BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktor manusia merupakan unsur yang paling penting dalam proses administrasi termasuk administrasi pendidikan. Personal yang cakap di samping kepemimpinan yang baik, ikut menentukan tercapai tidaknya tujuan-tujuan organisasi. Untuk itu diperlukan pembinaan yang kontinyu dengan program yang terarah dan sistematis terhadap setiap personal. Program pembinaan personal di dalam bidang pendidikan disebut supervisi pendidikan sebagai rangkaian dari kegiatan administrasi pendidikan.
Pendidikan adalah usaha dasar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.[1] Pada dasarnya, supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektifitas kerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan, terutama untuk pencapaian tujuan pendidikan.
Supervisi merupakan salah satu faktor penting sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui kegiatan yang dilakukan oleh supervisor pendidikan formal. Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peranan supervisor di bidang pendidikan yang berupaya menemukan masalah-masalah pendidikan dan selalu memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi. Melalui supervisi, guru diberi kesempatan untuk meningkatkan kinerja, dilatih untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi. Begitupun dengan personel sekolah lainnya diberikan kesempatan yang sama guna meningkatkan kinerja mereka.
Seorang guru tidak akan lepas dari kekurang sempurnaan, sehingga guru juga memerlukan bimbingan dan arahan dan juga bantuan dari orang yang lebih berpengalaman dan ahli. Tidak dipungkiri adanya guru yang kurang profesional sangat mengkhawatirkan dunia pendidikan, banyak faktor yang menyebabkan guru kurang profesional, hal ini merupakan indikasi bahwa faktor guru sebagai pengajar sangat berperan penting dalam menghantarkan anak didik menjadi berhasil di kemudian hari. Keberadaan sekolah sebagai lembaga yang mengelola pendidikan mempunyai peranan penting dalam perekrutan guru, karena baik dan buruknya guru menjadi tanggung jawab pihak sekolah yang telah memberikan tanggung jawab kepada guru harus sering dilakukan guna menambah mutu dan kemampuan sang guru. Tidak diragukan lagi keberadaan guru merupakan inti pokok dalam pengembangan bakat anak didik di dunia pendidikan.[2]
Dalam dunia pendidikan, tidak terlepas dengan supervisi yang selalu mengacu kepada kegiatan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Supervisi pendidikan merupakan suatu usaha dalam memipin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
Dengan demikian, supervisi pendidikan bermaksud meningkatkan kemampuan profesional dan teknis bagi guru, kepala sekolah dan personel sekolah lainnya, agar proses pendidikan di sekolah lebih berkualitas. Oleh sebab itu dalam makalah ini akan dibahas tentang fungsi, strategi dan proses supervisi pendidikan.
B. Permasalahan
1. Apa fungsi supervisi pendidikan?
2. Apa strategi supervisi pendidikan?
3. Bagaimana proses supervisi pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa fungsi supervisi pendidikan.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa strategi supervisi pendidikan.
3. Untuk mengetahui dan memahami proses supervisi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi
Supervisi berasal dari Bahasa Inggris “supervision” yang terdiri dari dua perkataan “super” dan “vision”. Super berarti atas atau lebih, sedangkan vision berarti melihat atau meninjau. Oleh karena itu secara etimologis supervisi (supervision) berarti melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan (orang yang memiliki kelebihan) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan.[3]
Pengertian etimologis seperti tersebut di atas membawa konsekuensi disamakannya pengertian supervisi dengan pengawasan dalam pengertian lama, berupa inspeksi/ pengawasan sebagai kegiatan kontrol yang otoriter. Pengawasan atau inspeksi berarti kegiatan menyelidiki kesalahan para bawahan (guru) dalam melaksanakan instruksi atau perintah serta peraturan-peraturan dari atasannya.
Menurut Sahertian, supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Sedangkan menurut Mc. Nerey, supervisi adalah prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.
