjadi sumber kekuatan badai sehingga lebih destruktif. Akibat pemanasan lautan dan kaitannya dengan peningkatan kekuatan badai tropis di semua wilayah Samudera ini telah dikaji dalam banyak artikel. Salah satunya yaitu kajian Balaguru dkk yang diterbitkan di Jurnal Nature Communication pada tahun 2016. Dalam jurnal tersebut, Balaguru menyatakan bahwa pemanasan global telah memicu intensifikasi pembentukan super-taifun. Hal ini sesuai dengan hasil kajian oleh peneliti BMKG dengan menggunakan data Joint Typhoon Warning Center (JTWC) terhadap kejadian Siklon Tropis di Samudera Hindia bagian Selatan.
Semakin menghangatnya suhu muka air laut yang dapat memicu semakin menguatnya kejadian badai tropis di wilayah selatan Indonesia (Samudera Hindia) atau di wilayah utara Indonesia (Samudera Pasifik bagian barat). Dampak kejadian ekstrem bisa berakibat makin seringnya terjadi bencana hidrometerologi seperti banjir, banjir bandang, longsor, kekeringan dan meningkatnya tingkat kemudahan lahan dan hutan untuk terbakar. Namun fenomena suhu udara tinggi yang terjadi saat ini, tampaknya lebih dikontrol oleh pengaruh posisi gerak semu matahari dan mulai bertiupnya angin monsun kering dari benua Australia. Sehingga, berdampak pada kurangnya tutupan awan di atas wilayah Indonesia, menjadikan sinar matahari langsung mencapai permukaan bumi tanpa adanya penghalang awan, yang kemudian membuat suhu udara panas ini terjadi.
4) Gelombang Atmosfer
Gelombang atmosfer yang tidak stabil dapat meningkatkan potensi udara basah di sejumlah wilayah Indonesia yang menyebabkan hujan dengan aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin.
BMKG menjelaskan MJO merupakan suatu fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari belahan barat (Afrika) ke timur (Samudera Pasifik) dengan periode antara 30 hingga 60 hari. MJO dapat meningkatkan potensi hujan pada daerah yang dilewatinya. Umumnya MJO mampu bertahan aktif di Indonesia selama 22 hari. Sedangkan Equatorial Rossby waves (gelombang Rossby Ekuator), BMKG menjelaskan merupakan gelombang atmosfer yang bergerak ke arah barat di sepanjang wilayah ekuator (20LU - 20LS) dengan periode kurang dari 72 hari. Gelombang Rossby umumnya bisa bertahan 7-10 hari di wilayah Indonesia. Adapun Kelvin waves (gelombang Kelvin) adalah gelombang atmosfer yang memiliki arah penjalaran mirip seperti MJO yaitu ke arah timur. Namun, periode gelombang itu jauh lebih pendek yaitu 2,5 hingga 20 hari.
BMKG menyampaikan terdapat pertambahan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut ketika terdeteksi adanya gelombang Kelvin dan Rossby yang aktif(gangguan positif) di suatu wilayah. Sebaliknya, apabila teramati gangguan negatif maka akan mengurangi pertumbuhan awan di wilayah tersebut. Namun, gelombang ekuator bukan satu-satunya faktor pengendali cuaca di wilayah tropis, sehingga perlu diperhatikan juga fenomena lainnya. MJO memberikan pengaruh signifikan dibandingkan dengan gelombang ekuator lainnya
Meskipun fenomena Rossby Ekuator memberikan dampak yang maksimum di sekitar wilayah 12-15 LU, BMKG menyebut pengaruhnya masih dirasakan di Indonesia berupa peningkatan intensitas hujan. Dampak fenomena Rossby Ekuator di Indonesia akan menjadi lebih ekstrem jika terjadi bersamaan dengan aktifnya fenomena MJO pada periode dan lokasi yang sama. Jika fenomena Rossby Ekuator terjadi bersamaan dengan fenomena MJO dan fenomena gelombang ekuator lainnya di wilayah perairan yang hangat dan lembab, maka berpotensi membentuk pusaran angin skala besar.
5) Fenomena La Nina
Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat La Nina bisa mengakibatkan cuaca ekstrem berupa hujan deras yang disertai angin kencang dan petir. BMKG memperingatkan curah hujan tinggi akibat fenomena La Nina pada Desember 2020 hingga Februari 2021. Fenomena La Nina ini juga terjadi bersamaan dengan gelombang MJO (Madden Julian Oscillation). Sehingga BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan kondisi cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin.
BMKG mengatakan La Nina ini terjadi di periode awal musim hujan Indonesia. Alhasil, La Nina bisa meningkatkan jumlah curah hujan di sebagian besar wilayah. La Nina sendiri dalam bahasa Spanyol berarti gadis kecil. La Nina mewakili periode suhu permukaan laut di bawah rata-rata di Pasifik Khatulistiwa timur-tengah. Dampak La Nina terhadap curah hujan di Indonesia tidak seragam, baik secara spasial maupun temporal, bergantung pada musim atau bulan, wilayah, dan kekuatan La Nina sendiri. Catatan historis menunjukkan bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normalnya. Namun demikian dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia.
