Manajemen Retail

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Bisnis retail sudah ada sejak zaman dulu, diawali dari bisnis retail tradisional. Bentuk retail tradisional yang sudah dari sejak dahulu adalah pasar tradisional. Pasar tradisional sudah dikenal sejak puluhan abad lalu, diperkirakan sudah muncul sejak jaman kerajaan Kutai Kartanegara pada abad ke -5 Masehi. Seiring waktu dan perkembangan zaman, Indonesia  mulai terpengaruh oleh budaya asing sehingga muncul lah retail modern. Saat ini jenis jenis retail modern di Indonesia sangat banyak meliputi pasar modern, Pasar Swalayan, Dapartment Store, Boutique, Factory Outlet, Speciality Store dll. Pertumbuhan retail modern ini berbanding terbalik dengan retail tradisional. Hal tersebut dikarenakan mudahnya Indonesia menyerap kebiasaan baru yang berasal dari budaya asing.

Masuknya retail modern memiliki dampak yang luar biasa terhadap perekonomian Indonesia. Di satu sisi, retail modern dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang luar biasa, tapi di sisi lain dapat membunuh perekonomian sebagian masyarakat yang berkecimpung dalam retail tradisional.

Bisnis Retail merupakan keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada masyarakat sebagai pelaku konsumen untuk pengunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga. Keberhasilan dalam pasar Retail yang kompetitif, pelaku Retail harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga, waktu dan tempat yang tepat pula. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pelaku Retail terhadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting. Dalam operasionalnya pelaku Retail menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa. Menjalankan fungsi memecah maupun menambah nilai produk,  secara keseluruhan pengelola bisnis Retail membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, maupun operasional. Sehinga pelaku Retail dapat memahami secara penuh tentang lingkup bisnis Retailnya, cara strategi pengembangannya dan Memanajemen bisnisnya.

Makalah ini mengkaji beberapa hal, antara lain trend dalam industri retail, karakteristik retail, retail jasa, retail kepemilikan, dan retail barang-barang umum.

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui trend dalam industri retail saat ini.
2. Untuk mengetahui karakteristik retail.
3. Untuk mengetahui retail jasa.
4. Untuk mengetahui retail kepemilikan.
5. Untuk mengetahui retail barang-barang umum.


BAB II
LANDASAN TEORI


2.1. Trend Dalam Industri Retail
Industri Retail semakin berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia usaha serta  kebutuhan konsumen. Siap atau tidak, Retail di Indonesia akan menghadapi persaingan yang demikian sengit. Apalagi dengan semakin maraknya Retail asing di Indonesia yang punya kekuatan merek dan dana yang “tak terbatas”. Oleh karenanya Retail di Indonesia perlu mewaspadai atau memahami berbagai tren yang akan terjadi pada dunia Retail di masa depan. Untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya, retailer akan beroperasi dengan bentuk organisasi yang lebih ramping dan effisien. Pada masa datang retailer akan beroperasi dengan gross margin yang lebih rendah, biaya operasional yang lebih kecil, lebih sedikit inventori dengan perputaran barang yang lebih cepat. Trend konsumen masa depan adalah Pay Less, Expect More, Get More. Konsumen masa depan adalah konsumen yang memiliki ekpektasi yang lebih tinggi, meminta lebih banyak, menginginkan kualitas yang lebih tinggi dan konsisten, lebih banyak pilihan, toko yang lebih nyaman dan pelayanan yang lebih bernilai, namun dengan membayar lebih murah, waktu lebih cepat, dengan usaha dan resiko lebih rendah. Dapat diperkirakan, kompetisi selanjutnya, tidak hanya pada harga, namun menyangkut variable lain yang berkaitan dengan value atas pengalaman berbelanja pelanggan.

Evolusi perkembangan format retail di Indonesia dapat di bagi atas beberapa tahapan:
1. Sebelum 1960-an: Era perkembangan retail tradisional berupa retailer atau pedagang pedagang independen.

2. Tahun 1960-an: Era perkenalan retail modern dengan format Department Store (Mass Merchandiser), ditandai dengan dibukanya gerai retail pertama SARINAH di Jl. MH Thamrin.