Supervisi pendidikan harus diartikan sebagai “pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru-guru atau personal yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya agar mampu meningkatkan efektivitas proses mengajar belajar di sekolah”.[4] Dengan perkembangan dan kemajuan kemampuannya, guru diharapkan akan menjalankan kepemimpinan yang lebih baik dalam kegiatannya membimbing proses belajar murid-muridnya.
Sejalan dengan pengertian itu maka supervisi sebagai kegiatan administrasi pendidikan dapat dilakukan oleh setiap pemimpin pendidikan khususnya bagi orang-orang yang dipimpinnya.
B. Fungsi Supervisi Pendidikan
Fungsi supervisi menyangkut bidang kepemimpinan, hubungan kemanusiaan, pembinaan proses kelompok, administrasi personil, dan bidang evaluasi. Pengertian supervisi tersebut, mempertegas bahwa supervisi dilakukan secara intensif kepada guru. Hal ini, secara tidak langsung berdampak pada prestasi belajar siswa. Berpijak pada keterangan ini, maka supervisi pendidikan mempunyai tiga fungsi, yaitu:
1. Sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
2. Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang terkait dengan pendidikan.
3. Sebagai kegiatan dalam hal memimpin dan membimbing.
Dari sini, supervisi pendidikan bisa mencerahkan dan memperbaiki secara konsisten program lembaga pendidikan sehingga meraih kesuksesan.[5]
Menurut Suharsimi Arikunto dalam Nadhirin, fungsi supervisi yaitu pertama, fungsi peningkatan mutu pembelajaran yang tertuju pada aspek akademik yang terjadi di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan, bimbingan dan arahan kepada siswa. Kedua, fungsi memicu unsur yaitu berfungsi sebagai alat penggerak terjadinya perubahan yang tertuju pada unsur-unsur yang terkait dengan atau bahkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. Ketiga, fungsi membina dan memimpin yaitu pelaksanaan supervisi pendidikan diarahkan kepada guru dan tenaga tata usaha.
Menurut Nadhirin, fungsi supervisi yaitu upaya yang dilakukan oleh supervisor dalam rangka membina para guru agar kualitas proses pembelajaran dan hasilnya meningkat, serta mengupayakan agar guru lebih meningkatkan kinerja sehingga dapat menyesuaikan dengan tuntutan profesi yang ada.[6]
Seringkali orang sulit dalam membedakan antara fungsi dan tujuan, sebenarnya fungsi bertalian erat dengan badan atau organisasi secara keseluruhan, sedangkan tujuan bertalian dengan kegunaan.[7] Diadakannya sebuah pengawasan (supervisi) oleh pimpinan sekolah atau atasan adalah sebuah tindakan yang semestinya harus dilakukan untuk mengawasi timbulnya situasi-situasi yang menghambat jalannya administrasi pendidikan di sekolah. Karena hambatan itu semakin lama semakin banyak maka ada kemungkinan tujuan tidak tercapai dalam waktu yang telah dierncanakan. Situasi yang menghambat itu dapat barasal dari berbagai pihak.[8]
Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu proses kerjasama hanyalah merupakan cita-cita yang masih perlu diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang nyata. Begitu juga seorang supervisor dalam merealisasikan program supervisinya memiliki sejumlah tugas dan tanggungjawab yang harus dijalankan secara sistematis.[9]
Secara umum, fungsi dari supervisi pendidikan adalah sebagai berikut.
a. Penelitian
Proses dari penelitian ini meliputi beberapa tahapan, pertama adalah perumusan masalah yang akan diteliti, kedua adalah pengumpulan data, ketiga pengolahan data, dan yang terakhir adalah konklusi hasil penelitian.
b. Penilaian
Fungsi supervisi dalam hal ini adalah mengevaluasi aspek-aspek positif dan negatif guna menemukan hambatan-hambatan dan mengembangkan kemajuan yang telah ada.
c. Perbaikan
Supervisi dal;am hal ini mengawasi keadaan umum dan situasi dalam pendidikan, jika belum baik atau belum memuaskan maka akan segera diperbaiki.
d. Peningkatan
Peningkatan disini supervisor meningkatkan segala sesuatu yang telah baik dan mengembangkan agar lebih maju lagi.[10]
Jadi fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran.
