Teori-Teori Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan bukan hanya soal mengajari atau belajar bersama, pendidik memiliki acuan dalam mendidik, serta teori-teori pendidikan yang diajari dalam mata kuliah ilmu pendidikan. Selain itu kita dapat mempelajari pendidikan secara teoritis melalui perenungan – perenungan yang mendalam yang mencoba melihat makna pendidikan dalam suatu konteks yang lebih luas yang disebut teori pendidikan, maupun dapat juga mempelajari pendidikan secara praktis melalui kegiatan akademis dan empiris yang bersumber dari pengalaman – pengalaman pendidikan yang disebut praktik pendidikan.

Teori dan konflik pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, hal-hal tersebut memiliki hubungan komplementer yang saling mengisi satu sama lainnya. Praktik pendidikan seperti pelaksanaan pendidikan dalam lingkungan keluarga, pelaksanaan pendidikan di sekolah, pelaksanaan pendidikan di masyarakat, dapat dijadikan sumber dalam penyusuanan suatu teori pendidikan. Suatu teori pendidikan dapat dijadikan sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan praktik pendidikan.

Kenyataannya, banyak orang yang belum mengetahui atau mempelajari suatu teori pendidikan, tapi ia juga dapat menjadi seorang pendidik yang baik, berhasil dalam membimbing murid-muridnya. Sebaliknya juga dapat terjadi, seorang teori ahli pendidikan, belum dapat dijamin bahwa ia akan menjadi seorang pendidik yang baik.

A. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud teori?
2. Apakah yang dimaksud pendidikan?
3. Apa yang dimaksud teori pendidikan?
4. Ada berapa macam teori pendidikan?

B. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud teori.
2. Mengetahui yang dimaksud pendidikan
3. Mengetahui yang dimaksud teori pendidikan
4. Mengetahui macam-macam teori pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Teori dan Pendidikan
A. Pengertian Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.

Teori-Teori Pendidikan

Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.

Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia social. Perlu diketahui bahwa teori berbeda dengan idiologi, seorang peneliti kadang-kadang bias dalam membedakan teori dan ideologi. Terdapat kesamaan di antara kedunya, tetapi jelas mereka berbeda. Teori dapat merupakan bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan teori. Contohnya adalah Aleniasi manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan oleh Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara keseluruhan adalah sebuah ideologi.

Dalam ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatumodel atas kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak pengamatan dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan.

Istilah teoritis dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh suatu teori namun belum pernah terpengamatan. Sebagai contoh, sampai dengan akhir-akhir ini, lubang hitam dikategorikan sebagai teoritis karena diramalkan menurut teori relativitas umum tetapi belum pernah teramati di alam. Terdapat miskonsepsi yang menyatakan apabila sebuah teori ilmiah telah mendapatkan cukup bukti dan telah teruji oleh para peneliti lain tingkatannya akan menjadi hukum ilmiah. Hal ini tidaklah benar karena definisi hukum ilmiah dan teori ilmiah itu berbeda. Teori akan tetap menjadi teori, dan hukum akan tetap menjadi hukum. (Wikipedia Indonesia).

Menurut Muhammad Surya, teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan.
Karakteristik suatu teori ialah :
1. Memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian
2. Memiliki prinsip-prinsip yang dapat diuji.
Teori merupakan hubungan antara konsep-konsep. Sedangkan konsep-konsep itu sendiri merupakan hubungan dari kata-kata yang menjelaskan suatu persoalan atau kenyataan. Kata-kata merupakan simbol berupa bunyi dan aksara ketika kita merujuk pada suatu benda atau realitas yang ada di dunia. Sedangkan konsep merupakan suatu penjelasan yang lebih luas karena mengubungkan keterkaitan antara dua atau lebih dari keberadaan benda atau gejala (peristiwa). Karenanya, teori merujuk pada suatu hubungan antara konsep-konsep yang lebih bisa menjelaskan peristiwa atau suatu proses tertentu dari kehidupan ini.