3. Tahun 1970-1980-an: Era perkembangan retail modern dengan format Supermarket dan Department Store, ditandai dengan berkembangnya retailer modern (Mass Merchandiser dan Grocery) seperti Matahari, Hero, Golden Truly, Pasar Raya dan Ramayana. Pada masa ini juga berkembang format Drug Store, yang lebih dikenal dengan nama apotik.

4. Tahun 1990-an: Era perkembangan Convenience Store (C-Store), High Class Departmet Store, Branded Boutique (High Fashion) dan Cash and Carry. Perkembangan C-store ditandai dengan maraknya pertumbuhan Indomaret dan AMPM. Perkembangan High Class department Store dan High Fashion Outlet, ditandai dengan masuknya SOGO, Metro, Seibu,Yaohan, Mark & Spencer dan berbagai outlet high fashion lainnya. Pekembangan format Cash and Carry ditandai dengan berdirinya Makro, diikuti oleh retailer lokal dengan format serupa misalnya GORO, Indogrosir dan Alfa.

5. Tahun 2000-2010: Era perkembangan Hypermarket, Factory Outlet, Category Killer dan perkenalan dengan e-retailing. Era Hypermarket ditandai dengan berdirinya Continent Hypermarket dan Paserba Carrefour di tahun 1998. Pada tahun 2002 akan dibuka Hypermarket GIANT, dan beberapa gerai hypermarket lainnya. Adanya kebutuhan akan barang bagus/ bermerek dengan harga miring akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan mendorong perkembangan Category Killer dan Factory Oulet. Di beberapa tahun ke depan, akan bermunculan category killer di berbagai kategori produk seperti Family Apparel, Consumer Electronic, Auto Aftermarket, Home/ Bed/ Bath, Home Improvement, Pet Supply, Craft/ Hobby, Computer, Sporting Goods, melengkapi category killer yang telah berkembang saat ini seperti Department Store, Book Stores, Electronic, Office Supply dan Toy Stores. Berbagai factory outlet kini mulai menjamur di kota Bandung dan Jakarta, misalnya Millenia dan Metro Factory Outlet. Multipolar Group dengan LIPPOSHOP-nya berjasa dalam memperkenalkan e-retailing di Indonesia, contoh retailer yang berbasis internet misalnya sanur, click and drag dan gramedia on-line.

6. Tahun 2010-2020: Era perkembangan Hard Discounter Store dan Catalog Services. Persaingan harga yang semakin sengit akan mengarahkan retailer mencari alternatif format retail yang lebih effisien. Sehingga pada masa ini akan menjamur format Hard Discounter menggantikan format Hypermarket. Format hardiscounter menawarkan produk sejenis dengan harga 15-30% lebih murah dibandingkan format retail lainnya. Pada masa ini private label akan semakin populer. Selain itu untuk barang-barang tahan lama misalnya pakaian, appliances dan elektonik, akan berkembang melalui format Catalog Services. Format ini memungkinkan retailer untuk menjual dengan harga lebih murah karena tidak mengeluarkan biaya investasi dan operasional toko secara fisik. Semakin memasyarakatnya kepemilikan PC dan akses internet akan mendorong pertumbuhan format catalog melalui e-retailing.

7. Setelah tahun 2020: Era perkembangan e-retailing dan Toko Spesialisasi. Tingkat kepemilikan PC dan akses internet akan semakin merata di Indonesia, sehingga mendorong ke arah perkembangan e-retailing yang sesungguhnya. Pemesanan dan pembayaran produk dilakukan melalui internet, bahkan pada masa tersebut kita dapat menggunakan handphone-PDA atau handheld terminal yang disediakan retailer untuk melakukan pembelian produk saat berkunjung ke supermarket. Cukup scan barang yang akan kita beli dengan Handphone-PDA atau handheld, selanjutnya kita boleh langsung membayar dengan credit card secara on-line lewat peralatan tersebut atau dengan cash di cashier. Kecenderungan berikutnya yang mungkin terjadi adalah toko spesialisasi akan menjamur, sehingga untuk membeli rokok misalnya, orang lebih senang pergi ke toko khusus yang menjual berbagai jenis rokok (Ciggarette Outlet), dengan harga yang tentu saja lebih bersaing.