C. Strategi Supervisi Pendidikan
Pertama-tama perlu adanya kesepakatan tentang makna “teknik” yang digunakan sehubungan dengan kegiatan supervisi. Seperti halnya kegiatan lain, teknik memiliki makna “strategi”. Menurut Suharsimi Arikunto yang dimaksud dengan teknik supervisi adalah cara-cara yang digunakan dalam kegiatan supervisi.[11] Teknik supervisi pendidikan berarti suatu cara atau jalan yang digunakan supervisor pendidikan dalam memberikan pelayanan atau bantuan kepada para guru.
Teknik supervisi pendidikan merupakan alat yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan teknik-teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan. Menurut Ngalim Purwanto, teknik atau strategi supervisi dibedakan menjadi dua yaitu teknik perseorangan (Individual) dan teknik kelompok (Group).
1. Teknik Individual Supervisi
Teknik individual menurut Sahertian adalah teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi-pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran di sekolah.[12] Sedangkan menurut Oemar Hamalik teknik individual adalah teknik yang dilaksanakan oleh supervisor oleh dirinya sendiri.[13] Maksudnya adalah bantuan yang diberikan secara sendiri oleh supervisor, baik yang terjadi didalam kelas atau diluar kelas. Dalam hal ini teknik individual dalam pelaksanaan supervisi dibagi menjadi beberapa macam antara lain sebagai berikut.
a. Teknik Kunjungan Kelas (Classroom Visitation)
Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang dilakukan supervisor ke dalam sebuah kelas, baik ketika kegiatan sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar, ataupun ketika kelas sedang kosong atau sedang berisi siswa tetapi tidak ada guru yang mengajar.[14] Ini bertujuan untuk membantu guru menghadapi masalah atau kesulitan mengajar selama melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya supervisor memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan ketrampilan guru mengajar. Kemudian dengan yang ada kemudian melakukan perbincangan untuk mencari pemecahan atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan. Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1) Kunjungan kelas tanpa diberitahu (Unannounced Visitation)
2) Kunjungan kelas dengan memberitahu dahulu (Announced Visitation)
3) Perkunjungan atas undangan guru (Visi Upon Invitation)
Mengenai fungsi supervisi kunjungan kelas Sahertian menegaskan bahwa supervisi kunjungan kelas berfungsi sebagai alat untuk memajukan cara mengajar dan cara belajar yang baru dan juga berfungsi untuk membantu pertumbuhan profesional baik guru maupun supervisor.
b. Teknik Observasi Kelas (Classroom Observation)
Teknik observasi kelas adalah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor, baik pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung dikelas yang bersangkutan.[15] Seorang supervisor mengobservasi kelas contohnya seorang pengawas menyaksikan guru yang sedang mengajar tidak menggunakan alat dan media pengajaran, padahal materi ajar tersebut sangat memerlukan media dan alat karena kalau tidak menggunakan alat dan media konsep materi akan sulit diterima atau dipelajari oleh siswa. Tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi pada proses belajar mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi sedangkan bagi murid akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.
c. Percakapan Pribadi (Personal Dialogue)
Percakapan pribadi merupakan dialog yang dilakukan oleh guru dan supervisornya, yang membahas tentang keluhan-keluhan guru dalam bidang mengajar, dimana supervisor dapat memberikan jalan keluarnya. Dalam percakapan ini supervisor berusaha menyadarkan guru akan kelebihan dan kekurangannya. Mendorong agar yang sudah baik lebih di tingkatkan dan yang masih kurang atau keliru agar diupayakan untuk memperbaikinya. Jenis-jenis percakapan pribadi melalui perkunjungan kelas menurut George Kyte, yaitu:
1) Percakapan pribadi setelah kunjungan kelas.