Jadi, teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk membantu menjelaskan suatu. Ia merupakan penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita pahami dan kita jelaskan. Teori akan membantu kita memahami suatu gejala dan membedakan diri dengan penjelasan yang lain. Meskipun demikian perbedaan antara dua teori atau lebih yang berbeda tidak menutup kemungkinan ada suatu hal yang beririsan. Dan suatu teori yang baik diharapkan menghilangkan irisan-irisan itu sekecil mungkin, untuk memberikan pembedaan antara seperangkat penjelasan dengan lainnya yang memiliki karakternya masing-masing.

B. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Pendidikan adalah proses pembelajaran yang didapat oleh setiap manusia (Peserta Didik) untuk dapat membuat manusia (Peserta Didik) itu mengerti, paham, dan lebih dewasa serta mampu membuat manusia (Peserta Didik) lebih kritis dalam berpikir.

Pendidikan bisa diperoleh baik secarah formal dan nonformal. Pendidikan formal diperoleh dalam kita mengikuti progam-program yang sudah dirancang secara terstruktur oleh suatu intitusi, departemen atau kementrian suatu Negara. Pendidikan nonformal adalah pengetahuan yang didapat manusia (peserta didik) dalam kehidupan sehari-hari (berbagai pengalaman) baik yang dia rasakan sendiri atau yang dipelajarai dari orang lain (mengamati dan mengikuti).

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata lakku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Dalam hal yang lebih spesifik, pendidikan yang merupakan aktivitas pembelajaran dalam bentuk interaksi edukatif (penyampaian ilmu pengetahuan dan affektif) dengan menempatkan peserta didik sebagai subjek pendidikan, masih juga pendidikan dipersyaratkan untuk penunaian tugas yang mengarah pada upaya memberi arah dan watak pada peserta didik. Penunaian tugas perwatakan pada peserta didik tersebut dinamakan colouring (Mochtar Buchori, 2002:43). 

Pengertian Teori Pendidikan dan Macam-Macam Teori Pendidikan
A. Pengertian Teori Pendidikan
Teori pendidikan adalah teori yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Salah satu penerapan teori belajar yang terkenal adalah teori dari John Dewey yaitu teori “learning by doing”. Teori belajar ini merupakan sub ordinat dari teori pendidikan. Karenanya sebelum membahas teori belajar tersebut, perlu diuraikan pengertian teori pendidikan.
Teori pendidikan merupakan seperangkat  penjelasan yang rasional sistematis membahas tentang aspek- aspek penting dalam pendidikan sebagai sebuah sistem. Mudyahardjo (2002) menjelaskan bahwa teori pendidikan adalah sebuah pandangan atau serangkaian pendapat ihkwal pendidikan yang disajikan dalam sebuah sistem konsep. Pendidikan sebagai sistem mengandung arti suatu kelompok tertentu yang setidaknya memiliki hubungan khusus secara timbal balik  dan memiliki informasi.

Pengertian teori pendidikan memiliki perbedaan mendasar dibandingkan dengan teori dalam sains. Teori pendidikan pada awalnya mengambil sedikit saja dari tahap  pengamatan atau eksperimen melalui metodis sistematis terhadap sesuatu yang berhubungan dengan konsep dan proses pendidikan. Teori pendidikan yang dikemukakan  tokoh-tokoh pendidikan klasik seperti Plato, Rousseau, atau Froebel misalnya berakar pada asumsi khusus tentang apa yang dapat dilakukan atau harus dilakukan dalam pendidikan, dan berdasarkan asumsi tersebut memberikan rekomendasi tentang apa yang harus dilakukan oleh guru atau pihak lain terhadap pendidikan.

Karenanya pada awalnya pandangan terhadap pendidikan seperti yang diungkapkan oleh Plato, Roesseau serta lainnya tidaklah berdasar pengamatan empirik dan karenanya tidak pula dapat di cek kebenarannya melalui pengujian metode ilmiah. Teori pendidikan tidaklah bekerja seperti teori ilmiah, dan akibatnya tidak bisa pula mengambil validitas dari metode ilmiah. Kebenaran dari sebuah teori pendidikan tidaklah ditentukan berdasarkan paradigma ilmiah, tetapi memiliki cara dan polanya tersendiri.

