Pengajaran Keahlian Terhadap Anak

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Mengajar adalah suatu seni guru yang cakap mengajar dapat merasakan bahwa mengajar adalah suatu hal yang menggembirakan yang membuat nya melupakan kelelahan, selain itu guru yang menguasai kelas maka guru yang di dalam nya akan membuat para siswa senang dan bahagia, dan guru yang profesional akan mengajar.


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pola Pengasuhan Anak Dalam Keluarga?
2. Bagaimana Fungsi Keluarga dalam Menerapkan Pola Pengasuhan Anak?
3. Bagaimana Peranan Keluarga terhadap Pola Pendidikan Karakter Anak?
4. Bagaimana Pola Pengasuhan Orang Tua Terhadap Anak?


C. Tujuan
1. Mengetahui Pola Pengasuhan Anak Dalam Keluarga.
2. Mengetahui Fungsi Keluarga dalam Menerapkan Pola Pengasuhan Anak.
3. Mengetahui Peranan Keluarga terhadap Pola Pendidikan Karakter Anak.
4. Mengetahui Pola Pengasuhan Orang Tua Terhadap Anak.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pola Pengasuhan Anak Dalam Keluarga
Pola pengasuhan anak erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga atau komunitas dalam hal memberikan perhatian, waktu, dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Orang tua yang berperan dalam melakukan pengasuhan pada kasus ini terdiri dari beberapa definisi yaitu ibu, ayah, atau seseorang yang berkewajiban membimbing atau melindungi. Orangtua merupakan seseorang yang mendampingi dan membimbing anak dalam beberapa tahap pertumbuhan, yaitu mulai dari merawat, melindungi, mendidik, mengarahkan dalam kehidupan baru anak dalam setiap tahapan perkembangannya untuk masa berikutnya. Kemudian pengasuhan merupakan tugas membimbing, memimpin, atau mengelola. Menurut Darajat mengasuh anak artinya mendidik dan memelihara anak, mengurusi makan, minum, pakaian, dan keberhasilannya dalam periode pertama sampai dewasa. Pengasuhan atau disebut juga parenting adalah proses mendidik anak dari kelahiran hingga anak memasuki usia dewasa. 

Pengajaran Keahlian Terhadap Anak

Tugas ini umumnya dikerjakan oleh ibu dan ayah (orang tua biologis). Namun, jika orang tua biologis tidak mampu melakukan pengasuhan, maka tugas tersebut dapat dilakukan oleh kerabat dekat termasuk kakak, nenek dan kakek, orang tua angkat, atau oleh institusi seperti panti asuhan (alternative care). Selanjutnya pengasuhan mencakup beragam aktivitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik, bisa menerima dan diterima oleh lingkungannya. Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak bila pola pengasuhan anak tidak tepat, maka hal itu akan berdampak pada pola perilaku anak. Apalagi jika anak meniru perilaku orang-orang di luar rumah yang cenderung negatif. Pola pengasuhan yang intens akan membentuk jalinan hubungan kuat di antara orang yang diidentifikasi dan orang mengidentifikasi (anak dengan orang yang membimbing). Dengan demikian, anak yang benar-benar melakukan identifikasi cenderung mencari figur yang dapat diterima dan sesuai dengan proses pembentukan dirinya.

Adapun mereka yang telah terbebas dari beban dan tekanan diri dan lingkungannya akan dengan mudah menjalankan proses identifikasi yang sesuai dengan kemampuan dan potensi dirinya. Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa pengasuhan anak menjadi takap penting dalam membentuk karakter, moralitas, pengetahuan, keterampilan, dan life skill yang memadai bagi anak. Oleh sebab itu, kerja sama semua agen sosialisasi baik keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi solusi terbaik demi suksesnya anak. Khusus bagi keluarga, tugas dan tanggung jawab dalam menyukseskan pengasuhan anak sejak dini sangat besar, mengingat dari keluarga lah seorang anak lahir dan berkembang. Pola asuh dan lingkungan keluarga sangat menentukan pola pikir, kebiasaan, dan kemampuan memotret kehidupan dunia yang penuh kompetisi, aktualitas, dan dinamika. Adapun beberapa definisi tentang pengasuhan tersebut menunjukkan bahwa pengasuhan anak merupakan sebuah proses interaksi yang terus menerus antara orangtua dengan anak yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik secara fisik, mental maupun sosial. Dalam hal ini perlu diingat bahwa proses interaksi dan sosialisasi tidak dapat dilepaskan dari setting sosial budaya tempat anak dibesarkan.