2) Percakapan pribadi melalui percakapan sehari-hari.
d. Percakapan kelompok (Group Dialogue)
Segala sesuatu biasanya ada kelebihan dan kekurangan yang baru saja kita bicarakan, tentang percakapan pribadi memliki banyak keuntungan karena apa yang diperoleh supervisor merupakan pendapat murni dari pribadi yang diajak bercakap, namun dibalik itu ada beberapa guru yang kurang percaya diri dan akan lebih baik jika dimintai pendapat dia membutuhkan pendamping mungkin karena kurang berani dalam menyampaikan pendapatnya, akan tetapi ketika ada orang lain dia menjadi percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya, sebagai alasan utama bahwa pewawancara tidak terlalu ingat siapa yang berpendapat seperti yang dia katakan.
e. Mengunjungi Sekolah Lain (Intervisitasi)
Teknik Intervisitasi adalah saling mengunjungi antara guru yang satu dengan guru yang lain yang sedang mengajar.[16] Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan menyuruh beberapa orang guru untuk mengunjungi sekolah-sekolah yang ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat-kiat yang telah diambil sampai sekolah tersebut maju.
f. Penyeleksi berbagai Sumber Materi untuk Belajar (Bacaan Terarah)
Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek-aspek belajar mengajar. Dalam usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru, supervisor pendidikan akan menaruh perhatian terhadap aspek-aspek proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang efektif. Supervisor harus mempunyai kemampuan menyeleksi berbagai sumber materi yang digunakan guru untuk mengajar. Adapun cara untuk mengikuti perkembangan keguruan kita, ialah dengan berusaha mengikuti perkembangan itu melalui kepustakaan profesional, dengan mengadakan "profesional reading". Ini digunakan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Hal ini menyatakan bahwa teknik penyeleksian berbagai sumber materi untuk mengajar memiliki arti bahwa teknik ini yang menitik beratkan kepada kemampuan Supervisor dalam menyeleksi buku-buku dan referensi yang dimiliki oleh guru pada saat mengajar yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan belajar mengajar.
g. Menilai Diri Sendiri
Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat memberikan nilai tambah pada hubungan guru dan supervisor tersebut, yang akhirnya akan memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik. Menilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu pengukuran terbalik karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya.
h. Supervisi yang Memakai Para Siswa
Teknik ini adalah dengan menanyakan kepada siswa tentang belajar mengajar dan materi yang telah diajarkan.Hal ini dimaksudkan untuk menilai bagaimana hasil mengajar untuk peningkatan kualitas dalam mengajar.Salah satu cara yang dipaki adalah tes dadakan,maksudnya tes yang diadakan oleh supervisor terhadap siswa secara mendadak atau tiba-tiba,tanpa memberitahu guru atau siswa. Tujuanya adalah untuk mengetahui target kurikulum dan daya serap siswa terhadap materi yang telah mereka pelajari sebelumnya.[17]
2. Teknik Kelompok Supervisi
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.[18] Sedangkan menurut Oemar Hamalik teknik kelompok adalah prosedur yang menekankan pada kerja sama dalam kelompok dalam memecahkan suatu masalah yang dirasakan penting.[19] Teknik Supervisi yang bersifat kelompok antara lain sebagai berikut.
a. Pertemuan Orientasi bagi Guru Baru (Orientation Meeting for New Teacher)
Yakni pertemuan yang bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk memasuki suasana kerja yang baru.
b. Rapat Guru (Meeting)
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaran, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru.
c. Studi Kelompok antar Guru
Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar kegiatan dimaksud tidak berubah menjadi ngobrol hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan materi.
d. Diskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan tentang suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi merupakan salah satu teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama-sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah tersebut.
e. Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja secara kelompok.
f. Tukar Menukar Pengalaman
Tukar menukar pengalaman “Sharing of Experince” suatu teknik perjumpaan dimana guru menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diajarkan, saling memberi dan menerima tanggapan dan saling belajar satu dengan yang lain.