Ruang lingkup dari teori pendidikan pun terdiri dari teori umum dan teori khusus. Moore (1974) menjelaskan yang dimaksud teori khusus pendidikan membahas secara mendalam aspek pedagogis, seperti bagaimana cara yang paling efektif untuk belajar dan mengajar. Teori belajar merupakan salah satu dari teori khusus pendidikan. Sedangkan teori umum pendidikan adalah teori yang luas dari segi cakupan dan tujuannya. Teori umum pendidikan tidak hanya sebuah rekomendasi tentang kondisi pembelajaran yang efektif tetapi juga rekomendasi untuk membentuk dan menghasilkan tipe manusia tertentu, kadang-kadang juga tipe masyarakat ideal. Teori umum pendidikan memperhatikan masalah sekitar membentuk manusia ideal dan pembahasannnya tidak hanya bertumpu pada apa yang dianggap sebagai cara terbaik mengajar tetapi meluas pada persoalan apa yang harus diajarkan dan untuk tujuan apa.

B. Macam-Macam Teori Pendidikan
1. Teori Koneksionisme
Edward Lee Thorndike adalah tokoh psikologi yang mampu memberikan pengaruh besar terhadap berlangsungnya proses pembelajaran. Teorinya dikenal dengan teori Stimulus-Respons. Menurutnya, dasar belajar adalah asosiasi antara stimulus (S) de¬ngan respons (R). Stimulus akan memberi kesan ke-pada pancaindra, sedangkan respons akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Asosiasi seperti itu disebut Connection. Prinsip itulah yang kemudian disebut sebagai teori Connectionism.

Thorndike merumuskan teorinya ke dalam tiga hukum dasar (Suwardi, 2005: 34-36), sebagai berikut:
a. Hukum Kesiapan (The Law of Readiness)
Hukum ini memberikan keterangan mengenai kesiapan seseorang merespons (menerima atau menolak) terhadap suatu stimulan. Pertama, bila sese¬orang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, pelaksanaannya akan memberi kepuasan baginya sehingga tidak akan melakukan tingkah laku lain. Kedua, bila seseorang siap melakukan suatu tingkah laku tetapi tidak dilaksanakan, maka akan timbul kekecewaan. Akibatnya, ia akan melakukan ting¬kah laku lain untuk mengurangi kekecewaan. Ketiga, bila seseorang belum siap melakukan suatu perbuatan tetapi dia harus melakukannya, maka ia akan merasa tidak puas. Akibatnya, orang tersebut akan melakukan tingkah laku lain untuk menghalangi terlaksananya tingkah laku tersebut. Keempat, bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku dan tetap tidak melakukannya, maka ia akan puas.

b. Hukum Latihan (The Law of Exercise)
Hukum ini dibagi menjadi dua, yaitu hukum penggunaan (the law of use), dan hukum bukan penggunaan (the law of disuse). Hukum penggunaan menyatakan bahwa dengan latihan berulang-ulang, hubungan stimulus dan respons akan makin kuat. Sedangkan hukum bukan penggunaan menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respons akan semakin melemah jika latihan dihentikan.

c. Hukum Akibat (The Law of Effect)
Hubungan stimulus-respons akan semakin kuat, jika akibat yang ditimbulkan memuaskan. Sebaliknya, hubungan itu akan semakin lemah, jika yang dihasilkan tidak memuaskan. Maksudnya, suatu perbuatan yang diikuti dengan akibat yang menyenangkan akan cenderung untuk diulang. Tetapi jika akibatnya tidak menyenangkan, akan cenderung ditinggalkan atau dihentikan. Hubungan ini erat kaitannya dengan pemberian hadiah (reward) dan sanksi (pun¬ishment).

