Berbagai Macam Cara Sterilisasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Salah satu bagian yang penting dalam mikrobiologi adalah pengetahuan tentang cara-cara mematikan, menyingkirkan, dan menghambat pertumbuhan mikro organisme. Cara yang digunakan untuk menghancurkan, menghambat pertumbuhan mikro organisme dan menyingkirkan mikro organisme berbeda-beda tergantung spesies yang dihadapi. Selain itu lingkungan dan tempat mikroba ini pun berbeda-beda misalnya dalam darah, makanan, air, sampah, roil, dan tanah. Hal tersebut juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan cara untuk menghancurkan mikroorganisme yang digunakan tergantung pada pengetahuan, keterampilan dan tujuan dari yang melaksanakannya, sebab tiap situasi yang dihadapi merupakan kenyataan-kenyataan dasar yang dapat menuntun pada cara atau prosedur yang harus dilakukan.

Tindakan untuk membebaskan alat atau media dari mikroba adalah dengan sterilisasi. Secara umum, sterilisasi dapat dilakukan dengan cara mekanik, fisik dan kimia. Teknik aseptis dibutuhkan untuk mencegah ataupun mengurangi kontaminasi yang tidak diinginkan. Mikroba memiliki karakteristik serta ciri yang berbeda dalam persyaratan pertumbuhannya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba. Dalam melakukan kegiatan tersebut diperlukan keahlian dan keterampilan khusus. Hal inilah yang melatar belakangi dilaksanakannya praktikum ini.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai cara sterilisasi peralatan dan ruang kerja atau laboratorium.
 
1.3 Manfaat
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa akan mempunyai keterampilan dalam mensterilkan peralatan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia kerja khususnya dalam laboratorium mikrobiologi.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide, etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia; oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Curtis, 1999).

Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda (Hadioetomo, 1990). Bahan atau peralatan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu atau merusak media atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi (Waluyo,2005).

Berbagai Macam Cara Sterilisasi

Lay dan Hastowo (1992) mengemukakan bahwa sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme yang hidup. Adanya pertumbuhan mikro organisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri akan dilemahkan. Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992).

2.2 Tujuan dan Efektifitas Metode Sterilisasi
Sterilisasi dengan cara pengeringan akan dapat menghentikan atau mengurangi aktivitas metabolik dan kemudian diikuti kematian mikroba. Secara umum dikatakan efek dari desikasi adalah bakteriostatik. Prinsip desikasi adalah menghilangkan air dari sel mikroorganisme (Waluyo, 2005).

Hadioetomo (1990) menyatakan bahwa proses sterilisasi lain juga dilakukan pada suhu kamar ialah penyaringan. Dengan cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organismehidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya (0,45 atau 0,22um) sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya sedangkan filtratnya ditampung di dalam wadah yang steril. Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini adalah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin bakteri, medium sintetik tertentu dan antibiotik.

Agar efektif sterilisasi butuh waktu, kontak, suhu dengan sterilisasi uap, bertekanan tinggi. Efektivitas setiap metode sterilisasi juga bergantung pada empat faktor lain sebagai berikut :
Jenis mikroorganisme yang ada. Sebagai mikroorganisme sangat sulit dibunuh. Sebagian lain dapat mudah dibunuh.
Jumlah mikroorganisme yang ada. Lebih mudah membunuh satu organisme dari pada banyak.
Jumlah dan jenis bakteri organik yang melindungi mikroorganisme tersebut.
Jumlah cetakan dua celah pada peralatan sebagai tempat menempel mikroorganisme. Mikroorganisme berkumpul di dalam dan dilindungi oleh goresan, retakan dan celah, seperti jepitan yang bergerigi tajam dan curam jaringan. Akhirnya pada pembersihan yang teliti, untuk membuang sisa bahan organik tidak akan menjamin tercapainya sterilisasi, walaupun sterilisai diperpanjang (Tietjen dan Debora, 2004).

2.3 Macam-Macam Sterilisasi
Macam-macam sterilisasi (Machmud, 2008) pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (Suriawiria, 2005).
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
Pemanasan
a) Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat: jarum inokulum, pinset, batang L, dll.

b) Panas kering
Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan dengan uap, paling baik disterilkan dengan panas kering. Misalnya petrolatum jelly, minyak mineral, lilin, wax, serbuk talk. Karena panas kering kurang efisien dibanding panas lembab, pemaparan lama dan temperatur tinggi dibutuhkan. Range luas waktu inaktivasi dalam temperatur bervariasi telah diterapkan berdasarkan tipe indikator steril yang digunakan, kondisi kelembaban dan faktor lain.

