Pengelolaan Informasi dan Persepsi Konsumen

BAB I
PENDAHULUAN

Pengertian Persepsi
Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu peruses tentang petunjuk-petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstuktur dan bermakna pada situasi-situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201), mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.

Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358), sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus.



BAB II
PEMBAHASAN

PENGOLAHAN INFORMASI & PERSEPSI KONSUMEN
Dalam mengisi aktivitas keseharian, alat indra mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui alat indera lah kita dapat merasakan semua hal yang terjadi pada fisik kita. Sebagai contoh berkat indera kulit, kita merasakan kepanasaan saat di luar ruangan dan sejuk saat di kantor, yang lainnya seperti hidung yang mencium bau, telinga yang mendengar suara, dan mata yang melihat objek di sekitar kita. Apa yang dicium oleh hidung, apa yang didengar oleh telinga, apa yang dilihat oleh mata, itulah yang disebut stimulus.

Pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi ketika salah satu panca indera menerima input berupa stimulus. Stimulus dapat berbentuk produk, nama merk, iklan, nama produsen.
Iklan berbagai produk yang ditayangkan di televisi dan radio adalah stimulus yang dirancang khusus oleh produsen agar menarik perhatian konsumen, sehingga konsumen mau melihat dan mendengarkan iklan tersebut. Produsen mengharapkan konsumen menyukai iklan produknya, kemudian menyukai produknya dan membelinya. Produsen harus memahami bagaimana konsumen mengolah informasi. Pengetahuan ini penting bagi produsen agar dapat merancang proses komunikasi yang efektif bagi konsumen.
Tahap- Tahap pengolahan Informasi

Menurut (Engel, Blackwell, dan Miniard. (1995) mengutip pendapat William McGuire yang menyatakan bahwa ada lima tahap- tahap pengolahan informasi (the information processing model), yaitu:
Pemaparan (Exsposure)
Pemaparan Stimulus yang menyebabkan konsumen menyadari stimulus tersebut melalui panca inderanya.

Perhatian (Attention)
Kapasitas pengolahan yang dialokasikan konsumen terhadap stimulus yang masuk.

Pemahaman (Comprehension)
Interpretasi terhadap makna stimulus.

Penerimaan (Acceptance)
Dampak persuasive stimulus kepada konsumen.

Retensi (Retention)
Pengalihan makna stimulus dan persuasi keinginan jangka panjang.

Proses pengolahan informasi diartikan sebagai “is the process which consumers are exposed to information, become involved with it, attend to it, comprehend it, place in to memory and retrieve it for later use” (Mowen and Minor, 1998 hal 63). Yaitu menyebut tahap pemaparan, perhatian, dan pemahaman sebagai persepsi. Persepsi ini bersama keterlibatan konsumen dan memori akan mempengaruhi pengolahan informasi.

Pemaparan (Exposure)
Pemahaman merupakan tahap pertama dari proses pengolahan informasi, dimana pada tahap ini pemasar menyampaikan stimulus pada konsumen. Seperti iklan, kemasan, merk atau bahkan hadiah. Selanjutnya akan timbul sensasi yang merupakan stimulus yang dirasakan konsumen ke salah satu inderanya dari pihak produsen.
Perhatian (Attention)

Tidak semua stimulus yang dipaparkan dan diterima konsumen akan memperoleh perhatian dan berlanjut dengan pengolahan stimulus tersebut, hal ini terjadi karena konsumen memiliki keterbatasan sumberdaya kognitif untuk mengelolah semua informasi yang diterima.

Ada dua faktor utama yang mempengaruhi perhatian konsumen terhadap stimulus yang akan diperhatikannya, yaitu faktor pribadi dan faktor stimulus. Faktor pribadi adalah karakteristik konsumen yang muncul dalam diri konsumen. Faktor ini ada diluar control pemasar, berbeda dengan faktor pribadi, faktor stimulus adalah faktor yang dapat dikontrol dan dapat dimanipulasi oleh pemasar dan pengiklan yang bertujuan untuk menarik minat konsumen, faktor-faktor stimulus meliputi:

Ukuran (size)
Semakin besar ukuran stimulus maka akan semakin besar perhatian.

Warna (colour)
Warna-warni dari satu stimulus akan menarik perhatian yang lebih besar dibandingkan stimulus yang hitam putih.