2. Teori Classical Conditioning
Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Ivan Petrovich Pavlov, warga Rusia yang hidup pada tahun 1849-1936. Teorinya adalah tentang condi¬tioned reflects. Lewat penemuannya, Pavlov meletakkan dasar behaviorisme sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi berbagai penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori belajar.
Prinsip belajar menurut Pavlov adalah sebagai berikut:

a. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan/ mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kurang dengan perangsang yang lebih lemah.
b. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
c. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme/individu.
d. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak.
e.     Semua aktivitas susunan saraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibitasi.
#melakukan percobaaan dengan menggunakan anjing untuk membuktikan teorinya.
Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu :
1. Pendidikan klasik
2. Pendidikan pribadi
3. Teknologi pendidikan
4. Pendidikan interaksional

Untuk lebih jelasnya mengenai teori-teori yang dikemukakan oleh beliau, berikut adalah penjelasannya:
1. Pendidikan Klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafatklasik, seperti Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses.

Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.

2. Pendidikan Pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis),

3. Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologipendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.

Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa data-data obyektif danketerampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual.

Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.

4. Pendidikan Interaksional,
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.

Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta.

Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksisosial.

Selain dari teori-teori tersebut, berikut akan dijelaskan teori-teori pendidikan yang berasal dari barat. Selain itu, teori-teori pendidikan pun dihubungkan dengan berbagai aliran filsafat. Hal ini, dikarenakan terdapat kaitan yang sangat erat antara filsafat dengan pendidikan, karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakatnya, sementara pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut.

Filsafat pendidikan berusaha menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokol sekitar pendidikan, seperti apa, mengapa, kemana, bagaimana, dsb.
Aliran-aliran filsafat pada gilirannya melahirkan filsafat-filsafat pendidikan seperti:
1. Idealisme
2. Realisme
3. Perenialisme
4. Essensialisme
5. Pragmatisme
6. Progresivisme
7. Eksistensialisme.

Namun demikian, kita mempunyai filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu Pancasila.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Intinya teori adalah keterkaitan antara konsep-konsep.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Teori pendidikan adalah teori yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Macam-macam teori tersebut adalah :
a. Teori Koneksionisme
b. Teori Classical Conditioning
Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu :
1. Pendidikan klasik
2. Pendidikan pribadi
3. Teknologi pendidikan
4. Pendidikan interaksional

Selain itu, teori-teori pendidikan pun dihubungkan dengan berbagai aliran filsafat. Aliran-aliran filsafat pada gilirannya melahirkan filsafat-filsafat pendidikan seperti:
1) Idealisme
2) Realisme
3) Perenialisme
4) Essensialisme
5) Pragmatism
6) Progresivisme
7) Eksistensialisme.

Namun demikian, kita mempunyai filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu Pancasila.


B. Saran
Setelah membaca uraian di atas, hendaklah kita sebagai calon guru mempelajarai Ilmu Pendidikan khusunya teori-teori pendidikan karena akan bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan peserta didik kita dalam kegiatan belajar mengajar.


DAFTAR PUSTAKA

Gunansyah, Ganes.  Hand out. Dasar-dasar Pendidikan. 2008.
Nurani Soyomukti. 2010. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, (Neo)Liberal, Marxis-Sosialis, Postmodern. Ar-ruzzmedia, Yogyakarta. Cetakan: I,
S, Nasution. 2004.  Didaktik Asas-asas Mengajar.Cet-3. Jakarta. Bumi Aksara.
Surya, Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani Quraisy,2004
Syah, Muhibbin. 2008 Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Cet-13. Bandung. Rosdakarya.
Syaripudin, Tatang. 2006. Landasan Pendidikan. Bandung. Sub Koordinator MKDP Landasa Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Iniversitas Pendidikan Indonesia.
http://id.wikipedia.org
http://silverhawk.student.umm.ac.id/category/teori-teori-pendidikan/
http://www.psychologymania.com/2013/01/pengertian-teori-pendidikan.html


*Sumber: https://www.academia.edu/15846354/MAKALAH_TEORI_TEORI_PENDIDIKAN


Tag : Pendidikan, PKn
0 Komentar untuk "Teori-Teori Pendidikan"

Back To Top