BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Pada mata kuliah Bimbingan dan Konseling Sufistik, kita sudah banyak mempelajari pengertian ataupun banyak macam dari konseling. Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari lebih lanjut mengenai konseling dengan doa. Karena seperti yang kita tahu, berdoa merupakan hal sederhana yang sangat mudah dilakukan, karena dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.
Namun, meskipun doa merupakan ibadah sederhana yang sangat mudah dilakukan, doa memiliki banyak sekali manfaat untuk kebutuhan lahir maupun batin seseorang. Apalagi di era modern nan canggih ini, masyarakat lebih rentan dengan ketimpangan masalah jiwa atau ruhaniah mereka karena secara 24/7 mereka mudah dan cepatnya mendapatan berbagai informasi yang tak jarang malah akan menjadi suatu beban dan mengganggu ketentraman hatinya jika tak pandai menyaringnya. Hal itu dikarenakan teknologi canggih tersebut hadir dominan hanya dalam pemenuhan kebutuhan materiil, bukan moral.
Maka dari itu, doa disini hadir sebagai salah satu solusi terhadap kegelisahan semua kalangan. Karena pada kenyataannya, tidak ada manusia yang terlepas dari harapan dan keinginan untuk mendapatkan bantuan dari orang lain atau dari Yang Maha Kuasa (Daradjat, 1992: 15).
II. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana definisi dari doa?
b. Apa manfaat dari doa?
c. Bagaimana praktik terapi dengan doa?
III. TUJUAN
a. Untuk mengetahui definisi dari doa
b. Untuk mengetahui manfaat dari doa
c. Untuk mengetahui praktik terapi dengan doa
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI DOA
Terkadang doa secara mutlak diartikan sebagai membaca. Namun, doa (dalam bahasa Arab) memiliki arti membaca, meminta hajat dan memohon pertolongan. Dalam Al-Qur’an sendiri, kata “doa” dan kata-kata jadiannya (musytaq) digunakan sebanyak 13 makna yang berbeda-beda, di antaranya adalah membaca, berdoa, meminta kepada Allah Ta'ala, memanggil, mengajak kepada sesuatu atau kepada seseorang, memohon pertolongan dan bantuan, beribadah dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, doa dapat diartikan sebagai sebuah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan (Depdiknas, 2002: 271). Dhavamony (1995: 241) menyatakan bahwasannya doa merupakan gejala umum yang ditemukan dalam semua agama. Dalam berbagai macam bentuknya, doa muncul dari kecenderungan kodrati manusia untuk memberikan ungkapan dari pikiran dan rasa dalam hubungannya dengan yang ilahi. Sebagaimana manusia berkomunikasi secara kodrati dengan manusia- manusia lain dengan berbicara, demikian pula ia menyapa yang ilahi dengan cara yang sama, sesuai dengan kepercayaan dan keyakinannya.
Doa merupakan suatu tindakan rekolektif, artinya dengan itu manusia menetapkan dan memupuk kesatuannya dengan yang ilahi. Doa merupakan bentuk pemujaan universal, dengan diam ataupun dengan bersuara, pribadi maupun umum, spontan maupun menurut aturan.
Menilik dari sumber lain, doa merupakan permohonan atau permintaan dari seorang hamba kepada Tuhan dengan menggunakan lafal yang dikehendaki dan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan (Dahlan, 1997: 276). Dari sumber lain, Adz-Dzakiey (2005: 450) menyatakan bahwa doa merupakan suatu aktivitas ruhaniah yang mengandung permohonan kepada Allah SWT melalui lisan atau hati, dengan menggunakan kalimat-kalimat atau pernyataan-pernyataan khusus sebagaimana yang tertulis pada al-Qur'an, as-Sunnah ataupun keteladanan para sahabat Rasulullah SAW dan orang-orang yang saleh.