Ketika La Nina terjadi, Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya. Pendinginan SML ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum. BMKG menyatakan fenomena La Nina di Samudera Pasifik berintensitas sedang (moderate). Pemantauan BMKG terhadap indikator laut dan atmosfer menunjukkan suhu permukaan laut mendingin -0.5 celsius hingga -1.5 celsius selama 7 dasarian terakhir (70 hari). Pendinginan diikuti oleh dominasi aliran zonal angin timuran yang merepresentasi penguatan angin pasat.
Selain pengaruh sirkulasi angin monsun dan anomali iklim di Samudera Pasifik, penguatan curah hujan di Indonesia juga turut dipengaruhi oleh penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur berupa MJO (Madden Julian Oscillation ) dan Kelvin, atau dari timur ke barat berupa gelombang Rossby.
Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer teranyar menunjukkan keberadaan aktivitas MJO di atas wilayah Indonesia. Aktivitas MJO membentuk kluster atau kumpulan awan berpotensi hujan. Aktivitas La Nina dan MJO pada saat yang bersamaan ini dapat berkontribusi signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. MJO di Indonesia terjadi akibat interaksi antara laut dan atmosfer di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang mengapit Indonesia. MJO berdampak pada peningkatan curah hujan disertai angin kencang dan petir. Herizal menjelaskan fenomena MJO sendiri merupakan fenomena yang serupa dengan fenomena gelombang ekuator, namun dengan pergerakan ke arah Timur pada kisaran periode selama 22 hari di Indonesia.
BMKG dan pusat layanan iklim lainnya seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), JMA (Jepang) memperkirakan La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas La Nina Moderate pada akhir tahun 2020, diperkirakan akan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir di sekitar Maret-April 2021. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, BMKG memprakirakan akan terjadi peningkatan curah hujan dengan 'Intensitas lebat' yang kemungkinan disertai kilat atau petir dan angin kencang.
6) Pemanasan Global
Pemanasan global merupakan suatu keadaan dimana suhu rata -- rata bumi meningkat dari suhu biasanya. Pemanasan global terjadi akibat peningkatan gas CO2 dan gas rumah kaca lainnya di atmosfer. Pemanasan global tidak lepas kaitannya dengan efek rumah kaca, yaitu bumi digambarkan sebagai rumah yang berlapiskan kaca. Hal ini dikarenakan meningkatnya gas - gas rumah kaca di atmosfer sehingga sinar matahari yang masuk kedalam bumi akan terperangkap dan tidak bisa dikembalikan lagi. Dengan keadaan seperti inilah yang mengakibatkan sinar matahari yang masuk ke dalam bumi lebih banyak daripada sinar matahari yang keluar. Hal ini yang membuat suhu rata- rata di bumi menjadi meningkat dan menyebabkan suatu gejala yang sering disebut sebagai global warming atau pemanasan global.
Penyebab pemanasan gloabal ini tidak luput dari peran bahan bakar fosil. Manusia mulai mencemari tanah dengan menggunakan bahan bakar fosil. Namun efek rumah kaca juga tidak selamanya berdampak buruk bagi kehidupan di bumi. Dengan adanya efek rumah kaca bumi menjadi lebih hangat. Namun perlu diwaspadai bahaya apabila gas-gas penyebab rumah kaca terus meningkat. Hal ini perlu diantisipasi oleh masyarakat dengan mengurangi kegiatan - kegiatan yang memungkinkan terjadinya peningkatan gas rumah kaca.
Banyak dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global ini yaitu mencairnya es dikutub diakibatkan oleh naiknya suhu bumi. Hal ini mengakibatkan kenaikan permukaan air laut. Selain itu kehidupan dan ekosistem di daerah kutub menjadi terganggu karena hal tersebut. Dampak lain yang begitu terasa di kehidupan kita sehari- hari adalah perbuhan cuaca ekstrim dan perubahan musim yang tidak menentu serta perubahan pola presipitasi atau pola curah hujan yang menjadi karakteristik iklim pada suatu wilayah.
Pemanasan global merupakan suatu keadaan dimana suhu rata -- rata bumi meningkat dari suhu biasanya. Pemanasan global terjadi akibat peningkatan gas CO2 dan gas rumah kaca lainnya di atmosfer. Pemanasan global tidak lepas kaitannya dengan efek rumah kaca, yaitu bumi digambarkan sebagai rumah yang berlapiskan kaca. Hal ini dikarenakan meningkatnya gas - gas rumah kaca di atmosfer sehingga
sinar matahari yang masuk kedalam bumi akan terperangkap dan tidak bisa dikembalikan lagi. Dengan keadaan seperti inilah yang mengakibatkan sinar matahari yang masuk ke dalam bumi lebih banyak daripada sinar matahari yang keluar. Hal ini yang membuat suhu rata- rata di bumi menjadi meningkat dan menyebabkan suatu gejala yang sering disebut sebagai global warming atau pemanasan global. Penyebab pemansan gloabal ini tidak luput dari peran bahan bakar fosil. Manusia mulai mencemari tanah dengan menggunakan bahan bakar fosil. Namun efek rumah kaca juga tidak selamanya berdampak buruk bagi kehidupan di bumi. Dengan adanya efek rumah kaca bumi menjadi lebih hangat. Namun perlu diwaspadai bahaya apabila gas - gas penyebab rumah kaca terus meningkat.
