Proses Pengambilan Keputusan Stratejik

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam hidup kita, semua hal memerlukan sebuah proses. Semua hal itu tidak bisa secara instan bisa kita dapatkan. Begitu pula dalam membuat suatu keputusan. Keputusan tidak bisa secara tiba-tiba datang begitu saja. Keputusan dalam hal pembuatan/pengambilannya memerlukan beberapa proses ataupun tahapan.

Proses itu bisa terjadi secara singkat maupun terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama dan memerlukan analisis panjang. Suatu keputusan yang bersifat stratejik adalah keputusan yang dibuat melalui suatu proses yang panjang, rumit, dan melibatkan banyak pihak. Dengan demikian, suatu proses yang berisi langkah-langkah potensial harus  selalu dipertimbangkan dalam membuat keputusan-keputusan strateJik.

Dalam pembahasan kali ini akan dibahas sedikit mengenai proses pengambilan keputusan stratejik. Di dalam proses tersebut terdiri dari beberapa fase, mulai dari fase pengidentifikasian hingga fase yang terakhir yaitu fase implementasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pengambilan keputusan?
2. Bagaimana proses pengambilan keputusan stratejik?

BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu organisasi, terutama karena masa depan suatu organisasi banyak ditentukan oleh pengambilan keputusan sekarang.  Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi.

Jadi pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang memiliki proses. Proses di sini adalah serangkaian tahap-tahap yang harus di tempuh oleh seorang pengambil keputusan, dan dalam proses itu terdapat alternatif-alternatif yang harus dipilih atau dipertimbangkan menggunakan metode/cara yang sesuai dengan situasi dan kondisi suatu organisasi atau perusahaan.

Setelah melalui tahap dan proses pemilihan alternatif, akan dihasilkan sebuah keputusan. Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih, semetara yang lain dikesampingkan. 
Jadi keputusan adalah satu atau beberapa kesimpulan final yang terjadi setelah adanya pemilihan alternatif dari banyak alternatif yang tersedia.

B. Proses Pengambilan Keputusan Stratejik
Keputusan stratejik adalah keputusan yang mengandung risiko yang besar. Sekali keputusan itu dibuat akan mempunyai dampak luas bagi organisasi.  Lahirnya suatu keputusan tidak serta merta berlangsung secara sederhana begitu, sebab sebuah keputusan itu selalu saja lahir berdasarkan dari proses yang memakan waktu, tenaga, dan pikiran hingga akhirnya terjadinya suatu pengkristalan dan lahirlah keputusan tersebut. 

Di dalam buku yang berjudul “Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit” karangan J. Salusu,  dijelaskan tentang empat fase yang perlu ditempuh dalam membuat keputusan stratejik. Fase-fase tersebut meliputi fase identifikasi, pengembangan, penyelesaian, dan fase implementasi dan evaluasi.
1. Fase identifikasi
Fase identifikasi terdiri dari satu langkah yaitu evaluasi terhadap kinerja organisasi sekarang, evaluasi tujuan dan sasaran organisasi, serta perumusan masalah. 
Pada prinsipnya dapat dikatakan bahwa fase identifikasi adalah fase mengevaluasi tujuan dan sasaran, sejauh mana program-program yang digambarkan dalam tujuan dan sasaran itu dapat direalisasikan. Evaluasi semacam ini biasanya dilakukan dalam sebuah rapat kerja, yang melibatkan para karyawan dan terutama semua pimpinan unit kerja yang turut bertanggung jawab atas suksesnya organisasi. Persoalannya ialah seberapa jauh suatu rapat kerja mampu mengenali dan mendefinisikan masalah-masalah itu serta mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. 

Mengidentifikasi suatu masalah biasanya tidak begitu mudah dilakukan oleh para pembuat keputusan. Bahkan tidak jarang mereka gagal karena mereka sebenarnya tidak melihat masalah itu atau tidak menyadari bahwa itulah masalah. Bukan itu saja, mereka melihat masalah yang salah. Kadang-kadang diperlukan survei untuk mengetahui penyebab timbulnya suatu masalah.Sesudah penyebab masalah itu dideteksi, barulah proses pengambilan keputusan diteruskan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fase pengidentifikasian masalah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses pengambilann keputusan. Karena dalam fase ini, selain harus mengalokasikan masalah juga harus mengisolasi isu-isu yang benar, dengan memperhatikan kemampuan untuk menyelesaikannya dalam jangka waktu dan sumber daya yang tersedia.

2. Fase pengembangan
Setelah masalah dirumuskan dengan baik dan diketahui faktor-faktor penyebabnya, kita masuk pada fase pengembangan. Fase ini merupakan fase yang paling banyak menguras sumber daya, baik berupa tenaga, waktu, pikiran, dan  dana.  Dalam fase ini manajemen eksekutif puncak melakukan peranan yang sangat penting, yaitu menjelajah lingkungan (to scan the environment), baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal.  
Kemahiran para pengambil keputusan dalam menganalisis dan mendeteksi faktor-faktor stratejik dilingkungan organisasi akan menentukan bobot dari suatu keputusan stratejik.  

Ada tiga  kegiatan utama yang dilakukan para pembuat keputusan selama fase pengembangan ini, yaitu mempelajari secara seksama dan teliti akan kemampuan organisasi, kemudian merumuskan kekuatan dan kelemahannya. Sesudah itu, mempelajari secara seksama kecenderungan-kecenderungan dalam lingkungan eksternal, lalu merumuskan peluang-peluang yang tersedia, dan kemungkinan tantangan atau ancaman yang bisa berdampak luas terhadap kegiatan organisasi. Langkah terakhir adalah mengintegrasikan semua faktor stratejik yang sempat dideteksi dalam lingkungan internal dan lingkugan eksternal. Hal ini disebut analisis SWOT. 