Intensitas (Intensity)
Frekuensi yang lebih sering akan memperbesar stimulus sehingga menimbulkan perhatian yang lebih besar.

Kontras (Contras)
Stimulus yang ditampilkan sangat kontras dengan latar belakangnya seringkali menarik perhatian yang lebih baik.

Posisi (Position)
Suatu stimulus mungkin lebih diperhatikan oleh konsumen karena letaknya yang strategis di suatu lokasi.

Petunjuk (Directionality)
Mata konsumen sering kali tertuju kepada stimulus yang diarahkan oleh suatu petunjuk.

Gerakan (Movement)
Stimulus yang bergerak akan menarik perhatian konsumen dibandingkan yang diam.

Kebauran (Novelty)
Stimulus yang ditampilkan dengan tehnik kebauran biasanya menimbulkan penasaran dan rasa keingintahuan.

Isolasi (Isolation)
Teknik meletakan suatu stimulus pada suatu ruang dimana ruang yang digunakan oleh stimulus ini hanya sedikit sekali, sedangkan sisah ruangan yang besar tidak digunakan untuk menarik perhatian.
Stimulus yang disengaja (“learned” attention-inducing stimuli) beberapa stimulus seperti bel atau telepon rumah sengaja dipasang untuk menarik perhatian.

Memberi pesan yang menarik (Attractive spokesperson)
Pemasar menggunakan selebriti sebagai bintang iklan agar menarik perhatian konsumen.

Perubahan gambar yang cepat ( Scane changes)
Penampilan banyak gambar dalam waktu singkat akan menimbulkan aktivitas otak secara tidak sengaja yang akan menarik perhatian konsumen.

Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman adalah usaha konsumen untuk mengartikan atau menginterpretasikan stimulus. Engel, BlackWell, dan Miniard (1995) menyebut tahapan ini merupakan tahapan ini sebagai tahap member makna kepada stimulus. Pada tahapan ketiga ini konsumen melakukan “perceptual organization” yaitu konsumen cenderung untuk melakukan pengelompokan stimulus sehingga memandangnya sebagai satu kesatuan. Pemahaman di pengaruhi tiga prinsip, yaitu:

Gambar dan latar belakang (figure and ground)
Gambar adalah suatu stimulus yang diletakan dalam suatu latar belakang. Konsumen cenderung memisahkan mana obyek yang harus diperhatikan dan mana latar belakangnya.

Pengelompokan (grouping)
Orang akan lebih mengingat informasi jika disajikan dalam bentuk kelompok atau secara terpisah-pisah.

Closure,
Konsumen akan berusaha memahami suatu objek dalam arti yang utuh walaupun ada bagian dari obyek hilang atau tidak lengkap.

Penerimaan (Acceptable)
Setelah konsumen melihat stimulus, memperhatikan, dan memahami stimulus tersebut maka sampailah kepada suatu kesimpulan mengenai stimulus atau objek tersebut. Inilah yang disebut persepsi konsumen terhadap objek tersebut atau citra (images) produk. Persepsi konsumen ini adalah output dari penerimaan konsumen terhadap stimulus.

Retensi (Retention)
Merupakan proses memindahkan informasi ke memori jangka panjang (Long Therm Memory). Memori terdiri atas tiga system penyimpanan yaitu: Sensory memory yaitu tempat penyimpanan memori sementara yang diterima oleh panca indera, Short therm memory yaitu tempat penyimpanan informasi untuk waktu yang terbatas dan memiliki kapasitas terbatas akan tetapi akan mempunyai waktu penyimpanan kurang dari 30 detik, dan Long therm memory yaitu tempat penyimpanan informasi dalam jangka waktu yang lama dan memiliki kapasitas dalam jumlah yang tidak terbatas.

Mengingat kembali (Retrieval)
Informasi yang disimpan dalam Long Therm Memory, tentu akan dipanggil kembali untuk dipakai sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan (proses retrieval).





Daftar Pustaka

Tambajong, J. (1995). Pengantar Psikologi Konsumen. Cetakan pertama. Jakarta: Kawan pustaka.
Sumarwan, U. (2003). Perilaku Konsumen: Theory & Application in Marketing. Remaja Redaskarya- Bandung.


Pengelolaan Informasi dan Persepsi Konsumen

Tag : Perilaku Konsumen
0 Komentar untuk "Pengelolaan Informasi dan Persepsi Konsumen"

Back To Top