Hal ini perlu diantisipasi oleh masyarakat dengan mengurangi kegiatan - kegiatan yang memungkinkan terjadinya peningkatan gas rumah kaca. Banyak dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global ini yaitu mencairnya es dikutub diakibatkan oleh naiknya suhu bumi. Hal ini mengakibatkan kenaikan permukaan air laut. Selain itu kehidupan dan ekosistem di daerah kutub menjadi terganggu karena hal tersebut. Dampak lain yang begitu terasa di kehidupan kita sehari-hari adalah perubahan cuaca ekstrim dan perubahan musim yang tidak menentu serta perubahan pola presipitasi atau pola curah hujan yang menjadi karakteristik iklim pada suatu wilayah.
Cuaca ekstrem akibat pemanasan global menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi kehidupan masyarakat luas. Mengingat bahwa cuaca sendiri adalah suatu kondisi alam yang dapat terjadi sewaktu -- waktu. Layanan cuaca public sangat membantu masyarakat dalam menghadapi dan mengantisipasi cuaca yang sudah diperkirakan. Namun perubahan cuaca yang terjadi secara mendadak dan ekstrem sangatlah sulit untuk memprediksinya. Cuaca ekstrem juga memiliki dampak yang besar bagi masyarakat baik untuk melakukan aktivitas sehari -- hari maupun di berbagai sector yang sangat tergantung terhadap cuaca. Dapat diambil sebagai contoh yaitu petani garam sangat tergantung terhadap cuaca. Selain itu, perbuhana cuaca yang terjadi secara mendadak dan ekstrem dapat menganggu kesehatan. Perubahan iklim dan pola curah hujan adalah salah satu dampak dari pemansan global yang dapat berpengaruh terhadap sector pembangunan dan ekonomi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1) Cuaca ekstrem merupakan suatu fenomena di mana cuaca yang terjadi mengalami anomali (menyimpang dari nilai normal). Skala temporalnya cenderung kecil, berkisar dari hitungan menit sampai hitungan hari dan apabila terjadi dapat berpotensi menimbulkan bencana alam yang dapat menimbulkan korban baik materiil maupun imateriil. Cuaca ekstrem yang dimaksudkan disini adalah suatu kejadian cuaca yang sangat berbeda secara signifikan dari pola cuaca rata-rata atau cuaca yang seperti biasanya. Cuaca ekstrem dapat terjadi dalam 1 hari atau dalam suatu periode waktu tertentu.
2) Penyebab cuaca ekstrem antara lain, sebagai berikut.
a) Angin Monsun Asia
b) Siklon Tropis
c) Suhu Hangat di Permukaan Laut
d) Gelombang Atmosfer
e) Pemanasan Global
3.2 Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut.
1) Masyarakat sebaiknya selalu tetap waspada dan hati-hati dalam menghadapi cuaca ekstrem serta berperan aktif dalam membantu mengurangi pemansan global.
2) Seorang prakirawan hendaknya melakukan tindakan sesuai prosedur standar operasional mengenai Pelaksanaan Peringatan Dini, Pelaporan, dan Diseminasi Informasi Cuaca Ekstrim agar penyampaian informasi cuaca ekstrim dapat bersifat cepat, tepat, akurat, dan mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 2010. Format Pelayanan Jasa Informasi Klimatologi Informasi Unsur Iklim Bulanan. Sumatera Utara
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 2017. Fokus : Cuaca Ekstrim. Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai – Denpasar.
Maharani, Esti. 2020. Empat Penyebab Cuaca Ekstrem di Indonesia. https://nasional.republika.co.id/berita/q3hbr7335 (diakses tanggal 30 November 2020)
Norman. 2014. Panduan Interpretasi dan Respon informasi Iklim dan Cuaca Untuk Petani dan Nelayan. Perkumpulan Pikul: Kupang.
Nurlambang, T., dkk. 2013. Penanggulangan Bencana Cuaca Ekstrim di Indonesia. Jurnal.
Mataram: Prosiding Seminas Riset Kebencanaan.
Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Penerbit ITB : Bandung.
*Sumber: https://www.academia.edu/49531846/MAKALAH_AGROKLIMATOLOGI_PENYEBAB_TERJADINYA_CUACA_EKSTREM_
Tag :
Agrobisnis,
Lainnya
0 Komentar untuk "Agroklimatologi "Penyebab Terjadinya Cuaca Ekstrem""