Jumlah air dalam sel mikroba diketahui mempengaruhi resistensinya terhadap destruksi panas kering. Selama pemanasan kering, mikro organisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Sterilisasi panas kering membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai 170°C selama 1-4 jam. Alat yang digunakan pada umumnya adalah oven. Beberapa waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven:
170°C (340 F) sampai 1 jam
160°C (320 F) sampai 2 jam
150°C (300 F) sampai 2,5 jam
140°C (285 F) sampai 3 jam

Karena suhunya yang tinggi sterilisasi panas kering tidak dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan. Contoh: alat ukur dan penutup karet atau plastik. Mikro organisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat  yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikro organisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikro organisme yang bersangkutan. Beberapa mikro organisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik di tambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikro organisme lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya.

c) Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.

d) Uap air panas bertekanan
Sterilisasi uap menggunakan uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya. Ini merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi, karena dapat diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan parameter-parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang divalidasi. Metode ini sangat efektif untuk sterilisasi karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121 derajat C pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit.
Sterilisasi panas lembab sangat efektif digunakan meskipun pada suhu yang tidak begitu tinggi, karena ketika uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan dilepaskan panas sebesar 686 kalori per gram uap air pada suhu 121 derajat C. Panas ini mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan dengan demikian mematikannya. Biasanya alat yang digunakan ialah autoklaf. Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat bahan yang menggunakan tekanan 15 lbs(2 atm) dan suhu121°C.

Suhu dan tekanan tinggi yangdiberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan mediadigunakan suhu 121°C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit.
 
Alasan digunakan suhu 121°C atau 249,8°F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 lbs. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level)air mendidih pada suhu 100°C, sedangkan untuk autoklaf yang  diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 lbs maka air akan mendidih pada suhu 121°C. Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik.

Saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 lbs. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 lbs.

Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba penguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus thermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik. Kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi uap dengan menggunakan autoklaf adalah sebagai berikut:
Suhu 111,5°C, waktu 30 menit
Suhu 121,5°C, waktu 20 menit
Suhu 126,5°C, waktu 15 menit

Metode ini biasanya digunakan untuk mensterilisasi:
Larutan dengan pembawa air
Alat-alat gelas 
Pembalut untuk bedah
Penutup karet dan plastik
Media untuk pekerjaan mikrobiologi
Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa disinfektan antara lain alkohol.

Sterilisasi dengan panas adalah unit operasi dimana bahan dipanaskan dengan suhu yang cukup tinggi dan waktu yang cukup lama untuk merusak mikrobia dan aktivitas enzim. Sebagai hasilnya, bahan yang disterilkan akan memiliki daya simpan lebih dari enam bulan pada suhu ruang. Contoh proses sterilisasi adalah produk olahan dalam kaleng seperti kornet, sarden dan sebagainya. Perkembangan teknologi prosesing yang memiliki tujuan mengurangi kerusakan nutrien dan konponen sensoris dan juga mengurangi waktu prosesing menjadikan teknik serilisasi terus dikembangkan. Lamanya
 
waktu sterilisasi yang dibutuhkan bahan dipengaruhi oleh: resistensi mikro organisme dan enzim terhadap panas, kondisi pemanasan, pH bahan, ukuran wadah atau kemasan yang disterilkan, keadaan fisik bahan (Machmud, 2008).

Sterilisasi11dengan udara kering, alat yang umum dikenal adalah oven. Alat ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti erlenmeyer, petridish, tabung reaksi dan alat gelas lainnya. Bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas dapat disterilkan dengan alat ini. Pada umumnya suhu yang digunakan pada sterilisasi secara kering adalah 170 – 180 derajat C selama paling sedikit 2 jam. Lama sterilisasi tergantung pada alat dan jumlahnya (Machmud, 2008).

Sterilisasi dengan uap air panas, bahan yang mengandung cairan tidak dapat disterilkan dengan oven sehingga digunakan alat ini. Alat ini disebut Arnold steam sterilizer dengan suhu 1000C dalam keadaan lembab. Secara sederhana dapat pula digunakan dandang. Mula-mula bahan disterilkan pada suhu 1000C selama 30 menit untuk membunuh sel-sel vegetatif mikroba. Kemudian disimpan pada suhu kamar 24 jam untuk memberi kesempatan spora tumbuh menjadi sel vegetatif, lalu dipanaskan lagi 1000C 30 menit. dan diinkubasi lagi 24 jam dan disterilkan lagi, jadi ada 3 kali sterilisasi. Banyak bakteri berspora belum mati dengan cara ini sehingga dikembangkan cara berikutnya yaitu uap air bertekanan (Machmud, 2008).
Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan, alat ini disebut autoklaf (autoclave) untuk steriliasasi ini alat dilengkapi dengan katup pengaman. Alat diisi dengan air kemudian bahan dimasukkan.

