Pembentukan Akhlak

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara masalah pembentukan akhlak sama berbicara masalah tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah tujuan akhlak. Menurut muhammah athiyah al-abrasyi yang dikutip oleh abudin nata mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Demikian pula ahmad D. Marimba bahwa tujuan utama pendidikan islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap muslim, yaitu menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan menyerahka diri kepadanya dengan memeluk agama islam.

Namun sebelum itu masih ada masalah yang perlu kita dudukkan dengan seksama, yaitu apakah akhlak dapat dibentuk atau tidak? Jika dapat dibentuk apa alasannya dan bagaimana caranya? Dan jika tidak, apa pula alasannya dan bagaimana pula alasannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana deskripsi aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak ?
2. Apa saja aspek-aspek yang mempengaruhi bentuk akhlak ?
3. Bagaimana peran insting dalam mempengaruhi bentuk akhlak ?
4. Bagaimana peran dasar bawaan dan  lingkungan dalam mempengaruhi bentuk akhlak?

C. Tujuan Masalah
1..Menjelaskan  aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak.
2. Untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi bentuk akhlak.
3. Untuk mengetahui seberapa besar peran insting dalam mempengaruhi pembentukan akhlak.
4. Untuk mengetahui seberapa besar peran dasar bawaan dan lingkungan dalam mempengaruhi pembentukan akhlak.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang telah dilakukan oleh manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun panca indra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan sudah pasti bersumber dari kejiwaan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yaitu:
1) Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap diri seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, dan akal. Jika seorang telah memiliki bawaan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut lebih baik. Aliran ini begitu yakin terhadap potensi batin dan tampak kurang menghargai peranan pembinaan dan pendidikan.
2) Aliran Empirisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap pembentukan diri seorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkugan sosial; termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika penddidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan penjajahan.
3) Aliran Konvergensi
Menurut aliran ini faktor yang paling mempengaruhi pembentukan akhlak yakni faktor internal (pembawaan) dan faktor dari luar (lingkungan sosial). Fitrah dan kecendrungan ke arah yang lebih baik yang dibina secara intensif secara metode.
Aliran ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini.


(كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهوّدانه او ينصّرانه او يمجّسانه (رواه البخاري
Artinya: setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah (rasa ketuhanan dan kecendrungan kepada kebenaran). Maka kedua orang tuanya yang membentuk anak itu menjadi yahudi, Nasrani, atau majusi. (HR. Bukhori)[5]

Dari ayat dan hadits tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua. Pada kondisi demikian kadang membuat perasaan seorang ahli penyidik akhlak kurang puas. Karena sulitnya mencari kejujuran perilaku yang sebenarnya sesuai dengan kejiwaannya. Apabila ada perkataan “ jangan dusta” engkau ulang terus, tetapi engkau lengahkan jiwanya sehingga timbul perbuatan dusta, tentu perkataanmu tidak membekas di hati.

Apabila ditinjau dari segi akhlak kejiwaannya maka perilaku tersebut dilakukan atas dasar pokok-pokok sebagai berikut:
1. Insting
2. Pola dasar bawaan (turunan)
3. Lingkungan
4. Kebiasaan
5. Kehendak
6. Pendidikan

B. pokok-pokok segi akhlak kejiwaan
      maka perilaku tersebut dilakukan atas dasar sebagai berikut:
1. Insting
Insting ialah kemampuan untuk berbuat hal-hal yang kompleks tanpa latihan sebelumnya dan terarah pada tujuan yang berarti, untuk mempertahankan eksistensi manusiawinya. Menurut James, insting ialah “suatu alat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada dengan di dahului latihan perbuatan itu.  

Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:  naluri makan, naluri berjodoh, naluri berjuang naluri bertuhan. dan sebagainya. Dengan potensi naluri itulah manusia dapat memproduk aneka corak  perilaku sesuai pula dengan corak instingnya dan prilaku seseorang akan mencerminkan akhlaknya.

2. Pola Dasar Bawaan (Turunan)
Pada awalnya perkembangan kejiwaan primitive, bahwa ada pendapat yang mengatakan kelahiran manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah faktor pendidikan. Tetapi pendapat baru mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam keujudan sama dalam tubuh, akal dari akhlaknya.