Pola asuh orangtua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orangtua dan anak yang dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Interaksi orang tua dalam suatu pembelajaran menentukan karakter anak nantinya. Senada dengan hal tersebut Rasullah SAW pernah menaruh perhatian yang sedemikian besar terhadap proses pertumbuhan anak semasa masih kecil, baik anak normal maupun anak yang berkebutuhan khusus sekitar usia 0-5 tahun. Memberikan bimbingan dan pendampingan dalam setiap harinya, misalnya dengan memberi bimbingan tentang akhlak, etika, budi pekerti serta teladan agar anak mewarisi sikap terpuji dan santun.

Pola pengasuhan anak dalam garis besarnya, didefinisikan menjadi tiga macam, antara lain sebagai berikut.
a. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter merupakan pengasuhan yang dilakukan dengan cara memaksa, mengatur, dan bersifat keras. Orang tua menuntut anaknya agar mengikuti semua kemauan dan perintahnya. Jika anak melanggar perintahnya berdampak pada konsekuensi hukuman atau sanksi. Pola asuh otoriter dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan psikologis anak. Anak kemudian cenderung tidak dapat mengendalikan diri dan emosi bila berinteraksi dengan orang lain. Bahkan tidak kreatif, tidak percaya diri, dan tidak mandiri. Pola pengasuhan ini akan menyebabkan anak menjadi stres, depresi, dan trauma. Oleh karena itu, tipe pola asuh otoriter tidak dianjurkan.

b. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif dilakukan dengan memberikan kebebasan terhadap anak. Anak bebas melakukan apapun sesuka hatinya. Sedangkan orang tua kurang peduli terhadap perkembangan anak. Pengasuhan yang didapat anak cenderung di lembaga formal atau sekolah. Pola asuh semacam ini dapat mengakibatkan anak menjadi egois karena orang tua cenderung memanjakan anak dengan materi. Keegoisan tersebut akan menjadi penghalang hubungan antara sang anak dengan orang lain. Pola pengasuhan anak yang seperti ini akan menghasilkan anak-anak yang kurang memiliki kompetensi sosial karena adanya kontrol diri yang kurang.

c. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh ini, orang tua memberikan kebebasan serta bimbingan kepada anak. Anak dapat berkembang secara wajar dan mampu berhubungan secara harmonis dengan orang tuanya. Anak akan bersifat terbuka, bijaksana karena adanya komunikasi dua arah. Sedangkan orang tua bersikap obyektif, perhatian, dan memberikan dorongan positif kepada anaknya. Pola asuh demokratis ini mendorong Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak anak menjadi mandiri, bisa mengatasi masalahnya, tidak tertekan, berperilaku baik terhadap lingkungan, dan mampu berprestasi dengan baik. Pola pengasuhan ini dianjurkan bagi orang tua.

B. Fungsi Keluarga dalam Menerapkan Pola Pengasuhan Anak
Berdasarkan pendekatan sosio-kultural keluarga memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Fungsi Biologis
Secara biologis, keluarga menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan dengan syarat-syarat tertentu. Keluarga merupakan tempat yang paling awal (primer) dan efektif untuk menjalankan fungsi Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan. Berkaitan dengan pola tersebut dibidang kesehatan, peran orang tua yang dapat dilakukan adalah:
1) Memberitahukan pada anak untuk mengurangi mengkonsumsi makanan instan atau cepat saji.
2) Mengajak anak untuk rutin berolahraga.
3) Menyeimbangkan sayuran dan buah untuk gizi dan kesehatan anak.
4) Menerapakan untuk menjaga kebersihan.

2. Fungsi Pendidikan
Keluarga diajak untuk mengkondisikan kehidupan keluarga sebagai “instusi” pendidikan, sehingga terdapat proses saling berinteraksi antara anggota keluarga. Keluarga melakukan kegiatan melalui asuhan, bimbingan dan pendampingan, seta teladan nyata untuk mengontrol pola pergaulan anak.

3. Fungsi Religius
Para orang tua dituntut untuk mengenalkan, membimbing, memberi teladan dan melibatkan seluruh anggota keluarga untuk mengenal akidah-akidah agama dan perilaku beragama. Sebagai keluarga hendaknya melakukan sholat berjamaah dirumah untuk mengembangkan dan meningkatkan kereligiusan anak
dalam beribadah.