Menurut Dadang Hawari yang di kutip oleh Amin Syukur dalam bukunya Sufi Healing Terapi dengan Metode Tasawuf, doa diartikan sebagai salah satu bentuk komitmen keagamaan seseorang. Doa sendiri adalah permohonan yang di munajatkan ke pada Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun. Selain itu doa merupakan suatu amalan dalam bentuk ucapan ataupun dalam hati yang berisikan permohonan kepada Allah SWT, dengan selalu mengingat nama-Nya dan sifat-Nya.
Kata-kata "do'a" yang banyak sekali terdapat di dalam Al Qur'an mempunyai pengertian (makna) yang banyak pula. Pertama: dengan makna " 'ibadat. " Seperti dalam firman Allah SWT:
وَلَا تَدۡعُ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنۡفَعُكَ وَ لَا يَضُرُّكَۚ فَاِنۡ فَعَلۡتَ فَاِنَّكَ اِذًا مِّنَ الظّٰلِمِيۡنَ
Artinya: "Dan janganlah kamu berdo'a, kepala selain Allah, yaitu kepada sesuatu yang tidak dapat mendatangkan manfa'at kepada engkau dan tidak kuasa pula mendatangkan mudlarat kepada engkau." (Q.S Yunus: 106) (Depag RI, 1986: 322).
Yang dimaksudkan dengan "berdo'a" di dalam ayat ini, ialah "beribadat" (mengadakan penyembahan). Yakni janganlah kamu 'ibadat (sembah) selain daripada Allah, yaitu sesuatu yang tidak kuasa memberikan manfa'at kepadamu dan tidak kuasa pula mendatangkan mudlarat kepadamu (Ash Shiddieqy, 1986: 95).
Kedua: Dengan makna 'istighatsah" (memohon bantuan dan pertolongan). Seperti dalam firman Allah SWT dalam Q.S. Al Baqarah: 23 yang memiliki arti: "Dan mendo'alah kamu (mintalah bantuan) kepada orang-orang yang dapat membantumu."
Yang dimaksudkan dengan men"do'a" dalam ayat ini, ialah "istighatsah" (meminta bantuan, atau pertolongan). Jadi, makna ayat ini, ialah: "Mintalah bantuan dan pertolongan dari orang-orang yang mungkin dapat membantu dan memberikan pertolongan kepada kamu (Ash Shiddieqy, 1986: 96).
Ketiga: Dengan makna "permintaan" atau "permohonan." Seperti dalam firman Allah SWT yang berarti: "Mohonlah (mintalah) kamu kepadaKu, Aku perkenankan permohonan (permintaan) kamu itu." (Q.S. Al Mu'min: 60 ) (Depag RI, 1986: 767).
Pada hakekatnya, doa merupakan pernyataan seorang hamba tentang betapa fakirnya, betapa lemahnya, betapa tak berdayanya dia, di hadapan Sang Pencipta. Doa merupakan salah satu bukti penghambaan, pengabdian, dan ubudiyah kepada-Nya. Di dalam doa terkandung puji-pujian kepada Allah atas segala keagungan nama dan kemuliaan sifat-Nya. Di dalam doa seorang hamba tersebut mengadu, sambat, meminta, memohon, "ngalem" kepada Allah.
Bertitik tolak pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa do’a merupakan suatu aktivitas ruhaniah yang mengandung permohonan kepada Allah SWT melalui lisan atau hati, dengan menggunakan kalimat-kalimat atau pernyataan-pernyataan khusus sebagaimana yang tertulis pada al-Qur'an, as-Sunnah ataupun keteladanan para sahabat Rasulullah SAW dan orang-orang yang saleh.
B. MANFAAT DOA
Ash-Shiddieqy (1986: 98) berpendapat bahwa doa merupakan perisai, senjata penangkis dari bencana, dan ibarat air yang dapat memberi manfaat dan menyejukkan kehidupan. Menurutnya lebih lanjut, doa itu berfaedah dalam memperoleh naungan rahmat Allah SWT, menunaikan kewajiban, taat, menjauhkan diri dari maksiat, menimbulkan keridaan Allah SWT, memperoleh hasil yang pasti, menolak tipu daya musuh, menghilangkan kegundahan, menghasilkan hajat, dan memudahkan kesukaran. Dalam salah satu hadisnya, Nabi SAW menyatakan bahwa Tuhanlah yang melepaskan seseorang dari bencana-bencana yang disebabkan oleh musuh-musuhnya dan Dia pulalah yang mencurahkan rezeki kepada manusia.