g. Teknik Seminar
Seminar adalah suatu rangkaian kajian yang diikuti oleh suatu kelompok untuk mendiskusikan, membahas dan memperdebatkan suatu masalah yang berhubungan dengan topik. Berkaitan dengan pelaksanaan supervisi, dalam seminar ini dapat dibahas seperti bagaimana menyusun silabus sesuai standar isi, bagaimana mengatasi masalah disiplin sebagai aspek moral sekolah, bagaimana mengatasi anak-anak yang selalu membuat keributan di kelas, dan lain-lain. Pada waktu pelaksanaan seminar kelompok mendengarkan laporan atau ide-ide menyangkut permasalahan pendidikan dari salah seorang anggotanya.
h. Teknik Simposium
Kegiatan mendatangkan seorang ahli pendidikan untuk membahas masalah pendidikan. Simposium menyuguhkan pidato-pidato pendek yang meninjau suatu topik dari aspek-aspek yang berbeda. Penyuguh pidato biasanya tiga orang dimana guru sebagai pengikut diharapkan dapat mengambil bekal dengan mendengarkan pidato-pidato tersebut.
i. Teknik Demonstrasi Mengajar
Usaha peningkatan belajar mengajar dengan cara mendemonstrasikan cara mengajar dihadapan guru dalam mengenalkan berbagai aspek dalam mengajar di kelas oleh supervisor.
j. Perjalanan Sekolah
suatu cara dimana guru melakukan kunjungan ke sekolah lain untuk memperkaya pengalaman belajar mengajar terutama bagi guru yang mengalami masalah dalam tugas,sehingga mererka mendapatkan semacam selingan setelah melakukan pekerjaan rutin mereka di sekolah. Dengan cara ini diharapkan mendorong pertumbuhan jabatan dan kegairahan bekerja dengan sumber-sumber pengalaman yang baru
D. Proses Supervisi Pendidikan
Dalam melaksanakan tugasnya di sekolah, kepala sekolah mempunyai beberapa tanggung jawab yakni berkewajiban melaksanakan administrasi sekolah yang bertujuan menciptakan situasi belajar mengajar menjadi lebih baik, dan melaksanakan supervisi pendidikan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan supaya guru-guru termotivasi dalam menjalankan tugas-tugas pembelajaran dan mampu membimbing peserta didik menjadi lebih baik. Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai supervisor, kepala sekolah hendaknya memperhatikan beberapa pendekatan yang akan digunakannya. Pendekatan atau orientasi yang dilakukan oleh supervisor sangat tergantung pada kondisi guru. Untuk itu supervisi pendidikan memerlukan berbagai pendekatan dalam mencapai tujuan, diantaranya adalah pendekatan supervisi artistik, pendekatan supervisi saintifik dan pendekatan supervisi klinis.
Pertama pendekatan supervisi artistik yakni proses supervisi merupakan suatu hal yang tidak bisa dijelaskan secara rasional. Kreatifitas supervisor memiliki peran yang dominan didalam memperbaiki kualitas pelayanan pendidikan. Pendekatan supervisi saintifik merupakan suatu proses supervisi yang dilaksanakan berdasarkan atas fakta dan data. Sedangkan pendekatan supervisi klinis lebih bersifat dalam rangka mengobati yakni penampilan guru dalam mengajar. Sebagaimana dipaparkan diatas, proses supervisi pendidikan pada hakikatnya merujuk pada upaya untuk mencapai tujuan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sesuai keputusan bersama, dengan suasana pendukung, dan pendekatan sistem sesuai dengan karakteristik guru.
Langkah-langkah supervisi pendidikan dibagi dalam 5 langkah, yang mana langkah pertama melaksanakan pertemuan pendahuluan dengan dibagi menjadi dua bagian:
Pertama, menciptakan suasana kekeluargaan yang intim antara guru dengan supervisor agar komunikasi selama kegiatan dapat berlangsung secara efektif.