4. Fungsi Perlindungan
Fungsi perlindungan dalam keluarga adalah untuk menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga dari tindakan negatif yang mungkin akan timbul. Keluarga melindungi anggota keluarganya. Misalnya, melindungi anak untuk tidak terpengaruh negatif dari lingkungan maupun untuk senantiasa menjadikan keluarga sebagai pelindung bila anak mengalami suatu masalah.

5. Fungsi Sosialisasi
Para orangtua dituntut untuk mempersiapkan anak untuk menjadi anggota masyarakat yang baik, kalau tidak mau disebut warga negara kelas satu. Dalam melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial, sehingga kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh anak, sehingga pada gilirannya anak berpikir dan berbuat positif di dalam dan terhadap lingkungannya.

6. Fungsi Kasih Sayang
Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antara anggotanya, sesuai dengan status dan peranan sosial masing-masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat ini, harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Dalam suasana yang penuh kerukunan, keakraban, kerjasama dalam menghadapi berbagai masalah dan persoalan hidup.

7. Fungsi Ekonomis
Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis. Aktivitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinaan usaha, dan perencanaan anggaran biaya, baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga.

8. Fungsi Rekreatif
Suasana rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya apabila dalam kehidupan keluarga itu terdapat perasaan damai, jauh dari ketegangan batin, dan pada saat-saat tertentu merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari. Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian dalam mendidik anak di rumah bisa juga dikelompokkan menjadi Pertama, sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak. Kedua, menjamin kehidupan emosional anak. Ketiga, menanamkan dasar pendidikan moral anak. Keempat, memberikan dasar pendidikan sosial. Kelima, meletakkan dasar-dasar pendidikan agama. Keenam, bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak.

C. Peranan Keluarga terhadap Pola Pendidikan Karakter Anak
Pendidikan karakter yang pertama dan utama bagi anak adalah dalam lingkup keluarga. Dalam keluarga, anak akan mempelajari dasar-dasar perilaku yang penting bagi kehidupan dewasa nanti. Karakter yang akan dipelajari anak adalah apa yang dilihatnya dari perilaku orang tua. Karakter terbentuk dalam waktu yang relatif lama. Karakter yang kuat diperlukan bagi individu dalam menentukan keberhasilan hidup anak. Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain.

Pendidikan karakter yang diberikan anak berdasarkan karakteristik dan perkembangannya. Menurut Furqon pendidikan karakter dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tahap. Pertama, Tahap Umur 5-6 tahun. Pada tahap ini, anak diajarkan tata krama, sopan santun, yang berkaitan dengan karakter moral. Karakter moral tersebut seperti melatih untuk bersikap jujur dan sopan. Pada fase ini anak akan mengetahui dan membedakan hal-hal yang dianggap bermanfaat, baik buruk, dan benar salah suatu tindakan. Kedua, Tahap Umur 7-8 Tahun. Pada tahap ini anak sudah mulai aqil baliq maka dari itu pada fase ini anak akan diajarkan bagaimana untuk beribadah dan melatih dirinya untuk bertanggung jawab. ketiga, Tahap Umur 9-10 Tahun. Pada fase ini seorang anak dididik untuk peduli terhadap lingkungan sekitar. Menghormati satu sama yang lain, menghormati hak orang lain, dan suka tolong menolong. Keempat, Tahap umur 13 Tahun Keatas. Pada tahap ini anak sudah mulai memasuki usia remaja maka anak dipandang siap untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, dan masyarakat. Anak diharapkan dapat beradaptasi dengan baik dilingkungan masyarakat dan anak mempunyai identitas diri atau jati dirinya masing-masing.

D. Pola Pengasuhan Orang Tua Terhadap Anak
Secara umum, ayah dan ibu memiliki peran yang sama dalam pengasuhan anak-anaknya. Namun, ada sedikit perbedaan dalam sentuhan dari apa yang ditampilkan oleh ayah dan ibu. Peran Ibu, antara lain: Menumbuhkan perasaan sayang, cinta, melalui kasih sayang dan kelembutan seorang ibu, Menumbuhkan kemampuan berbahasa dengan baik kepada anak, Mengajarkan anak perempuan berperilaku sesuai jenis kelaminnya dan baik. Peran Ayah, antara lain: Menumbuhkan rasa percaya diri dan berkompeten kepada anak, Memumbuhkan untuk anak agar mampu berprestasi, Mengajarkan anak untuk tanggung jawab. Sudah menjadi tugas orang tua untuk memberi anak pengalaman yang dibutuhkan anak agar kecerdasannya berkembang sempurna. 

