Faktor Inflasi Yang Mempengaruhi Perekonomian Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam dunia perekonomian, kita sering mendengar istilah inflasi. Bagi orang awam, istilah ini mempersulit pemahaman berita atau informasi yang diterima. Secara umum, inflasi adalah suatu keadaan Negara yang mengalami kenaikan harga barang barang pokok secara terus menerus. Kenaikan ini akan mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat dan berpengaruh pula pada barang-barang lain yang tidak pokok. Pengaruh luasnya penurunan daya beli akan membuat kerusuhan di beberapa daerah. Tak heran, inflasi menjadi keadaan yang sangat dihindari pemerintahan manapun.

Inflasi dalam negeri biasa disebut domestic inflation, Menurut ahli ekonomi Indonesia, Dwi Eko Waluyo dalam sebuah bukunya yang terbit tahun 2003 menyebutkan bahwa inflasi yang terjadi karena kenaikan harga akibat adanya kondisi “shock” (kejutan) dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat maupun pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga”.Dalam bahasa internasional, inflasi jenis ini dikenal dengan imported inflation. Yaitu inflasi yang terjadi akibat naiknya harga barang-barang impor.

Dwi Eko Waluyo menggolongkan jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahannya. Pertama, Inflasi ringan à <10 % / tahun, inflasi jenis ini biasanya dapat ditoleransi. Kedua, Inflasi sedang à 10-30% / tahun, inflasi ini sudah mulai mendapat perhatian para pemerhati ekonomi. Ketiga Inflasi berat à 30-100 % / tahun. Pada fase ke-3 ini, inflasi sudah sangat menyengsarakan rakyat. Keempat Hyper Inflasi à >100 % / tahun. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia telah banyak dilakukan diantaranya adalah Theodores, Vecky, Henly (2014). Teori yang mendasari penelitian tersebut adalah ada banyak faktor yang mem-pengaruhi perubahan inflasi, secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu tarikan permintaan atau demand pull inflation dan desakan biaya atau cost push inflation. Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dapat mempengaruhi inflasi (Santoso, 2010), (Sinambela, 2011), dan (Adrian danZulfahmi, 2012).

Nopirin (2000) mendefinisikan suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Kenaikan tingkat suku bunga yang sangat tinggi, pada satu sisi akan efektif untuk mengurangi money suplly, tetapi di sisi lain akan meningkatkan suku bunga kredit untuk sector riil (Atmadja, 1999). Oleh karena itu, tingkat suku bunga dapat memicu inflasi. Inflasi di Indonesia juga dipe- ngaruhi oleh kenaikan harga komoditi impor (imported inflation) dan membengkaknya hutang luar negeri akibat dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan mata uang asing lainnya. Akibatnya, untuk mengen-dalikan tekanan inflasi, maka terlebih dahulu harus dilakukan penstabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, khususnya dolar Amerika (Atmadja, 1999). Ketidakstabilan nilai tukar ini akan mempengaruhi arus modal atau investasi dan pedagangan internasional.


Faktor Inflasi Yang Mempengaruhi Perekonomian Indonesia


Indonesia sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku industry mengalami dampak dan ketidakstabilan kurs ini, yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang-barang milik Indonesia mengalami dampak dan ketidakstabilan kurs ini, yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang- barang milik Indonesia mengalami peningkatan. Dengan melemahnya rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri. Oleh karena itu, nilai tukar (kurs) juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi inflasi di Indonesia (Saputra, 2013). Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor inflasi kurs, jumlah uang beredar, dan tingkat suku bunga terhadap perekonomian masyarakat.
 

 
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah jumlah uang beredar berpengaruh terhadap inflasi?
2. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap inflasi?
3. Apakah nilai tukar (kurs) berpengaruhterhadap inflasi?


1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh jumlah uang beredar terhadap inflasi.
2. Menganalisis pengaruh tingkat suku terhadap inflasi.
3. Menganalisis pengaruh nilai tukar (kurs) terhadap inflasi.


1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua orang dan menjadi masukan untuk pemerintah dalam masalah faktor-faktor inflasi yang mempengaruhi perekonomian masyarakat Indonesia



BAB II
PEMBAHASAN

Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangatpenting dan dijumpai di hampir semua Negara di dunia. Inflasi adalah kecenderungan dari harga–harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang barang lain. (Boediono.1995).

Menurut Lena Shiblee (2009) menggambarkan  inflasi  sebagai  peningkatan harga barang dan jasa dalam tingkat umum secara berkelanjutan. Apabila inflasi meningkat, setiap dollar yang anda miliki hanya dapat membeli persentase  yang lebih  kecil  dari  barang  atau jasa. Nilai dollar tidak akan tetap  konstan  ketika terjadi  inflasi.  Nilai  dolar  diamati  dalam  hal daya beli, yang nyata dan barang berwujud yang bisa dibeli dengan uang.