Kedua, membuat kesepakatan antara guru dengan supervisor tentang aspek proses belajar-mengajar yang akan dikembangkan dan ditingkatkan, kedua perencanaan oleh guru dan supervisor yakni membuat perencanaan pelaksanaan observasi secara bersamaan.
Ketiga, mengenai pelaksanaan pelatihan mengajar dan obsevasi yang mana guru sedang melakukan proses pembelajaran sedang supervisor melakukan pengamatan secara cermat, dengan menggunakan instrumen observasi.
Keempat, mengadakan analisis data, dalam hal ini supervisor mengajak guru untuk mendiskusikan apa yang telah dilaksanakan oleh guru melakukan proses pembelajaran di kelas.
Kelima, langkah diskusi memberikan umpan balik yang bertujuan untuk memberikan umpan balik atas apa yang telah dilakukan oleh supervisor kepada guru yang sedang berlatih mengajar meningkatkan ketrampilannya dan pelaksanaan langkah pemberian umpan balik sebaiknya dilakukan secara obyektif dan segera.
Kelima langkah supervisi pendidikan ini mempunyai beberapa keterkaitan yang erat satu sama lain, dan berkesinambungan dalam beberapa proses langkah yang dilakukan oleh supervisor guna melakukan kontrol terhadap pembelajaran guru di kelas. Pemaknaan atas kelima langkah supervisi pendidikan tersebut hendaknya juga membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat mengembangkan potensi-potensinya.
Dan seorang supervisor mampu menginterpretasikan makna demokrasi sebagai pemberi kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan sehingga akhirnya supervisor sendiri tidak akan kehilangan otoritasnya sebagai pengamat. Supervisor hendaknya menyerahkan atau mempercayai bawahannya untuk mengambil keputusan apa saja. Diharapkan supervisor mampu menghargai pendapat dari para bawahannya (yang disupervisi) serta bisa memberikan kepada mereka suatu solusi atau arahan untuk mengembangkan daya kreatifitasnya. Mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Semua keputusan diambil dengan jalan musyawarah bersama. Pelaksanaan keputusan dilakukan bersama-sama karena keputusan tersebut dirasakan telah menjadi milik bersama.
Supervisi tidaklah merupakan suatu kegiatan tunggal, akan tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang prosesnya berjalan secara sistematis, berencana, dan teratur untuk tercapainya tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam pelaksanaannya tidak bisa terlepas dari proses inspeksi, walaupun kita tidak bersedia dan mau menerima inspeksi sebagai supervisi, akan tetapi pada hakekatnya proses supervisi berjalan di atas dasar inspeksi. Hal ini tidak dapat dihindari dalam kenyataannya setiap kali pelaksanaan supervisi selalu diawali dengan kegiatan inspeksi terlebih dahulu. Dengan kata lan inspeksi merupakan salah satu fungsi daripada supervisi. Apabila demikian, sekarang timbul pertanyaan: apakah setiap kali pelaksanaan supervisi selalu didahului dengan inspeksi sebelumnya? Jawaban yang dapat diberikan untuk pertanyaan tersebut dapat dilihat dari dua sisi, yaitu disatu sisi dapat kita jawab ya dan disisi lain dapat kita jawab tidak. Mari kita analisis kedua alternatif jawaban tersebut di atas.
Proses supervisi berdasarkan inspeksi, pelaksanaan kegiatan supervisi prosesnya dapat dimulai dengan mengadakan inspeksi terlebih dahulu untuk mengumpulkan berbagai data, mengolah data dengan ukuran yang telah ditentukan, dan kemudian menyusun suatu kesimpulan sebagai suatu konduite. Konduite adalah hasil penilaian sepihak yakni berdasarkan pendapat pemeriksa dengan ukuran yang ada sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Apabila hasil pemeriksaan itu tidak ada tindak lanjutnya bagi pembinaan atau pengembangan kemampuan professional guru yang diperiksa, dan hanya dipakai untuk dasar kenaikan pangkat atau gaji berkala, pemindahan dan konsekuensi lainnya, maka sampai disitulah batas daripada fungsi pemeriksaan.