Panaskan sampai mendidih dan dari katup pengaman keluar uap air dengan lancar lalu ditutup. Suhu akan naik sampai 1210C dan biarkan selama 15 menit (untuk industri pengalengan ada perhitungan tersendiri), lalu biarkan dingin sampai tekanan normal dan klep pengaman dibuka,cara ini akan mematikan spora dengan cara penetrasi panas ke dalam sel atau spora sehingga lebih cepat. Cara mana yang dipilih tergantung bahan, biaya dan ketersediaan alat,untuk bahan yang tidak tahan panas, maka cara diatas tidak dapat dipakai (Machmud, 2008).
 
Ada banyak pilihan cara sterilisasi yang berbeda, namun yang paling penting adalah bagaimana menetapkan bahwa produk akhirnya dinyatakan sudah steril dan aman digunakan. Suatu produk dapat disterilkan melalui cara steril akhir (terminal sterilization) atau dengan cara aseptik (aseptic prosessing) (Lucas, 2006). Cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril, yaitu:

1) Terminal Sterilization (Sterilisasi Akhir)
Metode sterilisasi akhir menurut PDA Technical Monograph 2005 dibagi menjadi dua, yaitu:
Overkill Method adalah metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada suhu 121oC selama 15 menit yang mampu memberikan minimal reduksi setingkat log 12 dari mikroorganisme- mikroorganisme yang memiliki nilai D minimal 1 menit. Kita bisa menggunakan metode overkill untuk bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Metode merupakan pilihan utama karena kelebihannya lebih efisien, cepat dan aman. Karakteristik sterilisasi yang digunakan adalah probabilitas survival tidak lebih besar dari 1 (satu mikroorganisme dalam 106 unit). Dalam hal ini monitoring rutin boiburden dari formula awal sebelum proses sterilisasi tidak di perlukan. Jadi pada overkill menthod kita melakukan mentoring hanya pada formula akhir (Lucas, 2006).

Bioburden Sterilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan mentoring ketat dan terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilisasi yang dipersyaratkan SAL 106. Kita menggunakan metode umumnya untuk bahan yang dapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan terlalu tinggiseperti zat organik. Misalnya, larutan karbohidrat (dektrosa) bila dipanaskan dengan temperatur tinggi dapat mengakibatkan senyawa Hidri Methyl Fulfural (HMF) yang merupakan seuatu senyawa hepatotoksik yang tidak diinginkan.

Proses sterilisasi memerlukan suatu siklis yang dapat menghancurkan muatan mikro organisme namun tanpa menimbulkan degradasi produk. Siklus didapat dari studi-studi yang memastikan jumlah dan ketahanan mikroorganisme terhadap panas dalam produk yang akan disterilakan. Nilai D (D value) biasa ditentukan dengan menggunakan bakteri dalam bentuk spora yang didapat dari lingkuangan produksi (environmental spore-forming mikroorganisme) atau yang diisolasi dari produk. Jika organisme yang tahan panas telah diketahui,  siklus sterilisasi dapat ditentukan untuk mendapatkan tingkat jaminan sterilisasi kurang dari satu organism dalam 106 unit. Dengan demikian isolate yang paling tahan panas digunakan sebagai indikator biologis. Perbedaan  kedua metode adalah pada titik awal (starting point).

Apabila menggunakan pendekatan overkill, maka pemanasan dengan uap 121oC selama 15 menit, sedangkan pendekatan bioburden dilihat dari  pencapaian tingkat sterilisasi yang diminta, yakni sal 106. Sterilisasi akhir harus menjadi pilihan utama dan sedapat mungkin digunakan apabila produk tahan terhadap panas. Cara sterilisasi yang dipilih tergantung pada bahan, zat aktif, pelarut dan bahan kemas yang digunakan (Lucas, 2006).

b) Aseptic Processing
Aseptic Processing adalah metode pembuatan produk steril menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan kedalam kontainer steril dalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan dan petugas telah terkontrol sedemikian rupa senhingga kontaminasi mikroba tetap berada pada level yang dapat diterima (acceptable) dalam clean zone (Lucas, 2006).

Sterilisasi Benda-Benda yang Tidak Tahan Suhu Tinggi
Pasteurisasi tidak membuat steril, tetapi hanya membunuh mikroba tertentu saja. Pasteurisasi dilakukan terhadap air susu juga pada pembuatan anggur. Suhu yang diberikan bergantung pada mikroba yang akan dibunuhnya. Dengan pasteurisasi kita membuat steril suatu benda secara fraksi (sebagian-sebagian). Cara ini dilakukan untuk membuat steril benda- benda yang tidak tahan suhu lebih dari 100 derajat C.

Tyndalisasi dipakai untuk mensterilkan bahan/alat yang tidak tahan suhu tinggi. Bahan atau alat tersebut dipanaskan pada suhu 100 derajat celcius selama 30 menit. Hal ini diulang selama 3 hari berturut-turut. Sementara tidak dipanaskan disimpan dalam suhu kamar.

1. Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya bagian mulut (bagian yang memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu.
2. Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar.
3. Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas yang terjadi.
4. Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke bagian api
5. Jika kerja di SafetyCabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi jika di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin terjamin kondisi aseptisnya

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sterilisasi Kelebihan Sterilisasi Pembekuan
Suhu rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menginaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam proses metabolisme microba tersebut. Sterilisasi bahan makanan dengan cara menyimpan dalam suhu beku,sehingga dapat bertahan lebih lama.

Kekurangan Sterilisasi Pembekuan
Proses pembekuan dapat menimbulkan partikel-partikel es di dalam sel mikroorganisme, sehingga dinding sel mikroba menjadi rusak. Proses pembekuan tidak efektif untuk membasmi spora.

Kelebihan Sterilisasi dengan pengeringan (desikasi)
  • Sterilisasi dengan cara pengeringan akan dapat menghentikan/mengurangi aktivitas metabolic dan kemudian diikuti kematian microbe. Menghilangkan air dari sel mikroorganisme. Kekurangan Sterilisasi dengan pengeringan (desikasi)
  • Jenis mikroorganisme mempengaruhi lamanya mikroba dapat bertahan hidup setelah pengeringan.
Kelebihan Sterilisasi dengan radiasi
Dapat mengurangi populasi microbe di kamar bedah rumah sakit,ruang aseptis pengisian obat-obatan di industri farmasi.

Kekurangan Sterilisasi dengan radiasi
· Dapat bersifat letal terhadap mikroorganisme
· Daya penetrasi rendah (jika menggunakan radiasi sinar ultra ungu)


Kelebihan dan Kekurangan Produk Sterilisasi Kelebihan Produk Sterilisasi:
Kelebihan produk sterilisasi antara lain adalah :
Dapat dicegah terjadinya penyimpanan citarasa yang disebabkan ialah panas dan interaksi dengan wadah.
Mutu produk konstan
Warna produk dapat dipertahankan
Kerusakan vitamin dapat dicegah.
Dapat dipergunakan berbagai jenis wadah seperti karton,kaleng atau plastic yang tidak tahan panas.
Ukuran wadah yang digunakan bervariasi.
Dapat mengurangi populasi mikroba di kamar bedah rumah sakit, ruang aseptik
Makanan dapat lebih tahan lama saat sterilisasi dengan pembekuan.

Kekurangan Produk Sterilisasi:
Kekurangan produk sterilisasi antara lain adalah ( Sofyan, 2005):
Banyak bahan yang tidak tahan panas.
Sterilisasi dengan gas etilen oksida atau bahan kimia lain dapat menimbulkan residu yang membahayakan kesehatan.
 
Pada sterilisasi dengan minyak panas, setelah sterilisasi peralatan harus dibilas untuk menghilangkan lemak dan minyak yang menempel sehingga waktunya lebih lama.
Zat-zat yang terkandung pada medium dapat terurai pada sterilisasi dengan panas basah.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa:
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda
Sterilisasi bertujuan agar alat atau bahan dalam keadaan steril sehingga tidak ada kontaminasi
Agar efektif sterilisasi butuh waktu, kontak, suhu dengan sterilisasi uap, bertekanan tinggi.
Sterilisasi terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu mekanik, fisik, dan kimiawi
Ada pula sterilisasi pada benda yang tidak tahan terhadap suhu tinggi dengan cara pasteurisasi dan tyndalisasi
Kelebihan dan kekurangan berbeda tergantung jenis sterilisasinya




DAFTAR PUSTAKA

Curtis, Helena, Barnes, N. Sue. 1999. Biology 5th Edition. New York :Worth Publisher Inc
Fardiaz,Srikandi.1992.Mikrobiologi Pangan.Jakarta :Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Hadioetomo, Ratna Siri.1990.Mikrobiologi dalam Praktek.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Lay dan Hastowo.1992.Mikrobiologi.Jakarta : Rajawali
Lucas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : UGM Press
Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba.Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor. http://anekaplanta.wordpress.com/2008 /03/02/teknik-penyimpanan-dan- pemeliharaan-mikroba/. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2014
Sofyan.1995. Analisis Mikrobiologi Pangan.Jakarta :PT Raja Gravindo Persada Suriawiria,Unus.1986. Buku Materi Pokok Mikrobiologi Modul 1-9. Jakarta :
Karunika
Tietjen, Linda. Debora Bossemeyer. Noel Mc Intosh.2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Waluyo,Lud.2005.Mikrobiologi Umum.Malang :UMM Press






*Sumber: https://www.academia.edu/40350080/MAKALAH_STERILISASI


Tag : IPA, Lainnya, Sains
0 Komentar untuk "Berbagai Macam Cara Sterilisasi"

Back To Top