BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak di capai bagi dunia hubungan masyarakat (kehumasan) atau public relations. Pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi hasilnya bisa dirasakan berdasarkan hasil penilaian hasil baik atau buruk. Seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya. Citra akan sangat mempengaruhi suatu organisasi atau perusahaan di mata masyarakat, karena citra akan menentukan positif atau negatifnya suatu perusahaan atau organisasi dipandangan masyarakat.
Setiap perusahaan atau organisasi tentu ingin memiliki citra positif di masyarakat. Untuk mencapai citra positif tentu bukanlah suatu hal yang mudah. Mencapai citra positif akan membutuhkan beberapa step proses yan gharus dilewati. Dalam menghadapi proses tersebut perlu dipersiapkan beberapa langkah. Setiap Humas harus mengetahui bagaimana skema pembentukan citra agar supaya citra perusahaan yang diinginkan bisa terpenuhi sehingga masyarakat atau publik bisa tertarik kepada organisasi atau perusahaan yang dihandle.
Bukanlah sesuatu yang gampang untuk menarik perhatian publik. Tidak hanya diperlukan suatu pencitraan yang positif dalam mengambil hati masyarakat atau publik. Masih ada sesuatu yang harus diperhatikan lagi yaitu personal branding. Personal branding yaitu seni dalam menarik dan memelihara lebih banyak klien dengan cara membentuk persepsi public secara aktif. Dengan menguasai semua hal tersebut yaitu pencitraan dan personal branding, maka kemungkinan besar suatu organisasi akan mudah dalam menarik dan mempengaruhi masyarakat atau publik.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Rumusan masalah yang telah penulis paparkan di atas maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian citra dan macam-macam citra?
2. Bagaimana skema pembentukan citra?
3. Apa itu personal Branding?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Citra dan Macam-macam Citra
Citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Berikut pengertian citra menurut beberapa ahli:
Menurut Bill Canton dalam Sukatendel mengatakan, bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi.
Frank Jefkins, dalam bukunya Publik Relations Technique, menyimpulkan bahwa secara umum, citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya.
Jalaluddin Rahmat menyebutkan, bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi. Sikap pada seseorang atau sesuatu bergantung pada citra kita tentang orang atau obyek tersebut.[1]
Sachs dalam karyanya The Extent and Intention Of PR/ Information Activities, Citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap-sikap terhadap kita yang mempunyai kelompok kepentingan yang berbeda.[2]
Macam-macam Citra
Citra Cermin (Mirror Image)
Citra cermin diyakini oleh pemimpin perusahaan dalam posisi baik tanpa mengacuhkan kesan orang luar. Setelah diadakan studi tanggapan, kesan dan citra di masyarakat ternyata terjadi perbedaan yang diharapkan dengan kenyataan citra di lapangan, bisa jadi justru mencerminkan “citra” negatifnya yang muncul.
Citra Kini
Merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang perusahaan atauhal lain berkaitan dengan produknya.
Citra Keinginan
Adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak menejemen terhadap lembaga atau produk yang ditampilkan lebih dikenal.
Citra Perusahaan
Jenis citra ini adalah yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya.
Citra Serbaneka
Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan diatas, misalnya bagaimana pihak humas akan menampilkan pengenalan terhadap identitas perusahaan.
Citra Penampilan
Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja atau penampilan diri para profesional pada perusahaan bersangkutan.[3]
Proses Pembentukan Citra
Publik relations digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap.
Model pembentukan citra ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus yang diberikan dapat diterima atau ditolak. Jika rangsangan ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini menunjukan rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu. Sebaliknya, jika rangsang itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan terdapat perhatian dari organisme, sehingga proses selanjutnya dapat berjalan.
Empat komponen persepsi-kognisi-motivasi-sikap diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang. Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti tentang rangsang tersebut. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan.
Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi itu pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu.
Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan itu akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi yang cukup mempengaruhi perkembangan kognisinya.
Motivasi dan sikap yang ada akan menggerakan respons seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan guna mencapai suatu tujuan.
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, dan nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu.
Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, atau tanggapan tertentu. Untuk mengetahui bagaimana citra suatu perusahaan atau lembaga dibenak publiknya dibutuhkan adanya suatu penelitian. Melalui penelitian, perusahaan dapat mengetahui sikap publik terhadap lembaganya, mengetahui apa yang disukai dan yang tidak disukai. Denan demikian, perusahaan dapat mengambil langkah yang tepat bagi kebijakan perusahaan selanjutnya.
Personal Branding
Pengertian Personal Branding
Berikut merupakan definisi Personal Branding menurut beberapa ahli:
Menurut Montoya(2006) Personal Branding adalah sebuah seni dalam menarik dan memelihara lebih banyak klien dengan cara membentuk persepsi public secara aktif. Menurut Montoya & Vandehey (2008) Personal Branding adalah sesuatu tentang bagaimana mengambil kendali atas penilaian orang lain terhadap diri kita sebelum ada pertemuan langsung.
