BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sikap timbul karena adanya stimulus, terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Misalnya : keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Sikap seseorang tidak selamanya tetap, ia dapat berkembang ketika mendapatkan pengaruh baik dari dalam maupun dari luar yang bersikap positif dan mengesankan.
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama, dan sebagainya. Didalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma atau grup. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia terhadap suatu objek. Sikap selalu berubah, perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perubahan sikap ?
2. Apa saja teori- teori pendukung perubahan sikap ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sikap ?
4. Apa saja bentuk bentuk perubahan sikap ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sikap timbul karena ada stimulus untuk membentuk suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Misalnya keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra-putranya. Karena keluarga faktor yang paling dominan untuk perubahan sikap bagi anaknya. Sikap seseorang tidak selamanya tetap karena ia dapat berkembang dan berpengaruh baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesankan, antara perbuatan dan sikap ada hubungan yang timbal balik tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku.
Contoh seorang ayah sedang enak-enak membaca Koran tiba-tiba datang anaknya yang berusia enam tahun sambil menangis melaporkan bahwa ia habis berkelahi dengan temannya. Melihat hal semacam ini ayah itu “diam saja” maksud disini hal ini bukan berarti ayah tidak bersikap, ayah itu telah bersikap tetapi hanya perwujudan sikapnya diam.
Jadi perubahan sikap adalah terjadinya perbedaan sikap individu dalam menanggapi suatu stimulus atau rangsangan dari lingkungan sosial, perubahan itu terjadi dari waktu ke waktu.
B. Teori Perubahan Sikap
1. Teori Rosenberg
Teori Rosenberg dikenal dangan teori Affctive-conigtive consistency dalam hal sikap, kadang-kadang terkenal pula dengan sebutan teori dua faktor. Dalam teori ini Rosenberg lebih memusatkan perhatiannaya pada hubungan komponen kognitif dan komponen afektif. Menurut Rosenberg pengertian kognitif dalam sikap tidak hanya mencakup tentang pengetahuan- pengetahuan yang berhubungan dengan objek sikap, melainkan juga mencakup kepercayaan atau beliefs tentang hubungan antara objek sikap itu dengan sistem nilai yang ada dalam diri individu. Komponen afektif berkaitan dengan bagaimana perasaan yang timbul pada seseorang yang menyertai sikapnya,dapat positif dan dapat juga negative sesuai dengan objek sikapnya.
Suatu hal yang penting dalam penerapan teori sikap ini adalah dalam kaitannya dengan pengubahan sikap. Karena hubungan komponen afektif dan kognitif konsisten, maka bila komponen afektifnya berubah maka komponen kognitifnya juga akan berubah. Pada umumnya dalam rangka pengubahan sikap, orang akan mengubah dahulu komponen kognitifnya, hingga akhirnya komponen afektifnya juga akan berubah, yang nantinya juga akan memberikan perubahan pada sikapnya.
2. Teori Festinger
Teori Festinger dikenal dengan teori disonansi kognitif ( the cognivite dissonance theory ) dalam hal sikap. Teori ini dikaitkan dengan perilaku yang nyata, yang merupakan persoalan yang banyak mengundang perdebatan. Festinger ingin menyelidiki tentang hubungan sikap dengan perilaku.
Festinger menyebutkan dalam teorinya bahwa sikap individu itu biasanya konsisten satu dengan yang lain, dan dalam tindakannya juga konsisten satu dengan yang lain. Menurut Festinger, elemen kognitif ialah mencakup pengetahuan, pandangan, kepercayaan tentang lingkungan, tentang seseoran, atau tindakan. Pengertian disonasi adalah tidak cocoknya antara dua atau tiga elemen-elmen kognitif. Bila suatu elemen tidak cocok dengan elemen kognitif lainnya, hal ini akan menimbulkan disonansi.
Beberapa preposisi mengenai disonansi dapat dikemukakan: (a)Bila seseorang mengalami disonansi, ini merupakan hambatan dalam psikologisnya, dan ini akan mendorong individu untuk mengurangi disonansinya untuk mencapai konsonan. (b)Individu akan menghindari meningkatnya disonansi.