Inflasi adalah suatu keadaan harga barang dan jasa secara keseluruhan naik, sehingga mengakibatkan nilai uang turun. Definisi lain, inflasi terjadi apabila tingkat harga dan biaya- biaya umum naik. Sedangkan deflasi terjadi apabila barang-barang dan biaya-biaya  umum  turun. (Samuelson, 1990:296). Dengan adanya tingkat inflasi yang tinggi menunjukkan kondisi perkonomian suatu negara yang kurang stabil dan akan memberikan efek pada harga saham  yang diperdagangkan di lantai bursa. Inflasi dapat menurunkan keuntungan suatu perusahaan sehingga saham atau sekuritas yang diperdagangkan di pasar  modal menjadi suatu komoditi yang tidak menarik (Anton dkk, 2011).

2.1.2 Jumlah Uang Beredar
Uang adalah persediaan aset yang dapat dengan segera digunakan untuk melakukan transaksi (Mankiw, 2006: 76). Definisi dari uang adalah benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan tukar menukar atau  perdagangan  (Sukirno, 2000: 267).

Uang adalah segala sesuatu yang diterima masyarakat secara umum dan dapat dipercaya sebagai alat pembayaran yang sah untuk keperluan transaksi, sebagai satuan  hitung,  dan  sebagai alat penyimpan nilai (Kurniadi, 2013).

2.1.3 Nilai Kurs
Kurs atau nilai tukar adalah harga di mana penduduk antarnegara saling melakukan perdagangan. Nilai tukar merupakan indikator penting  yang akan berpengaruh  pada  aktivitas  di pasar saham maupun pasar uang. Jika kurs terdepresiasi, harga barang domestik akan relatif lebih murah dibandingkan harga barang di luar negeri. Hal ini akan mengakibatkan penduduk  domestik  akan membeli sedikit barang-barang impor dan orang-orang  asing akan   
 
membeli lebih banyak produk domestik. Akibatnya, jumlah ekspor akan lebih tinggi daripada impor dan akan terjadi surplus neraca pembayaran. Neraca pembayaran yang baik akan menarik minat dan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. Para investor akan tertarik untuk berinvestasi di Indonesia dan perdagangan saham di pasar modal pun akan meningkat (Suta, 2000).

Nilai Tukar Rupiah merupakan nilai mata uang rupiah  yang ditranslasikan ke dalam  mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, nilai tukar rupiah terhadap Euro, dan lain sebagainya (Novianto, 2011).

2.1.4 Suku Bunga
Suku bunga juga berarti penghasilan yang diperoleh oleh orang-orang yang memberikan kelebihan uangnya atau surplus spending unit untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya atau deficitspending units (Judisseno,2005:80).

Suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan sebagai persentase per tahun) (Mishkin, 2008:4).



2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi

2.2.1 faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi
Faktor-faktor inflasi yang mempengaruhi perekonomian masyarakat adalah jumlah uang beredar, nilai kurs(nilai tukar), dan suku bunga.

2.2.2 faktor yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar
Faktor-faktor inflasi yang mempengaruhi jumlah uang beredar terhadap perekonomian masyarakat seperti pendapatan, jika pendapatan masyarakat naik, maka uang yang dapat ditransaksikan atau dibelanjakan juga meningkat. Peningkatan jumlah transaksi pada akhirnya akan meningkat jumlah peredaran uang dalam masyarakat.

2.2.3 faktor yang mempengaruhi nilai kurs(nilai tukar)
Faktor-faktor inflasi yang mempengaruhi nilai kurs( nilai tukar) terhadap perekonomian masyarakat yaitu melemahnya rupiah, dengan melemahnya rupiah akan memberikan dampak pada masyarakat, masyarakat akan berdampak pada bahan pangannya, secara otomatis harga pangan akan naik jika barang tersebut diimpor dari Negara lain.

2.2.4 faktor yang mempengaruhi suku bunga
Faktor-faktor inflasi yang mempengaruhi suku bunga terhadap perekonomian masyarakat yaitu dampak kebijakan naik – turunnya suku bunga apakah semakin meningkat peluang usaha dan peluang kerja atau malah justru meningkatkan pengangguran dan PHK. Meski merupakan data yang sangat umum dikenal (karena simple dan ada implikasinya dengan politik), Unemployment/Jobless Rate adalah indeks tingkat pengangguran atau yang aktif mencari lowongan pekerjaan namun belum mendapatkan pekerjaan. Unemployment Rate berpengaruh terhadap sinyal perubahan tren perekonomian Negara.