Berikut ini adalah contoh tujuan analisis lingkugan dari beberapa perusahaan: 
a. Untuk menyediakan kemampuan dalam menanggapi masalah-masalah kritis dalam lingkungan bagi manajemen perusahaan
b. Untuk menyelidiki kondisi masa depan dari lingkungan organisasi dan kemudia memasukkannya ke dalam pengambilan keputusan-keputusan organisasi
c. Untuk mengenali masalah-masalah mendesak pada saat ini yang signifikan bagi perusahaan, dan memberikan prioritas terhadap masalah tersebut, serta mengembangkan suatu rencana untuk menanganinya.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, koalisi manajemen atas dapat meninjau kembali tujuan dan sasaran stratejik jika dianggap perlu. Peninjauan itu diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan dan sasaran organisasi masih sesuai dengan hasil analis SWOT. Jikalau perlu dilakukan penyempurnaan, hal itu harus dilakukan. Jika tidak, dikhawatirkan sasaran yang telah ditetapkan akan terganggu dengan perubahan lingkungan yang tidak diramalkan sebelumnya. 

3. Fase penyelesaian
Fase penyelesaian meliputi peninjauan ulang tujuan dan sasaran jika dianggap perlu, perumusan alternatif-alternatif stratejik, penetapan alternatif terpilih berdasar prioritas, dan pengesahan atas alternatif terpilih. Alternatif terpilih ini sesudah disahkan, menjadi keputusan stratejik, dan itulah strateji organisasi untuk suatu aspek kehidupan  atau aktivitas organisasi tertentu. 

4. Fase implementasi dan evaluasi
Fase implementasi dan evaluasi terdiri dari dua langkah, yaitu implementasi keputusan stratejik dan evaluasi dan kontrol.  Fase implementasi dan evaluasi adalah fase terakhir dalam proses pengambilan keputusan stratejik. Fase ini merupakan bagian terpenting dalam proses manajemen stratejik. Fase implementasi dan evaluasi dilihat sebagai bagian integral dari proses pengambilan keputusan stratejik dengan pertimbangan bahwa keputusan stratejik  baru mempunyai arti bagi  organisasi apabila dilaksanakan dengan baik. 

Dalam tahap ini manajemen sudah harus mempunyai gagasan yang jelas mengenai tingkat perubahan yang diinginkan baik menyangkut struktur organisasi, budaya perusahaan, maupun gaya kepemimpinan. 

Professor Thomas V. Bonoma dari Harvad Business School menyatakan bahwa untuk melakukan tahap ini dengan baik dan berhasil, manajemen perusahaan perlu terbiasa dan membiasakan diri dengan empat jenis keahlian dasar, yaitu: 
a. Kemampuan berinteraksi
Kemampuan ini diekspresikan dengan mampunya manajemen perusahaan berinteraksi dan berempati dengan berbagai perilaku dan sikap orang lain untuk mencapai tujuan.
b. Kemampuan mengalokasi
Kemapuan yang diperlukan untuk menunjang untuk menunjang kemampuan manajemen untuk menjadwalkan tugas-tugas, anggaran, waktu, serta sumber daya-sumber daya lain secara efisien.
c. Kemampuann memonitor
Meliputi penggunaan informasi yang efisien untuk memperbaiki atau menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dalam proses implementasi.
d. Kemampuan mengorganisasikan
Kemampuan untuk menciptakan jaringan atau organisasi informal dalam rangka menyesuaikan diri dengan berbagai masalah yang mungkin terjadi.
Setelah suatu strategi diimplementasikan, tahap berikutnya dalam proses manajemen strategi adalah tahap pengendalian strategi. Pengendalian merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Menurut Stoner dan Freeman, pengendalian adalah proses utuk memastikan bahwa aktivitas keluarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. 

Manajemen biasanya melakukan tindakan pengendalian dengan mengikuti tiga langkah umum berikut ini: 
a. Mengukur kinerja perusahaan
b. Membandingkan hasil pengukuran kinerja perusahaan terhadap standar yang ada
c. Melakukan tindakan perbaikan yang  dianggap perlu untuk memastikan bahwa kejadian yang direncanakan benar-benar terwujud


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwasanya dalam hal penentuan sebuah keputusan harus benar-benar tepat, agar sejalan dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Selain mempercepat sekaligus mempermudah proses pengambilan keputusan, tepatnya penentuan sebuah keputusan juga dapat menghemat sumber daya, baik itu  tenaga, pikiran, maupun waktu.

Untuk menjamin keberhasilan dalam mengimplementasikan sebuah keputusan yang stratejik diperlukan pula skil kepemimpinan yang bermutu. Sestratejik apapun keputusan yang dapat diciptakan/dihasilkan, apabila dalam pengimplementasiannya adalah kurang, maka keputusan yang dikatakan stratejik tidak akan membawa dampak yang signifikan atau yang sejalan dengan tujuan dan sasaran perusahaan.



DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Nana Herdiana. 2013. Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Fahmi,Irham. 2013. Manajemen Pengambilan Keputusan: Teori  dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkieflimansyah. 1996. Manajemen Strategi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta: Grasindo.


Proses Pengambilan Keputusan Stratejik

*Credit:


  • A.A.N
  • A.N.F
0 Komentar untuk "Proses Pengambilan Keputusan Stratejik"

Back To Top