Industri retail berubah dengan sangat cepat. Beberapa dari perubahan-perubahan yang paling penting dibahas pada industri retail adalah: 
1. Perbedaan yang mendasar dan terus berkembang dalam format retail (growing diversity of retail formats).
Sejalan dengan munculnya beragam format retail baru, saat ini konsumen dapat membeli barang yang sama dari sejumlah retail berbeda. Masing-masing format retail menargetkan segmen pasar yang berbeda dan menggambarkan tren atau kecenderungan terhadap keanekaragaman barang dagangan yang semakin meningkat. Tiap jenis retail menawarkan manfaat yang berbeda, sehingga para konsumen bisa berlangganan pada retail yang berbeda untuk pembelian dan kebutuhan yang berbeda.

2. Meningkatnya konsentrasi industri (Increasing industry concentration)
Saat jumlah format retail yang berbeda meningkat, jumlah pesaing dalam tiap format akan cenderung menurun. Hal ini terjadi akibat banyaknya retail yang harus keluar dari format tersebut sebagai dampak adanya persaingan. Sebagai contoh PT Matahari Putra Prima yang memiliki department store, masuk pula dalam format retail berorientasi pada makanan dengan membuka hypermarket yang disebut dengan hypermart setelah sebelumnya mencoba masuk dalam format retail supermarket yaitu market place.

3. Globalisasi (Globalization)
Pada awalnya retail adalah bisnis lokal. Toko dimiliki dan dijalankan oleh orang-orang yang tinggal dalam suatu komunitas dan memiliki pelanggan yang berasal dari lingkungan yang terbatas. Saat ini, konsep retail dapat berjalan secara global, sedangkan yang lainnnya tidak, biasanya tergantung pada apa yang menghasilkan keunggulan bersaing di negara tersebut.

2.2. Karakteristik Retail
Karakteristik dasar retail dapat digunakan sebagai dasar dalam mengelompokkan jenis retail. Karakteristik dasar yaitu:
1. Jenis barang yang dijual (Type of merchandise).
Retail dapat dibedakan berdasarkan jenis produk yang dijualnya. Sebagai contoh retail yang menjual produk olahraga biasanya toko peralatan olahraga. Jenis retail ini selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi toko peralatan olahraga untuk anak-anak, wanita, maupun pria. Selain itu juga dapat dibagi menurut jenis olahraga itu sendiri seperti basket, golf, sepak bola, pencak silat, karate, taekwondo, dan jujitsu.

2. Perbedaan keanekaragaman barang yang dijual (Variety and Assortment).
Yang dimaksud dengan perbedaan barang yang dijual adalah jumlah kategori barang yang ditawarkan retail. Sedangkan keanekaragaman barang yang dijual adalah jumlah barang yang berbeda dalam satu kategori barang. Tiap barang yang berbeda disebut dengan istilah unit penyimpanan persediaan. Pada retail jenis ini, produk-produk yang dijual meliputi beragam jenis dan tidak terbatas pada satu jenis saja.

3. Tingkat layanan konsumen (Customer Service)
Retail juga berbeda dalam hal jasa yang mereka tawarkan kepada konsumen. Contohnya, toko sepeda menawarkan bantuan dalam memilihkan sepeda, menyesuaikan spesifikasi sesuai keinganan pembeli, dan memperbaiki sepeda. 

4. Harga barang (Price cost trade off)
Pada peretail dapat dibedakan dari tingkat harga dan biaya produk yang dikenakannnya. Sebagai contoh, department store dan toko diskon. Toko diskon memilik perbedaan dalam menetapkan harga produk-produk yang dijual. Departement store, menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi karena menanggung biaya yang lebih tinggi dalam persediaan beberapa produk fashionable.

2.3. Retail Jasa
Menurut Meyer (1988), ada tiga jenis service retailing, yaitu rented-goods services, owned-goods service dan non-goods services.