2.3 Kerangka Pikir
 
 
Faktor Inflasi Yang Mempengaruhi Perekonomian Indonesia

2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang kebenarannya belum teruji, oleh karena itu perlu di dukung data yang diuji inferensi dari data yang tersedia guna menerima ataukah menolak hipotesis yang diajukan. Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu serta kerangka pikiran yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis yang coba diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel JUB diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi perekonomian masyarakat.
2. Variabel kurs diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi perekonomian masyarakat.
3. Variabel suku bunga berpengaruh posotif dan signifikan terhadap inflasi perekonomian masyarakat.


Jumlah Uang Beredar (JUB)
Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredara dalah factor utama yang dituding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap negara, tidak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah uang beredar ini lebih banyak diterjemahkan dalam konsep narrow money (M1). Hal ini terjadi karena masih adanya anggapan, bahwa uang kuasi hanya merupakan bagian dari likuiditas perbankan.

Sejak tahun 1976 presentase uang kartal yang beredar (48,7%) lebih kecil dari pada presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%).Sehingga, mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi disektor moneter Indonesia. Juga,mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses pengendalian jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya jumlah uang beredar dalam kegiatan kehidupan perekonomian masyarakat. Semakin banyak jumlah uang yang beredar, maka pendapatan masyrakat cenderung akan meningkat, begitu pula dengan aktifitas transaksi perekonomian, karena masyarakat mempunyai banyak uang. Hal ini akan mengakibatkan kecenderungan meningkatnya laju inflasi.

Menurut data yang dihimpun dalam Laporan Bank Dunia, menunjukan bahwa laju pertumbuhan rata-rata jumlah uang beredar di Indonesia pada periode tahun 1980-1992 relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.


Nilai Tukar (Kurs)
Pengaruh nilai tukar terhadap inflasi dapat terjadi baik secara langsung (direct exchange rate pass through) maupun tidak langsung (indirect exchange rate pass through). Pengaruh secara langsung terjadi karenaperkembangan nilai tukar mempengaruhi pola pembentukan harga olehperusahaan dan ekspektasi inflasi masyarakat, khususnya terhadap barang impor. Pengaruh secaratidak langsung terjadi karena perubahan nilai tukar mempengaruhi komponen ekspor dan impordalam permintaan aggregat.

Perkembangan ini akan berdampak pada besarnya output riil yangpada akhirnya menentukan tekanan inflasi dari sisi kesenjangan output.Misalkan semakin melemah nilai suatu mata uang suatu negara (misalnya Rupiah terhadapDollar Amerika), maka kurs rupiah yang melemah dapat menyebabkan impor menjadi berkurangkarena dibutuhkan lebih banyak mata uang asing untuk mendapatkan barang yang sama. Apalagimengingat Indonesia yang juga adalah termasuk negara pengimpor besar, dengan melemahnyarupiah akan menyebabkan harga bahan baku yang diimpor menjadi relatif lebih mahal serta akanmempengaruhi pola pembentukan harga produk oleh perusahaan dan akhirnya dapat mendoronginflasi dari segi cost push. Jadi dengan semakin melemahnya Rupiah (baik dengan depresiasi oleh mekanisme pasar maupun devaluasi oleh kebijakan pemerintah), ceteris paribus, maka akanmenyebabkan harga pangan mengalami kenaikan, karena pemerintah telah melakukan import pangan. Jadi antara tinggi atau rendahnya diharapkanberhubungan negatif dengan kurs Rp/US$.

Pengaruh tingkat bunga
Suku bunga merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan inflasi. Suku bunga yang tinggi akan mendorong orang untuk menanamkan dananya di bank. Suku bunga yang tinggi menyedot uang yang beredar di masyarakat. Namun, di sisi lain, tingginya suku bunga akanmeningkatkan nilai uang selain menyebabkan besarnya opportunity cost pada sektor riil (Khalwaty,2000:143).Salah satu cara yang digunakan oleh otoritas moneter untuk mengatasi inflasi adalahdengan menyerap likuiditas dalam perekonomian tersebut. Misalnya adalah dengan operasi pasarterbuka yang dilakukan Bank Indonesia.

Misalnya dalam perekonomian terjadi inflasi, maka pemerintah dapat menggunakan instrumen,seperti: SBI untuk menyerap likuiditas dalam perekonomian, misalnya melalui operasi pasarterbuka. Dengan menaikkan suku bunga SBI diharapkan orang mau mengalihkan aset uangnyadengan surat berharga. Semakin tinggi tingkat bunga semakin kecil jumlah uang kartal dan giralyang diminta masyarakat karena merupakan biaya (opprtunity cost) bagi pemegangnya dansebaliknya merupakan pendapatan suku bunga uang kartal (gain) bagi pemegang uang kuasisehingga permintaan uang kuasi meningkat. Jadi SBI dapat mengurangi jumlah uang kartal yangdipegang oleh masyarakat dan pada akhirnya dapat mengurangi tekanan inflasi.