Masing-masing orangtua tentu memiliki pola asuh yang berbeda. Oleh karena itu keterlibatan ibu dalam mengasuh dan membesarkan anak sejak masih bayi dapat membawa pengaruh positif maupun negatif bagi perkembangan anak dimasa yang akan datang. Perbedaan cara mengasuh ayah dan ibu tidak menjadi menghalang dalam mengurusi anak, tetapi akan menjadikan saling melengkapi kekurangan masing-masing dan menjalankan perannya dengan baik dan efektif. Kemudian akan menjadikan anak mempunyai kepribadian yang baik dan keluarga akan menjadi harmonis dan sejahtera. 
 
Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak sangat penting dalam membangun sumber daya manusia. Periode ini hanya datang sekali serta tidak dapat diulang lagi, sehingga stimulasi dini salah satunya adalah pola pengasuhan anak yang baik bersifat mutlak diperlakukan. Minat mengembangkan pengasuhan anak sebenarnya bersumber dari lima macam pemikiran;
a) Meningkatkan tuntutan terhadap pengasuhan anak dari para ibu yang bekerja, yang berasal dari berbagai tingkatan sosial ekonomi;
b) Adanya perhatian yang dikaitkan dengan produktivitas, persaingan yang bersifat internasional, permintaan tenaga kerja yang bersifat global, kesempatan kerja yang luas;
c) Pandangan bahwa pengasuhan anak sebagai sesuatu kekuatan utama guna membantu para ibu untuk meningkatkan kualitasnya, baik sebagai ibu maupun sebagai sumber daya manusia pada umumnya, sehingga dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja;
d) Adanya hasrat untuk meningkatkan kualitas anak terutama bagi mereka yang orang tuanya kurang beruntung, antara lain yang kurang mampu memasukkan anak ketaman kanak-kanak; e) Program untuk anak usia dini mempunyai dampak positif yang panjang terhadap peningkatan kualitas perkembangan anak.

Manusia lahir ke dunia dan tumbuh serta berkembang menjadi besar dan dewasa melalui perjalanan waktu, pengalaman pergaulan dengan sesama manusia, alam sekitar dan pendidikan tentunya. Kemudian bekerja dan selanjutnya melakukan pernikahan yang melahirkan generasi baru yang baik, itulah siklus kehidupan manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Manusia tidak bisa terlepas dari itu semua karena manusia sudah mempunyai jalan dan garis sendiri- sendiri.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan peran keluarga dalam pengasuhan anak sangatlah penting karena dapat mempengaruhi dan membentuk kepribadian atau karakter anak. Karakter anak tentu saja bergantung dari pola asuh orang tua terhadap anaknya. Ada tiga pola asuh yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh demokratis. Dari tiga pola asuh tersebut yang paling baik dan cocok untuk diterapkan dalam mengasuh anak adalah pola asuh demokratis. Pola asuh ini bersifat demokratis. Orangtua menghargai dan memahami keadaan anak sehingga anak akan merasa nyaman, bersikap mandiri, cerdas, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dengan baik, dan yang utama memiliki kepribadian yang baik.

Keluarga mempunyai fungsi dalam pengasuhan anak yaitu fungsi biologis, fungsi pendidikan, fungsi religius, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi, fungsi kasih sayang, fungsi ekonomis, dan fungsi yang akan berperan penting dalam proses pengasuhan anak. Keluarga juga mempunyai peranan dalam pengasuhan anak yaitu mengetahui tahap-tahap perkembangan anak untuk mengasuhnya sesuai dengan bakat dan keinginan anak. Namun, pola pengasuhan ayah dan ibu mempunyai perbedaan dan hal ini tidak membuat orang tua menjadi sulit dalam mengasuh anak, melainkan menjadi suatu hal untuk melengkapi kekurangan masing-masing dalam mengasuh anak menjadi lebih fleksibel dan efektif.

B. Saran
Demikian dikemukakan tentang Pengajaran Keahlian Terhadap Anak semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi sumber referensi.





DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/38083910/MAKALAH_Pengajaran_Keahlian_Terhadap_Anak







*Sumber: https://www.academia.edu/38083910/MAKALAH_Pengajaran_Keahlian_Terhadap_Anak


Tag : Lainnya
0 Komentar untuk "Pengajaran Keahlian Terhadap Anak"

Back To Top