Tidak ada usaha peningkatan kemampuan bagi guru yang diperiksa berarti inspeksi semacam itu tidak dilakukan dalam rangka supervisi. Tetapi jika hasil inspeksi yang telah dilakukan itu dijadikan sebagai bahan masukan bagi pembinaan atau pengembangan kemampuan professional guru yang diinspeksi, maka proses semacam itu dilakukan dalam rangka supervisi. Ini berarti setiap pelaksanaan supervisi diperlukan adanya inspeksi sebelumnya.
Supervisi adalah merupakan suatu usaha pembinaan kemampuan guru agar dapat berkembang dalam jabatannya, cenderung demokratis. Oleh karena itu, apabila dimulainya proses supervisi dengan melalui persetujuan dan kerjasama yang akan disupervisi sebelumnya, tanpa diawali dengan kegiatan terlebih dahulu, maka proses supervisi ini tidak didasarkan atas inspeksi. Sesuai dengan prinsip supervisi yang lebih banyak memerlukan partisipasi dan kerjasama dengan para guru, maka supervisor dapat yang akan disupervisi untuk bersama-sama mempelajari masalah-masalah yang banyak dihadapi oleh guru-guru, bersama-sama mencari dan menemukan faktor-faktor penyebabnya, dan bersama-sama pula mencarikan cara yang efektif untuk mengatasinya melalui musyawarah mufakat untuk menemukan kesamaan.
Pendekatan supervisor semacam ini dapat dilakukan hanya dengan kegiatan sepihak saja oleh inspektur. Mengadakan observasi, kunjungan kelas, pemeriksaan, menelaah laporan saja tidaklah cukup untuk menilai seorang guru dengan segala masalahnya, tetapi diperlukan komunikasi edukatif yang langsung berhubungan dengan para guru. Karena dalam proses supervisi dengan pertemuan atau percakapan pribadi antara supervisor dengan guru dapat terjadi interaksi edukatif dan saling pengaruh mempengaruhi, ada sifat keterbukaan dan kekeluargaan yang mereka miliki dan mewarnai pertemuan itu, sehingga lebih memudahkan ditemukannya jalan keluar bagi pemecahan setiap masalah yang dialaminya.
Supervisi suatu proses yang siklusnya berkepanjangan tidak kunjung selesai walaupun suatu saat supervisi sudah tidak diperlukan lagi dalam dunia pendidikan, supervisi tetap ada dan berlangsung sepanjang masa ada manusia yang mau membina diri, belajar dan berkembang, kemampuannya. Supervisi tidak hanya diperlukan secara mendadak untuk sesuatu keperluan khusus, untuk penyusunan sesuatu laporan pendidikan dan sebagainya.
Kepala sekolah dalam melaksanakan fungsinya selaku supervisor harus selalu terbuka mengajak para guru untuk menemukan, menyadari dan mengakui kelemahan-kelemahannya atau kekurangan-kekurangannya sendiri tanpa ada usaha memanipulasi. Keadaan yang dialaminya untuk menjaga harga diri dan martabat sesungguhnya akan menyulitkan diri sendiri. Pendekatan yang bersifat interpersonal dalam supervisi pendidikan perlu diwujudkan oleh supervisor dan guru-guru.
Persoalan yang dihadapi adalah karena masing-masing guru mempunyai kesulitan yang unik dengan kadar masalahnya yang berbeda-beda pula, sehingga pemecahannya memerlukan pendekatan yang berbeda pula dan dengan cara sendiri-sendiri sesuai dengan jenis dan sifat masalah yang dialaminya.