Doa dapat digunakan untuk meminta kelancaran urusan duniawi, contohnya seperti ingin memperoleh pekerjaan, rizki, kedudukan, bisnis, studi, jodoh, keturunan dan lain sebagainya. Allah SWT mengerti bahwa kita hidup di dunia tentu ingin hidup baik dan sejahtera. Karena kesejahteraan hidup tidak semata-mata untuk keperluan dunia, tetapi juga untuk memenuhi kewajiban agama, seperti sholat, puasa, zakat dan haji.
Selain yang di sebutkan di atas, doa juga bisa bermanfaat untuk mencegah musibah. Semua manusia pasti sering tertimpa musibah, karena musibah terjadi di luar perhitungan manusia. Oleh sebab itu manusia memerlukan bantuan kekuatan di luar dirinya yaitu Tuhan untuk mencegah datangnya musibah tersebut. Doa juga bermanfaat untuk ketanangan fikiran dan perasaan, hati atau jiwa. Makin banyak seseorang berdoa maka makin tenang pula fikiran dan hatinya. Ketenangan hati dapat dilihat pada terbentuknya sikap-sikap sufistik pada seseorang yang banyak berdoa, seperti sabar, ikhlas, ridha, qona’ah (merasa cukup), syukur, shidiq, istiqomah, raja’, dan tawakal. Kemudian dari ketenangan jiwa tersebut, orang akan hidup sehat dan bahagia, sehingga dapat dikatakan bahwa doa bermanfaat untuk mewujudkan hidup sehat dan bahagia.
Menurut Dr. Moh. Sholeh, seorang psikiater juga penulis disertasi Pengaruh Salat Tahajjud terhadap Peningkatan Respons Ketahanan Tubuh Imunologik, Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi, menyatakan bahwa doa merupakan autosugesti yang dapat mendorong seseorang berbuat sesuai dengan yang didoakan dan dapat merubah jiwa dan badan. Beliau menulis pengaruh doa ari segi hipnotis, yang menjadi landasan dasar teknik terapi sakit jiwa. Ucapan sebagaimana tersebut di atas merupakan "autosugesti", yang dapat mendorong kepada orang yang mengucapkan untuk berbuat sebagaimana yang dikatakan. Bila doa itu diucapkan dan dipanjatkan dengan sungguh-sungguh, maka pengaruhnya sangat jelas bagi perubahan jiwa dan badan.
C. PRAKTIK TERAPI DENGAN DOA
TAHAPAN TERAPI DO’A:
1. Tahap kesadaran sebagai hamba
Inti dari tahap ini adalah membangkitkan kesadaran terhadap kehambaan dan kesadaran akan kelemahan sebagai manusia. Bentuk kesadaran ini akan menghantarkan seseorang yang berdoa berada pada keadaan lemah. Tanpa adanya kesadaran akan kelemahan diri ini maka kesungguhan dalam berdoa sulit dicapai. Hak berdoa adalah meminta, dan yang meminta derajatnya harus lebih rendah dari pada yang diminta. Untuk itu sebelum seseorang berdoa diharuskan untuk merendahkan diri dihadapan Allah. Bentuk kesadaran diri ini dapat dilakukan denganmelihat kepada diri sendiri misalnya melihat jantung bahwa jantung itu bergerak bukan kita yang menggerakkan, daralı yang mengalir bukan atas kehendak kita, atau juga dapat melihat masalah yang sedang dihadapi, ketidakberdayaan, ketidakmampuan mengatasi hal ini dimunculkan dalam kesadaran sehingga nantinya dapat menimbulkan sikap menerima dan sikap pasrah. Pada tahap ini orang juga disadarkan akan gangguan kejiwaan atau penyakit yang dialami. Penyakit tersebut bukan ditolak namun diterima sebagai bagian dari diri kemudian dimintakan sembuh kepada Allah.