Tingkat bunga kredit yang tinggi juga menyebabkan masyarakat untuk meminjam di bank untuk melakukan investasi dan konsumsi juga semakin berkurang karena tingkat bunga merupakan salah satu komponen biaya modal. Sehingga kenaikan tingkat bunga ini dapat mengurangi permintaan aggregat dalam masyarakat. Melalui mekanisme transmisi jalur suku bunga, perubahan BI Rate di Indonesia secara segera direspon oleh pasar uang antar bank (PUAB), dan kemudian dapat mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi.
 

 
Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan
kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan analisi hasil studi dan pembahasan tentang faktor-faktor inflasi yang mempengaruhi perekonomian masyarakat maka dapat disimpulkan bahwa jumlah uang beredar (JUB), kurs atau nilai tukar, dan suku bunga berpengaruh signifikan atau positif terhadap Inflasi perekonomian masyarakat.


Saran
1. Saran untuk Pemerintah
Pada saat inflasi, pemerintah sebaiknya menunda atau mengurangi jumlah pengeluaran uang agar jumlah uang yang beredar dalam masyarakat berkurang, menaikkan tingkat suku bunga agar masyarakat menabung di bank. Selain itu pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan berbagai kebijakan ekonomi, yaitu kebijakan moneter, kebijakan fiskal, kebijakan yang berkaitan dengan output, dan kebijakan dalam penentuan harga.


2. Saran untuk Masyarakat
Pada saat inflasi, sebaiknya masyarakat lebih adil dan bijak dalam melakukan kegiatan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutawijaya, Pengaruh faktor-faktor ekonomi terhadap inflasi di Indonesia, 2012
Aziz Septiatin, Mawardi, Moh. Ade Khoirur Rizki, Pengaruh inflasi tingakt pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia, 2016

Elis Ratna Wulan, Sofia Nurfaiza, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia: sebuah Perspektif Islam, 2014

Girijasankar Mallik , Anis Chowdhury, INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI: BUKTI DARI EMPAT NEGARA ASIA SELATAN, 2001Inflasi dan Pertumbuhan,
Merindha Firdiana, Lailatul Amanah, Pengaruh inflasi dan profitabilitas terhadap harga pasar saham, 2016

MOHSIN S. KHAN, ABDELHAK S. SENHADJI, Efek Ambang Batas dalam Hubungan Antara Nada Faradila, Suhadak, Nila Firdausi Nuzula, Pengaruh harga petroleum, harga emas, dan inflasi Noviyanti, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah 2014-2015, 2017

Pertumbuhan ekspor pada nilai tukar(Studi di Pojok Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Brawijayadan Bank Indonesia Periode 2005-2014), 2016

Ray Fani Arning Putri, Suhadak, Sri Sulasmiyati, Pengaruh inflasi dan nilai tukar terhadap ekspor indonesia komoditi tekstil dan elektronika ke korea selatan, 2016

Sri Suyati, Pengaruh inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah/us dollar terhadap return saham properti yang terdaftar di bursa efek indonesia, 2015

Adwin S. Atmadja.1999. Inflasi Indonesia: Sumber Sumber Penyebab Dan Pengendalianya Jurnal Akuntansi dan Keuangan.Vol. 1, No.1, Mei 1999 Universitas Kristen Petra
Boediono. 1995. Ekonomi Moneter. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2. BPFE : Yogyakarta.
 
Kurniadi, Anwar. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya: Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mankiw, N. Gregory, 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Maski, Ghozali. 2007. Transmisi Kebijakan Moneter (Kajian Teoritis dan Empiris). Malang; BPFE Unibraw.
Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Edisi Sembilan, jilid 2. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Nopirin (2000) pengantar ekonomi makro mikro edisi pertama BPFE, yogyakarta Samuelson. 1990. Makro Ekonomi. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga.
Santoso, Slamet. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Saputra, A., 2013, Membangun Aplikasi bioskop dan sms untuk panduan skripsi, Penerbit : PT Elex Media Komputindo , Jakarta
Shiblee, Lena. 2009. The Impact of Inflation, GDP, Unemployment, and Money Supply on Stock Prices. Jurnal Electrtonic.
Sinambela, Lijan Poltak. Dkk. 2011 .Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta:Bumi Aksara Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Drafindo Persada.
Tajul Khalwaty, 2000. Inflasi dan Solusinya, cetakan pertama. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Theodores, Vecky dan Henly. (2014). Analisis Pengaruh Suku Bunga BI, Jumlah Uang Beredar dan Tingkat Kurs Terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Universitas Sam Ratulangi.


*Sumber: https://www.academia.edu/36563356/FAKTOR_FAKTOR_INFLASI_YANG_MEMPENGARUHI_PEREKONOMIAN_MASYARAKAT_INDONESIA

0 Komentar untuk "Faktor Inflasi Yang Mempengaruhi Perekonomian Indonesia"

Back To Top