1. Rented-Goods Service
Dalam jenis ini, para pelanggan menyewa dan menggunakan produk-produk tertentu. Contohnya penyewaan mobil, carpet cleaner, kaset video, laser disc, dan apartemen. Dalam hal ini suatu produk fisik disewakan dengan tarif tertentu untuk jangka waktu tertentu pula. Konsumen dapat menggunakan produk tersebut tetapi kepemilikannya tetap berada pada pihak retailer.

2. Owned-Goods Service
Pada owned-goods service, produk-produk yang dimiliki oleh para konsumen direparasi, ditingkatkan atau dikembangkan unjuk kerjanya, atau dipelihara/ dirawat. Owned-goods service juga mencakup perubahan bentuk pada produk yang telah dimiliki pelanggan. Contohnya adalah jasa reparasi (jam tangan, mobil, sepeda motor, komputer, dan lain-lain), pencucian mobil, dry cleaning perawatan rumput lapangan golf, perawatan taman, dan lain-lain.

3. Non-Goods Service
Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal yang bersifat intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada para konsumen. Contohnya babysitter, supir, tutor, pemandu wisata, tukang cukur, ahli kecantikan, dan lain-lain.

2.4. Retail Kepemilikan
Retail dapat diklasifikasikan pula secara luas menurut bentuk kepemilikan. Berikut adalah klasfikasi utama dari kepemilikan retail.
1. Pendirian toko tunggal atau mandiri (Independent, single-store establishments).
Retail tunggal atau mandiri adalah retail yang dimiliki oleh seseorang atau kemitraan dan tidak dioperasikan sebagai bagian dari lembaga retail yang lebih besar.

2. Jaringan perusahaan (Corporate retail chains).
Retail yang dimiliki dan dioperasikan sebagai satu kelompok oleh sebuah organisasi. Berdasarkan bentuk kepemilikan ini, banyak tugas administrative ditangani oleh kantor psuat untuk keseluruhan rantai. Kantor pusat biasanya memusatkan pembelian barang-barang dagangan yang akan didistribusikan untuk dijual pada toko-tokonya.

3. Franchising (waralaba).
Adalah retail yang dimiliki dan dioperasikan oleh individu tetapi memperoleh lisensi dari organisasi pendukung yang lebih besar. Waralaba menggabungkan keuntungan-keuntungan dari organisasi jaringan toko. Waralaba merupakan suatu hubungan yang sifatnya terus-menerus di mana seorang pemilik waralaba (franchiser) tersebut menciptakan merek dagang produk, maupun metode operasi. Sedangkan agen waralaba (franchisee) sebalinya membayar pada pemilik waralaba atas haknya untuk menggunakan nama, produk, atau metode bisnisnya. Sebuah perjanjian waralaba antara kedua belah pihak biasanya berlaku 10 hingga 20 puluh yang dapat diperbarui dengan kesepakatan kedua belah pihak.

2.5. Retail Barang Umum
Menurut Meyer (1988), ada empat jenis retail barang umum, toko serba ada (Departemen Store), Speciality Store, Catalog Showroom, dan Food And Drug Retailer.

1. Toko serba ada (Departemen Store)
Departemen perdagangan amerika serikat mendefinisikan departemen store sebagai suatu perusahaan eceran yang mempekerjakan paling sedikit 25 orang dan memiliki penjualan pakaian dan peralatan rumah tangga sejumlah 20 persen atau lebih dari penjualan totalnya.

2. Speciality Store
Ciri khas speciality store adalah konsentrasinya pada jenis barang dagangan yang terbatas/sedikit. contohnya computer land (computer-komputer kecil), mainan anak-anak, mesin jahit, pakaian wanita, pakaian remaja, sepatu olahraga. Specialty store biasanya berlokasi di pusat perbelanjaan yang besar.

3. Catalog Showroom
Catalong showroom menawarkan harga rendah, merek nasional, dan daerah perbelanjaan yang kecil dengan yang berdekatan dengan tempat pajangan ecerannya biasanya pembeli menelaah katalog-katalog yang terdistribusi luas sebelum mengunjungi toko tersebut, katalong showroom dapat mengurangi resiko kecurian atau kehilangan.