2. Tahap penyadaran akan kekuasaan kepada Allah
Setelah diri sadar akan segala kelemahan dan segala ketidakmampuan diri maka selanjutnya yang dilakukan yaitu dengan menyadari kebesaran Allah kasih sayang dan terutama adalah maha penyembuh Allah. Tahap ini juga menimbulkan pemahaman tentang hakikat sakit yang dialami bahwa sakit berasal dari Allah dan yang akan menyembuhkan adalah Allah. Penyaluran akan kekuasaan Allah ini dapat dilakukan dengan melihat bagaimana Allah menggerakkan segala sesuatu dan menghidupkan segala sesuatu. Tahap ini juga dapat menumbuhkan keyakinan kita kepada Allah atas kemampuan Allah dalam menyembuhkan. Bagaimana seseorang dapat berdoa kalau dirinya tidak mengenal atau tidak meyakini bahwa Sang Penyembuh tidak dapatmenyembuhan. Yakin juga merupakan syarat mutlak dan suatu doa karena Allah sesuai dengan prasangkat hambaNya
3. Tahap komunikasi
Setelah sadar akan kelemahan dan penyakit yang dialami, dan juga sadar akan kebesaran Allah, maka selanjutnya adalah berkomunikasi dengan Allah sebagai bagian penting dari proses terapi.
4. Tahap menunggu
Tahap meunggu dalam diam namun hati tetap mengadakan pemohonan kepada Allah.
Doa merupakan betuk komunikasi antara yang meminta dan yang memberi. Ketika proses permintaan sudah disampaikan maka proses pemberian (diijabahnya doa). Syarat untuk dapat menerima jawaban ini adalah dengan sikap rendah diri, terbuka, dan tenang (tidak tergesa-gesa). Sikap ini akan dapat menangkap kalam Allah (jawaban doa yang tidak berbentuk ucapan, tidak berbentuk huruf tapi berbentuk pemahaman atau pencerahan, ilham) atau berbentuk perubahan perubahanemosi dari tidak tenang menjadi tenang, dari sedih menjadi hilangnya kesedihun. Tahap ini merupakan tahap respon yang diberikan oleh Allah kepada kita sebagai jawaban doa yang kita panjatkan. Tahap ini juga disertai dengan sikap pasrah total kepada Allah mengikuti apa kehendak Allah, sikap ini akan dapat menangkap jawaban Allah (Purwanto, 2007)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya doa merupakan suatu aktivitas ruhaniah yang mengandung permohonan kepada Allah SWT melalui lisan atau hati, dengan menggunakan kalimat-kalimat atau pernyataan-pernyataan khusus sebagaimana yang tertulis pada al-Qur'an, as-Sunnah ataupun keteladanan para sahabat Rasulullah SAW dan orang-orang yang saleh.
Doa itu bermanfaat dalam memperoleh naungan rahmat Allah SWT, menunaikan kewajiban, taat, menjauhkan diri dari maksiat, menimbulkan keridaan Allah SWT, memperoleh hasil yang pasti, menolak tipu daya musuh, menghilangkan kegundahan, menghasilkan hajat, dan memudahkan kesukaran.
Ada beberapa tahapan dalam terapi doa, yaitu:
1. Tahap kesadaran sebagai hamba
2. Tahap penyadaran akan kekuasaan kepada Allah
3. Tahap komunikasi
4. Tahap menunggu
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.walisongo.ac.id/1067/3/1105064_Bab2.pdf
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/1896/5/Skripsi%20Dias%20Wisda%20BAB%202.pdf
*Sumber: https://www.academia.edu/49026278/MAKALAH_KONSELING_DENGAN_DOA
Tag :
Bimbingan Konseling,
Lainnya
0 Komentar untuk "Konseling dengan Doa"