Ada teori yang mengumukakan masalah turunan (bawaan), yaitu:
a. Turunan (pembawaan) sifat-sifat manusia. Di mana-mana tempat orang membawa turunan dengan beberapa sifat yang bersamaan. Seperti bentuk, pancaindra, perasaan, akal dan kehendak.
b. Sifat-sifat bangsa. Selain adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga beberapa sifat yang diturunkan orang terdahulu kepada orang sekarang. Bukan saja dalam sifat-sifat yang mengenai akal tetapi juga dalam bentuk wajah.  

3. Lingkungan
Dalam arti luas, lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang, ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian yang mempunyai hubungan dengan seseorang.  

4. Kebiasaan
Suatu perbuatan bila diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan disebut “Adat Kebiasaan”. Kebanyakan pekerjaan manusia jelmaan dari arah adat kebiasaan, seperti berjalan, berlari, cara berpakaian, berbicara dan lain sebagainya.
Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar. Contoh: memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta, berjalan kaki dijalur sebelah kiri dll.

Pada awalnya, taraf kebiasaan itu disadari dan orang menggunakan akal. Lama -kelamaan timbangan akal dan kesadaran semakin menipis ; dan kebiasaan jadi otomatis serta tidak disadari ( misalnya berjalan, sial antara lain ialah dorongan seks (kelamin), dorongan sosialitas atau hidup berkawan, dorongan meniru, dorongan berkumpul dan sebagainya. Dorongan-dorongan ini merupakan kualitas dari karakter.

5. Kehendak
Kehendak  (bahasa Inggris: will) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau sesuatu makhluk untuk membuat pilihan secara sukarela, bebas dari segala kendala ataupun tekanan yang ada. Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku manusia adalah kemauan keras atau kehendak. Kehendak ini adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam. Itulah yang menggerakkan manusia berbuat dengan sungguh-sungguh. Seseorang dapat bekerja sampai larut malam dan pergi menuntut ilmu di negeri yang jauh berkat kekuatan ‘azam (kemauan keras).

Demikianlah seseorang dapat mengerjakan sesuatu yang berat dan hebat memuat pandangan orang lain karena digerakkan oleh kehendak. Dari kehendak itulah menjelma niat yang baik dan yang buruk, sehingga perbuatan atau tingkah laku menjadi baik dan buruk karenanya.

6. Pendidikan
Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, dan akhlak seseorang. Bebagai ilmu diperkenalkan agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Begitu pula apabila, siswa diberi pelajaran “AKHLAK”, maka memberi tahu bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya, dan pernciptanya(Tuhan).

Dengan demikian , strategis sekali dikalangan pendidiakn dijadikan pusat perilaku dari yang kurang baik untuk diarahkan menuju keperilaku yang baik. Maka dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa dijadikan agent perubahan sikap dan perilaku manusia.
Dari tenaga pendidik (pengajar) perlu memiki kemampuan profesionallitas dalam bidangnya. Dia harus mampu memberikan wawasan, materi, mengarahkan dan membimbing anak didiknya, ke hal yang baik. Dengan penuh perhatian, sabar, ulet, tekun, dan berusaha terus menerus, pengajar hendaknya melakukan pendekatan psikologis.

Unsur lain yang perlu diperhatikan adalah materi pengajaran. Apabila materi pengajaran yang disampaikan oleh pendidik menyimpang dan mengarah ke perubahan perilaku yang menyimpang, inilah suatu keburukan dalam pendidikan. Tetapi sebaliknya, apabila materinya baik dan benar setidaknya siswa akan terkesan dalam sanubari pribadinya. Bekasan materi itu akan memotivasi bagaimana harus bertindak yang baik dan benar. Penguasaan metodologis pengajaran yang dilakukan pendidik juga akan berperan aktif dalam mempengaruhi akhlak siswa.