4. Food And Drug Retailer
Ada tiga jenis utama food and drug retailer, yaitu pasar swalayan, superdrug store, convenience store, dan combination store. Pasar swalayan dan superdrug store adalah toko-toko besar yang menjual makanan atau obat-obatan dalam jumlah besar dengan harga yang rendah. Convenience store adalah toko swalayan mini yang menjual barang kebutuhan sehari-hari dan berlokasi disekitar tempat pemukiman penduduk, serta biasanya buka 24 jam.

Food Retailers
Berikut ini format masing-masing retail makanan pada khususnya, yaitu : 
a. Supermarket tradisional (Conventional Supermarkets)
Supermarket tradisional melayani penjualan makanan, daging, serta produk makanan lainnya, serta melakukan pembatasan penjualan terhadapa produk-produk nonmakanan sepert produk kesehatan, kecantikan, dan produk-prdouk umum lainnya. Sedangkan supermarket konvensional yang lebih luas yang juga menyediakan layanan antar, menjual roti dan kue-kue, bahan makanan mentah, serta produk nonmakanan disebut sebagai superstore.

b. Big-box food retailer
Lebih dari 25 tahun berikutnya, supermarket mulai berkembang dengan semakin memperluas ukuran dan mulai menjual berbagai produk luar negeri yang bervariasi. Pada format big-box retailer, terdapat beberapa jenis supermarket, yaitu supercenter, hypermarket, dan warehouse club.

c. Convenience stores
Convenience store memilik variasi dan jenis produk yang terbatas. Luas lantai retail jenis ini berukuran kurang dari 350 meter persegi dan biasanya didefinisikan sebagai pasar swalayan mini yang menjual hanya lini terbatas dari berbagai produk kebutuhan sehari-hari yang perputarannya relative tinggi. Convenience store ditujukan kepada konsumen yang membutuhkan pembelian dengan cepat tanpa harus mengeluarkan upaya yang besar dalam mencari produk yang diinginkannya.

Nonstore Retail Formats
Jenis-jenis penjualan retail yang tidak melalui toko antara lain :
a. Electronic Retailing (retail elektronik)
Adalah format bisnis retail atau retail yang menggunakan komunikasi dengan pelanggan mengenai produk, layanan, dan penjualan melalui internet. Dalam retail elektronik terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan aktivitas jual beli yaitu:
1. Menggambarkan jasa dan produk yang ditawarkan penjual melalui situs internet.
2. Memungkinkan pembeli mencari informasi, mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan, serta memesan dengan menggunakan kartu kredit, lalu produk tersebut kemudian diantar secara fisik ke alamat pelanggan.

b. Catalog and Direct-mail Retailing (catalog dan pemasaran surat langsung)
Pemasaran melalui catalog terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu atau bahkan lebih catalog produk kepada penerima yang terpilih. Perusahaan mengirimkan catalog yang menginformasikan barang dagangan secara lengkap (yaitu keseluruhan lini barang dagangan), atau dengan memilih barang dagangan yang akan diinformasikan secara terbatas dalam bentuk catalog konsumen khusus, dan catalog bisnis. Sedangkan pemasaran surat langsung (direct mail) terdiri atas pengiriman tawaran, pemberitahuan, pengingat, atau barang-barang lain kepada seseorang di alamat tertentu. Dengan menggunakan daftar alamat yang sangat terpilih, pemasaran surat langsung mengirimkan jutaan paket pos setiap tahun dalam bentuk surat, selebaran, brosur, dan lain-lain.

c. Direct Selling (penjualan langsung)
Adalah system pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan atau transaksi yang dapat diukur pada suatu lokasi penjualan tertentu. Bentuk pemasaran ini memainkan peranan yang lebih luas, yaitu membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan.

d. Television home shopping
Merupakan format retail melaui televisi. Pelanggan akan melihat program TV yang menayangkan demonstrasi produk dagangan dan kemudian menyampaikan pesanan melalui telepon.



DAFTAR PUSTAKA


Utami, Christina Whidya. 2006. Manajemen Retail. Jakarta : Salemba Empat

http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/04/retailing.html

Manajemen Retail


*Sumber: https://www.academia.edu/11623380/MAKALAH_MANAJEMEN_RETAIL
Tag : Bisnis Manajemen
0 Komentar untuk "Manajemen Retail"

Back To Top