Menurut Kupta, Personal Branding adalah sebuah pencitraan pribadi yang mewakili serangkaian keahlian, suatu ide cemerlang, sebuah system kepercayaan, dan persamaan nilai yang dianggap menarik oleh orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa Personal Branding adalah suatu proses membentuk persepsi masyarakat terhadap aspek-aspek yang dimiliki oleh seseorang, diantaranya adalah kepribadian, kemampuan atau nilai-nilai, dan bagaimana stimulus – stimulus ini menimbulkan persepsi positif dari masyarakat yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai alat pemasaran.[4]
Karakteristik Personal Branding
Personal branding merupakan persepsi yang tertanam dan terpelihara
dalam benak orang lain, maka yang menjadi inti persoalannya adalah bagaimana
orang lain memandang seseorang tersebut pada sisi yang positif dan tertarik untuk
menggunakan jasanya. Terdapat tiga komponen utama yang tergabung menjadi
satu, yang menentukan kekuatan dari suatu Personal Branding (McNally & Speak, 2004), antaralain:
Merek yang khas, yakni merek yang mewakili dari kekhususan dari orang atau suatu produk. Merek tersebut memiliki suatu sudut pandang. Di sini merek harus memiliki ciri yang berbeda dari yang lainnya melalui keunikan yang dimiliki.
Merek yang Relevan, yakni apa yang diwakili oleh merek tersebut terkait
dengan apa yang dianggap penting oleh orang lain pada saat itu. Relevansi ini terkait
dengan objek atau target dari konsumen yang dibidik, karena jika tidak
sesuai maka persepsi positif tidak akan timbul dan terkadang jika sudah
mengganggu malah akan timbul persepsi negatif.
Merek yang Konsisten yakni bagaimana orang menjadi yakin di dalam suatu hubungan berdasarkan kepada perilaku konsisten yang mereka rasakan atau mereka amati. Seperti halnya perlakuan pada produk, image positif yang telah terbentuk pada konsumen haruslah konsisten, karena pada personal branding yang lebih terkait pada jasa, hubungan atau relasi konsumen sangat kental sehingga jika sampai image dari seseorang berubah maka dapat merubah persepsi dari masyarakat yang bukan tidak mungkinkan menjadikan persepsi yang negatif.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan oleh penulis di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya citra adalah secara umum, citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. Jalaluddin Rahmat menyebutkan, bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi. Sikap pada seseorang atau sesuatu bergantung pada citra kita tentang orang atau obyek tersebut.
Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, atau tanggapan tertentu. Untuk mengetahui bagaimana citra suatu perusahaan atau lembaga dibenak publiknya dibutuhkan adanya suatu penelitian. Melalui penelitian, perusahaan dapat mengetahui sikap publik terhadap lembaganya, mengetahui apa yang disukai dan yang tidak disukai. Denan demikian, perusahaan dapat mengambil langkah yang tepat bagi kebijakan perusahaan selanjutnya.
Personal Branding adalah suatu proses membentuk persepsi masyarakat terhadap aspek-aspek yang dimiliki oleh seseorang, diantaranya adalah kepribadian, kemampuan atau nilai-nilai, dan bagaimana stimulus – stimulus ini menimbulkan persepsi positif dari masyarakat yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai alat pemasaran. Pada dasarnya semua komponen yang dibahas di atas adalah saling melengkapi satu sama lain. Citra diperlukan untuk membangun pandangan positif masyarakat terhadap suatu perusahaan atau organisasi, sedangkan personal branding lebih kepada pribadi atau personal-personal yang terkait dengan perusahaan atau organisasi yang akan mempengaruhi juga terhadap citra positif atau negatif suatu perusahaan atau organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Soemirat, Sholeh dan Elfinaro Ardianto. Dasar-dasar Public Relation, cet. 1. 2002. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Effendy, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat.1992 Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Rosady Ruslan, S.H, M.M, Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi, edisi refisi, (Jakarta: RT. Raja Grafindo Persada, 2014
Ronald Susanto, Brand Equity yang di Bangun Melalui Personal Branding(SebuahTesis), Universitas Indonesia; Jakarta;2009
[1] Drs. Sholeh Soemirat, M.S dan Drs. Elfinaro Ardianto, M.S.I, Dasar-dasar Public Relation, cet. 1, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2002) Hal. 114
[2] Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, MA. Hubungan Masyarakat, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 1992). Hal. 166
[3] Rosady Ruslan, S.H, M.M, Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi, edisi refisi, (Jakarta: RT. Raja Grafindo Persada, 2014). Hal. 77-79
[4]Ronald Susanto, Brand Equity yang di Bangun Melalui Personal Branding(SebuahTesis), Universitas Indonesia; Jakarta;2009, hal. 20-21
*Sumber: https://zumakarima.wordpress.com/2016/12/30/pembuatan-citra-dalam-public-relation/
0 Komentar untuk "Pembentukan Citra dalam Perusahaan"