a)   Pendidikan diperoleh melalui 3 intitusi yaitu:
1. Keluarga. Dalam pengertian sempit keluarga mencakup kedua orang tua, saudara, kerabat dan sanak famili. Dalam pengertian luas keluarga mencakup tetangga, teman dan masyarakat secara keseluruhan. Tidak diragukan lagi bahwa institusi keluarga mempunyai pengaruh efektif bagi orang-orang yang hidup di dalamnya.
2. Masjid. Memberi pengaruh yang baik bagi jiwa orang-orang dengan memberi masukan dan membantu mereka dalam berhubungan dengan Sang Pencipta. Serta pengaruh yang baik terhadap akhlak yang berupa rasa cinta kepada kebajikan dan kepada sesama manusia. Juga, keinginan untuk bekerja sama dengan sesama dalam kebajikan dan ketakwaan. Serta pengaruhnya yang baik bagi rasa sosialnya, yaitu dengan menanamkan rasa cinta dan kasih saying kepada seluruh mausia.
3. Sekolah. Meliputi unsure-unsur yang ada di dalamnya seperti guru, buku, peralatan, metode, gedung, dan hal-hal yang ditinggalkan dalam diri murid-murid. Demikian juga perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri para murid menuju arah yang lebih baik dalam ruhani, akhlak, akal, jasmani, keagamaan, kepedulian sosial, politik, dan lain-lain.
Ketiga institusi ini bertujuan untuk menghantarkan manusia kepada kehidupan di dunia yang bahagia dengan ilmu yang bermanfaat, kasih saying terhadap sesama, menginginkan kebaikan bagi sesama sehingga semuanya mendapatkan kebahagiaan di akhirat, kehidupan yang abadi tempat mereka mendapatkan ridho dan surga dari Allah.

b.) Tujuan pendidikan adalah:
 menyempurnakan dan mengaktualisasi seluruh potensi yang dimiliki anak didik untuk mencapai pengetahuan diri tentang Tuhan yang merupakan tujuan hidup manusia.

c.)  Pentingnya pendidikan.
Pendidikan islam diperlukan sebagai upaya dalam pengembangan pikiran, penataan perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya. Dengan demikian tujuan pendidikan dalam agama, mulai dari TK sampai perguruan tinggi hendaklah sejalan dengan tujuan diturunkannya agama kepada manusia. Agama datang kepermukaan bumi ini bertujuan membimbing manusia  dalam usahanya mencapai kesempurnaan diri dan kebahagiaan, baik di dunia sekarang maupun di akhirat kelak.

Allah telah menganugerahi manusia yang dengannya manusia dapat menguasai alam semesta yang memang dicipta untuk kepentingan manusia (QS 2:29, 7:10,)

d.)  Pengaruh Pendidikan terhadap Akhlak
Dunia pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan perilaku atau akhlak seseorang. Berbagai ilmu pendidikan dari mulai perhitungan sampai pelajaran akhlak, diperkenalkan dalam pendidikan, bahkan lingkungan sekolah juga merupakan tempat bertemunya semua watak atau perilaku dari masing-masing anak yang berlainan. Sehingga kondisi tersebut dapat mempengaruhi kepribadian seorang anak.

Dalam hal ini, tenaga pendidik sangat berperan penting, mereka harus memiliki kemampuan profesionalitas dalam bidangnya. Mereka harus mampu mengarahkan dan membimbing anak didiknya ke hal yang baik. Agar  perkembangan pribadi anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan agar mereka mamp menjadi contoh dan teladan yang baik dalam masyarakat.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa aspek – aspek yang mempengaruhi akhlak seseorang yaitu :
1. Insting, Dengan potensi naluri itulah manusia dapat memproduk aneka corak  perilaku sesuai pula dengan corak instingnya dan prilaku seseorang akan mencerminkan akhlaknya.
2. Pembawaan, Pembawaan adalah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada seorang individu dan selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan
3. Lingkungan, Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
4. Kebiasaan, Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.
5. Kehendak, Kehendak  (bahasa Inggris: will) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau sesuatu makhluk untuk membuat pilihan secara sukarela, bebas dari segala kendala ataupun tekanan yang ada.
6. Pendidikan, Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, dan akhlak seseorang. Bebagai ilmu diperkenalkan agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya.
Semua aspek di atas besar pengaruhnya terhadap pembentukan akhlak seseorang.





DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad, 1995. ETIKA Ilmu Akhlak, Jakarta: PT. Bulan Bintang
Daradjat, Zakiyat dkk, 2000. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Mustofa, A. 1997. Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia

Sumber dari internet : 
ilhamberkuliah.blogspot.co.id diakses pada hari senin, 06 November 2017, pukul 09.00 WIB

*Sumber: https://www.academia.edu/35133486/Materi_akhlak_tasawuf


Pembentukan Akhlak

Tag : Tasawuf
0 Komentar untuk "Pembentukan Akhlak"

Back To Top