BAB I
PENDAHULUAN
Pengembangan Indeks Kewirausahaan
Masalah pengangguran merupakan masalah yang dihadapi pemerintah dewasa ini, masalah ini bukan hanya terjadi di kalangan masyarakat berpendidikan rendah tetapi juga masyarakat yang berpendidikan tinggi. Sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia, sementara jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat menyebabkan kondisi kelebihan jumlah pengangguran. Kondisi ini diperburuk dengan adanya rendahnya pertumbuhan perusahaan semenjak terjadi resesi di tahun 1998.
Penggantian kekuasaan dari era orde baru ke era reformasi yang disertai dengan krisis multi dimensi mengakibatkan pengangguran dimana-mana. Perekonomian yang saat itu terpusat pada usaha-usaha besar dan konglomerat mengalami kesulitan besar karena konglomerat mengalami kesulitan kerugian (Rhenald Kasali, dkk 2012 : 9). Daya beli masyarakat menurun, perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal inilah yang menyebabkan semakin banyaknya jumlah pengangguran. Pada tahun 2005 selain 40 juta penganggur, terdapat pula dua hingga tiga juta pencari kerja baru yaitu mereka yang baru lulus sekolah, mereka umumnya pemuda berusia produktif (Untung Kumorohadi dan Nurhayati, 2010 : 1).
Dengan keadaan seperti ini, lapangan kerja terbatas, pengangguran semakin bertambah. Menurut Rhenald Kasali (2012 : 9). Wirausaha yang dapat diandalkan untuk mengatasi keadaan diatas.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses (Suryana, 2006 : 2). Menurut Druchen dalam Suryana, (2006 : 2) inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang. Banyak orang, baik pengusaha maupun yang bukan pengusaha. meraih sukses karena memiliki kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Karya dan karsa hanya terdapat pada orang-orang yang berpikir kreatif. Tidak sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses karena memi¬liki kemampuan kreatif dan inovatif.
Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan munculnya ide-ide dan pemikiran-pemikiran untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meraih pangsa pasar. Baik ide, pemikiran, maupun tindakan kreatif tidak lain adalah untuk menciptakaan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda, seperti:
1. Pengembangan teknologi.
2. Penemuan pengetahuan ilmiah.
3. Perbaikan produk barang dan jasa yang ada.
4. Menemukan cara-cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efisien. (Suryana, 2006 : 2).
Secara lengkap wirausaha dinyatakan oleh Joseph Schumpeter dalam Untung Kumorohadi dan (Nurhayati 2010 : 3) sebagai orang yang mendobrak system ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru atau yang telah ada.
Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sedangkan proses kewirausahaan adalah meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi. Istilah wirausaha dan wiraswasta sering digunakan secara bersamaan, walaupun memiliki substansi yang agak berbeda www.goecities.com dalam Untung Kumorohadi dan Nurhayati (2010 : 3).
Keputusan seorang untuk terjun dan memilih profesi sebagai seorang wirausaha didorong oleh beberapa kondisi. Kondisi-kondisi yang mendorong tersebut adalah :
(1) Orang tersebut lahir dan atau dibesarkan dalam keluarga yang memiliki tradisi yang kuat di bidang usaha (Confidence Modalities),
(2) Orang tersebut berada dalam kondisi yang menekan, sehingga tidak ada pilihan lain bagi dirinya selain menjadi wirausaha (Tension Modalities)
(3) Seseorang yang memang mempersiapkan diri untuk menjadi wirausahawan (Emotion Modalities). http://tumontu.net dalam Untung Kumorohadi dan Nurhayati, 2010 : 2).
Jiwa Kewirausahaan
Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kepribadian kreatif dan inovatif yaitu orang yang memiliki jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan, dengan cirri-ciri: (1) penuh pecaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin, bertanggung jawab; (2) memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energy, cekatan dalam bertindak dan aktif; (3) memiliki motif berprestasi, indikatornya terdiri atas orientasi pada hasil dan wawasan ke depan; (4) memiliki jiwa kepemimpinan, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh dalam betindak; dan (5) berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (oleh karena itu menyukai tantangan). Selain cirri-ciri di atas, masih banyak cirri khas lain yang bergantung dari sudut pandang dan konteks penerapannya, yang secara khusus akan diuraikan pada bagian selanjutnya.
Menurut Geoffrey (1996 : 5) para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat, guna memastikan sukses. Para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan dan bermotivasi tinggi yang berani mengambil resiko dalam mengejar tujuannya (Geoffrey et. Al, 1996 : 5).
Berikut ini adalah daftar watak-watak yang sebaiknya dimiliki dan dikembangkan oleh wirausaha.
Watak :
Percaya diri : keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas optimisme
Berorientasi tugas dan hasil : Kebutuhan akan prestasi, beorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energitic, dan inisiatif.
Pengambil risiko : Kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan
Kepemimpinan : Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain. Menanggapi saran-saran dan kritik
Keorisinilan : inovatif dan kreatif, fleksibel, punya banyak sumber, serba bisa, mengetahui banyak
Berorientasi ke masa depan : pandangan ke depan perspektif
Karakter-karakter dasar (entrepreneurial mindset).