Cara untuk mengurangi disonansi antara lain :
a. Merubah perilaku
b. Mengubah lingkungan
c. Menambah elemen baru
Implikasi dari teori disonansi adalah:
1. Bila seseorang dipaksa mengatakan atau mengerjakan sesuatu yang belawana dengan sikapnya ( private attitude ), maka akan adanya kecenderungan untuk mengubah sikapnya sedemikian rupa hingga menjadi konsonan dengan apa yang dikatakan dan apa yang dikerjakan.
2. Makin besar tekanan atau paksaan yang digunakan untuk menimbulkan perilaku yang berlawanan dengan sikap seseorang, makin sedikit kemungkinan berubahnya sikap yang diharapkan.
Dari uraian di atas dapat ditarik pendapat bahwa dalam rangka pengubahan atau pembentukan sikap dapat melalui komponen kognitif dapat ditarik pendapat bahwa dalam rangka pengubahan atau pembentukan sikap dapat melalui komponen kognitif, afektif dan komponen konatif. Melalui komponen kognitif, yaitu dengan cara memberikan pengetahuan, pendapat, sikap, ataupun hal- hal lain, sehingga dengan materi tersebut akan berubahlah komponen kognitifnya, dan ini akan mengubah kompone afektif, dan pada kahirnya sikap akan berubah.
Melalui kompone afektif ialah memberikan hal-hal yang mengenai perasaan atau emosi, sehingga dengan berubahnya perasaan, akan berubah pula segi kognitifnya, yang pada akhirnya akan berubah pula sikapnya. Sedangkan sesuai dengan teori festinger merubah sikap tidak melalui komponen kognitif maupun afektif, tetapi melalui perilaku itu sendiri.
Faktor- faktor yang yang dapat mengubah sikap menurut teori ini adalah:
a. faktor kekuatan ( force )
kekuatan ini dapat memberikan situasi yang dapat merubah sikap, kekuatan ini dapat bermacam – macam bentuknya yaitu kekuatan fisik, kekuatan ekonomi, kekuatan yang berujud peraturan-peraturan dan sejenisnya.
b. Berubahnya norma kelompok
Bila seorang telah telah menginternalisasikan norma kelompok maka apa yang menjadi norma kelompok akan diambil oper dan dijadikan sebagai normanya sendiri. Dengan demikian maka norma yang ada dalam kelompok juga menjadi norma dari orang yang bersangkutan yang tergabung dalam kelompok itu, dan ini akan membentuk sikap tertentu dari orang tersebut.
c. Berubahnya membership group.
Berubahnya membership group akan dapat mengubah sikap seseorang.
d. Berubahnya reference group.
e. Membentuk kelompok baru.
C. Faktor-faktor Perubahan Sikap
1. Faktor Internal
Yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Misalnya orang yang sangat haus akan lebih memperhatikan perangsang dapat menghilangkan hausnya itu dari perangsang-perangsang lain.
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang terdapat diluar diri pribadi individu. Faktor ini merupakan interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya interaksi antara manusia yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar,radio,televisi,majalah dan sebagainya.
3. Komunikator
Salah kesimpulan yang paling nyata dan dapat dipercaya adalah semakin baik penilaian seseorang terhadap komunikator, semakin mudah orang itu mengubah sikapnya.
4. Komunikasi
Semakin baik penilaian seseorang terhadap komunikasi yang senjang semakin besar kemungkinan seseorang itu akan mengubah sikapnya.
5. Situasi
Situasi yang dihadapi seseorang akan mendorong seseorang untuk mengubah sikapnya.
6. Target
Karakteristik target dan pengalaman-pengalaman target mempengaruhi terhadap suatu pesan dan akan mempengaruhi pula pada suatu pesan.