Proses supervisi sebelumnya dengan perumusan sesuatu masalah yang diduga timbul dan dialami oleh guru-guru di suatu sekolah atau kelas, selanjutnya diadakanlah penelitian untuk memperoleh data/ informasi yang berhubungan dengan masalah tersebut. Hasil pengumpulan data akan dianalisis untuk menemukan kelemahan atau kekurangan daripada guru-guru tersebut dan diusahakan cara-cara yang terbaik untuk mengatasinya.[20]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Supervisi pendidikan mempunyai makna kerjasama antara guru dan kepala sekolah untuk mencapai ketentuan pendidikan yang sudah disepakati bersama. Supervisi pendidikan mengandung pengertian proses pengamatan dan pembinaan supervisor kepada guru guna mencapai tujuan pendidikan yang disepakati. Langkah supervisi pendidikan lebih difokuskan pada bagaimana seorang kepala sekolah mampu mengkondisikan guru yang disupervisi menjadi kooperatif dengan supervisor, karena kurang optimalnya guru dalam mengajar perlu didiskusikan antar guru dan kepala sekolah supaya masukan dari diskusi dengan guru berguna untuk pembenahan kinerja guru kedepannya. Dalam ranah pemahaman srategi supervisi kepala sekolah, maka peran kepala sekolah sebagai supervisor sangat diperhatikan. Tingkat kapabilitas kepala sekolah dalam memimpin dan mengelola sekolah sangat menentukan keefektifan supervisi sekolah.
Teknik supervisi pendidikan merupakan alat yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan teknik-teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan. Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai supervisor, kepala sekolah hendaknya memperhatikan beberapa pendekatan yang akan digunakannya. Pendekatan atau orientasi yang dilakukan oleh supervisor sangat tergantung pada kondisi guru. Untuk itu supervisi pendidikan memerlukan berbagai pendekatan dalam mencapai tujuan
B. Kritik dan Saran
Alhamdulillah penulis panjatkan sebagai implementasi rasa syukur atas selesainya makalah Supervisi dan Evaluasi Pendidikan tentang membedakan fungsi, strategi dan proses supervisi pendidikan ini. Namun, dengan selesainya bukan berarti telah sempurna, karena penulis sebagai manusia, sadar bahwa dalam diri penulis tersimpan berbagai sifat kekurangan dan ketidak sempurnaan yang tentunya sangat mempengaruhi terhadap kinerja.
Oleh karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis perlukan guna penyempurnaan dalam tugas berikutnya dan dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah sehingga penulis terus termotivasi ke arah yang lebih baik dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.
Borneoneo. 2008. Tujuan dan Fungsi Supervisi Pendidikan. https://borneoneo.wordpress.com/2008/09/16/tujuan-dan-fungsi-supervisi/#postcomment. diakses pada tanggal 10 Oktober 2016 pukul 14.36.
Daryanto, M. 2005. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Darwis, Amri. 2009. Panduan Praktis Pelaksanaan Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Pekanbaru: Suska Press.
Hamalik, Oemar. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Bandung: Mandar Maju.
Mulyasa, E. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nadhirin.2009. Supervisi Pendidikan Integratif Berbasis Budaya. Kudus: STAIN Kudus.
Nawawi, Hadari. 1981. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Gunung Agung.
Nurain, Dzan. 2009. Fungsi-fungsi Supervisi Pendidikan. Semarang: http://makalah-pendidikan-pendidikanpaper.blogspot.co.id/2011/01/fungsi-fungsi-supervisi-pendidikan.html. diakses pada tanggal 10 Oktober 2016 pukul 14.04.
Pidarta, Made.2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alphabeta.
Sahertian, Piet A. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sahertian, Piet A. 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Zuwida, Nidal. 2014. Proses Supervisi Pendidikan.
https://www.scribd.com/doc/267078296/MAKALAH-PROSES-SUPERVISI-PENDIDIKAN-docx. diakses pada tanggal 10 Oktober 2016 pukul 19.38.
*Sumber: http://meseptiandrianiiskandar.blogspot.com/2018/05/makalah-supervisi-pendidikan.html
Tag :
Lainnya,
Pendidikan
0 Komentar untuk "Fungsi dan Strategi Supervisi Pendidikan"