Menurut MC Grraith dan MC Hillan dalam Rhenald Kasali (2012 : 18) ada 7 karakter dasar yang perlu dimiliki setiap calon wirausaha. Ketujuh karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1. Action oriented. Bukan tipe menunda, wait and see, atau membiarkan sesuatu (kesempatan) berlalu begitu saja. Dia tidak menunggu sampai segala sesuatunya jelas dulu, atau budget-nya ada dulu. Dia juga tidak menunggu ketidakpastian pergi dulu, baru berusaha. Mereka adalah orang yang ingin segera bertindak, sekalipun situasinya tidak pasti (uncertain). Prinsip yang mereka anut adalah see and do, Bagi mereka, risikb bukanlah untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi dan ditaklukkan dengan tindakan dan kelihaian.
2. Berpikir simpel. Sekalipun dunia telah berubah menjadi sangat kompleks, mereka selalu belajar menyederhanakannya. Dan sekalipun berilmu tinggi, mereka bukanlah manusia teknis yang ribet dan menghendaki pekerjaan yang kompleks. Mereka melihat persoalan dengan jernih dan menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap.
3. Mereka selalu mencari peluang-peluang baru. Apakah itu peluang usaha yang benar-benar baru, atau peluang dari usaha yang sama. Untuk usaha-usaha yang baru, mereka selalu mau belajar yang baru, membentuk jaringan dari bawah dan menambah landscape atau scope usahanya. Sedangkan dalam usaha yang sama, mereka selalu tekun mencari alternatif-alternatif baru, seperti model, desain,p/af/orm,bahan baku,energi,kemasan,dan struktur biaya produksi. Mereka meraih keuntungan bukan hanya dari bisnis atau produk baru, melainkan juga dari cara-cara baru.
4. Mengejar peluang dengan disiplin tinggi. Seorang wirausaha bukan hanya awas, memiliki mata yang tajam dalam melihat peluang atau memiliki penciuman yang kuat terhadap keberadaan peluang itu,tetapi mereka bergerak ke arah itu. Peluang bukan hanya dicari, melainkan diciptakan,dibuka,dan diperjelas. Karena wirausaha melakukan investasi dan menanggung risiko, maka seorang wirausaha harus memiliki disiplin yang tinggi. Wirausaha-wirausaha yang sukses bukanlah pemalas atau penunda pekerjaan. Mereka ingin pekerjaannya beres,dan apa yang dipikirkan dapat dijalankan segera. Mereka bertarung dengan waktu karena peluang selalu berhubungan dengan waktu. Apa yang menjadi peluang pada suatu waktu, belum tentu masih menjadi peluang di lain waktu. Sekali kesempatan itu hilang, belum tentu akan kembali lagi. Setiap gagasan brilliant dan inovasi biasanya harus dibangun dari bawah dan disusun seluruh mata rantai nilainya (value chain).
5. Hanya mengambil peluang yang terbaik. Seorang wirausaha akan menjadi sangat awas dan memiliki penciuman yang tajam pada waktunya. Berbeda dengan pemula yang belum terlatih dan masih bingung, maka wirausaha yang terlatih akan cepat membaca peluang. Namun, wirausaha sejati hanya akan mengambil peluang yang terbaik. Ukuran menarik itu adalah pada nilai-nilai ekonomis yang terkandung di dalamnya, masa depan yang lebih cerah, kemampuan menunjukkan prestasi, dan perubahan yang dihasilkan. Semua itu biasanya dikaitkan dengan "rasa suka"terhadap objek usaha atau kepercayaan bahwa dia"mampu"merealisasikannya.
Pada akhirnya, sukses yang diraih setiap orang ditentukan oleh keberhasilan orang itu dalam memilih.
Success adalah fungsi dari keberhasilan memilih. Apakah memilih sekolah, karier, bidang usaha, teman, pasangan, karyawan/eksekutif, mitra usaha, dan sebagainya. Pilihan yang terbaik akan menentukan hasil yang bisa dicapai.
6. Fokus pada eksekusi. Wirausaha bukanlah seorang yang hanya bergelut dengan pikiran, merenung atau menguji hipotesis, melainkan seorang yang fokus pada eksekusi. Mereka tidak mau berhenti pada eksploitasi pikiran atau berputar-putar dalam pikiran penuh keragu-raguan."Manusia dengan entrepreneurial mindset mengeksekusi,yaitu melakukan tindakan dan merealisasikan apa yang dipikirkan daripada menganalisis ide-ide baru sampai mati" (McGraith dan Mac Millan, 2000, him.3). Mereka juga adaptif terhadap situasi,yaitu mudah menyesuaikan diri dengan fakta-fakta baru atau kesulitan di lapangan.
7. Memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti. Seorang wirausaha tidak bekerja sendirian. Dia menggunakan tangan dan pikiran banyak orang, baik dari dalam maupun luar perusahaannya. Mereka membangun jaringan daripada melakukan semua impiannya sendiri. Ibarat seorang orkestrator atau dirigen musik, dia mengumpulkan pemusik-pemusik yang ahli dalam memainkan instrumen yang berbeda-beda untuk menghasilkan nada-nada musik yang disukai penonton. Untuk itu, dia harus memiliki kemampuan mengumpulkan orang, membangun jaringan, memimpin, menyatukan gerak, memotivasi, dan berkomunikasi. Itulah karakter-karakter dasar yang disebut sebagai entrepreneurial mindset.
Suryana 2006 : 30 menjelaskan ciri-ciri umum kewirausahaan sebagai berikut :
Seorang wirausaha selalu berprinsip bahwa apa yang dilakukan merupakan usaha optimal untuk menghasilkan nilai maksimal. (1) Memiliki perspektif ke depan, sukses adalah sebuah perjalanan bukan tujuan, setiap saat mencapai target sasaran atau impian maka segeralah membuat impian-impian baru yang dapat memacu serta memberi semangat dan antusiasme kepada kita untuk mencapainya. (2) Memiliki kreativitas tinggi, seorang wirausaha dibutuhkan daya kreasi dan inovasi yang lebih. (3) Memiliki sifat inovasi tinggi, seorang wirausaha harus dapat menerjemahkan mimpi-mimpinya menjadi inovasi untuk mengembangkan bisnisnya. (4) Memiliki keberanian menghadapi resiko, seorang wirausaha harus berani menghadapi resiko. Semakin besar resiko yang dihadapinya semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan. (5) Selalu mencari peluang, seorang wirausaha sejati mampu melihat sesuatu dalam perspektif atau dimensi yang berlainan pada satu waktu. Bahkan ia juga harus mampu melakukan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu. (6) Memiliki jiwa kepemimpinan, seorang wirausaha harus memiliki kemampun dan semangat untuk mengembangkan orang-orang disekelilingnya. Dan, (7) memiliki kemampuan personal.
Pengembangan Jiwa Kewirausahaan
Entrepreneurship adalah sebuah pilihan yang dianggap potesial untuk dikembangkan. banyak fakta di sekitar kita tokoh-tokoh entrepreneur yang telah banyak memberikan kontribusi pada perkembangan ekonomi dan sosial.ini dapat menjadi dorongan yang luar biasa. Entreprenur mempunyai spirit dan jiwa yang teras ingin tetap maju, berkembang, dan mandiri. Mereka telah memberikan banyak kontribusi pada kemajuan ekonomi bangsa dan memberikan lapangan kerja kalau kita dapat membentuk mindset seperti ini dalam generasi muda, diharapkan mereka sedikit demi sedikit akan berpikir untuk mandiri dalam bidang ekonomi juga. Banyak hal lain yang menarik dan dapat dipelajari dari karakter dan skills seorang entrepreneur seperti keberanian mengambil resiko, strategi mengatasi masalah, kemampuan berkomunikasi, cara mengubah ide menjadi sebuah rencana, cara menangkap dan mengeleloa peluang. Karakter dan skills seperti itu sangat penting untuk dipelajari dan diaplikasikan di semua bidang di era sekarang.
Pendidikan entrepreneur sudah banyak diterapkan di banyak negara seperti negara-negara eropa dan Amerika sehingga paling tidak kita tidak berangkat dari nol dalam mengembangkan sistem ini. Sudah ada contoh-contoh yang dapat dijadikan inspirasi pengembangan. Dari sisi metodologi dan kurikulum yang ada, seperti pendekatan belajar inquiry dan problem based, kita dapat mengembangkan sistem penyelenggaraan sekolah dan pembelajaran yang dapat mendukung pendidikan dengan wawasan entrepreneur (Kumorohadi dan Nurhayati, 2010).
Untuk pengembangan jiwa kewirausahaan sebenarnya pemerintah sudah memberikan kesempatan pada berbagai pihak baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Melalui pendidikan formal dengan memasukkan mata kuliah kewirausahaan, berbagai program yang ditawarkan oleh DIKTI untuk pengembangan kewirausahaan bagi mahasiswa. Melalui pendidikan non formal yaitu dengan mengadakan berbagai kursus pelatihan untuk membentuk jiwa kewirausahaan.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Kasali, Rhenald dkk. 2012. Kewirausahaan. Hikmah : Jakarta.
Kumorohadi, Untung & Nurhayati. 2010. “Analisis Kualitas Pembinaan dan Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Mahasiswa”. Unsud : Purwokerto.
Meredith, G. Geoffrey et al. 1996. Kewirausahaan Teori dan Praktek. PT Pustaka Binaman Pressindo : Jakarta.
Suryana, 2006. Kewirausahaan. Salemba 4 : Jakarta.
http://tumontu.net diakses pada 15 November 2008.
www.goecities.com
*Sumber: https://www.academia.edu/8954297/STRATEGI_PENGEMBANGAN_JIWA_KEWIRAUSAHAAN
Tag :
Kewirausahaan
0 Komentar untuk "Pengembangan Indeks Kewirausahaan"