D. Beberapa bentuk perubahan sikap
1. Perubahan sikap spontan
Memikirkan obyek sikap lebih mendalam cenderung akan membuat sikap menjadi lebih ekstrim. Menurut Tesser (1978),kita mereview dan mengkaji keyakinan kita dan tekanan konsistensi menyebabkan keyakinan kita cenderung menjadi konsisiten. Misalnya, jika kita meluangkan waktu lebih lama untuk memikirkan sahabat baik kita akan lebih menyukainya. Dan jika memikirkan musuh akan sebaliknya.
2. Persistensi perubahan sikap
Persistensi adalah apakah penerima komunikasi itu kemudian ingat pada petunjuk-petunjuk penting,seperti kredibilitas sumber komunikasi. Kelman dan Hovland (1953) memanipulasi kredibilitas sumber dan menemukan perbedaan pasca pengujian. Sumber dengan kredibilitas tinggi menimbulkan sikap yang lebih besar.
Tiga minggu sesudahnya,perbedaan kredibilitas menghilang. Pesan dari sumber berkredibilitas rendah ini dinamakan “sleeper effect”. Namun,perbedaan kredebilitas tersebut dapat dimunculkan kembali ketika seseorang ingat akan sumber pesan.
3. Pengubahan sikap yang langsung
Yaitu adanya hubungan langsung antara komunikator, yaitu yang ingin mengubah atau membentuk sikap dengan keunikan,yang menjadi sasaran yang ingin diubah atau dibentuk sikapnya.
a. Pesan atau message
Komunikan secara baik, hal ini dapat mengganti pandangan atau pendapat yang lemah, sehingga hal tersebut akan dapat mengubah sikap yang ada pada pihak komunikan. Mengenai masalah ini ada beberapa hal yang perlu dipikirkan yaitu sumber dan isi pesan. Sumber pesan akan memberikan suatu tanggapan tertentu terhadap materi yang dikemukakan. sekalipun materinya sama, tetapi kalau sumbernya berbeda akan membawa perbedaan pula dalam menanggapi materi tersebut.
Disini sebenarnya menyangkut masalah taraf kepercayaan terhadap materi yang dikemukakan. Materi dapat bersumber dari buku, keadaan masyarakat, dari camat, dari bupati dan lain sebagainya Mengenai isi pesan sebaiknya jangan terlalu jauh dari kerangka acuan atau kerangka kehidupan, norma-norma dan lain sebagainya dari pihak komunikan.
b. Komunikator
Suatu pesan atau materi yang sama, tetapi yang membawakan berbeda akan terdapat perbedaan dalam menerima materi tersebut. Disini nampak bahwa pihak komunikator ikut menentukan diterima tidaknya atau sampai sejauh mana kadar penerimaan materi dari pihak komunikan. Karena itu komunikator memegang peranan yang penting dalam rangka pengubahan atau pembentukan sikap secara langsung.
c. Komunikan
Komunikan inilah yang menjadi sasaran komunikator untuk diberikan suatu pasan yang merujuk pandangan, pendapat, norma-norma dan sebagainya dengan upaya agar apa yang diberikan itu dapat diterima dengan baik oleh komunikan, sehingga akhirnya diharapkan akan dapat merubah sikapnya. Ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian atau pemikiran dari komunikator mengenai komunikan, agar apa yang diberikan itu dapat memenuhi harapannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Faktor pengalaman individu mempunyai peranan penting dalam rangka pembentukan dan perubahan sikap yang bersangkutan. Perubahan sikap juga dipengaruhi oleh stimulus atau rangsangan yang diterima oleh individu tersebut. Perubahan sikap setiap individu bisa saja berubah setiap waktu tergantung stimulus yang diterimanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi abu. Drs . psikologi sosial, edisi revisi, penerbit pt rineka cipta, 2009
Walgito bimo. Proof. Dr. psikologi sosial, suatu pengantar penerbit andi Yogyakarta, 2003
Taylor Shelley E,dkk. Psikologi sosial, edisi kedua belas, penerbit PT kencana media group, 2009
*Sumber: https://www.academia.edu/11874158/PERUBAHAN_SIKAP
0 Komentar untuk "Perubahan Sikap dalam Psikologi"