BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan,nilai-nilai dan norma-norma perilakumanusia yang dianggap baik atau tidak baik. Dalam etika masih banyak dijumpai teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan,sifat, atau obyek perilaku yang sama dari sudut pandang yang berlainan. Sebagaimana dikatakan oleh peschke S.V.D.(2003), berbagai teori etika muncul antara lain karena adanya perbedaan perspektif dan penafsiran tentang apa yang menjadi tujuan akhir hidup umat manusia. Disamping itu, sifat teori dalam ilmu etika masih lebih banyak untuk menjelaskan sesuatu, belum sampai pada tahap untuk meramalkan, apalagi untuk mengontrol suatu tindakan atau perilaku.
Banyaknya teori yang berkembang tampak cukup membingungkan. Padahal, sifat teori yang makinsederhana dan makin mengerucut menuju suatu teori tunggal yang mampu menjelaskan suatu gejala secara komprehensif. Justru makin menunjukkan kemapanan disiplin ilmu yang bersangkutan.
2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini diangkat beberapa topik permasalahan yang nantinya akan dibahas. Permasalahannya antara lain: Beberapa bentuk teori etika? Apa hubungannya teori etika dengan hakikat manusia? Seperti apa tantangan ke depannya etika sebagai ilmu?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori –teori Etika Bisnis
1. Etika Teleologi
Berasal dari kata Yunani, telos = tujuan -> Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Contoh: seorang anak kecil yang mencuri demi biaya pengobatan ibunya yang sedang sakit (tidak dinilai baik atau buruk berdasarkan tindakan, melainkan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu. Kalau tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik). Atas dasar ini, dapat dikatakan bahwa etika teleologi lebih situasional, karena tujuan dan akibat suatu tindakan bisa sangat tergantung pada situasi khusus tertentu.Adapun Alirannya adalah:
– Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme -> tindakan setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Egoisme akan menjadi persoalan yang serius ketika cenderung menjadi hedonistis ( ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar)
– Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin “utilis” -> Bermanfaat
Menurut teori ini, suatu tindakan atau perbuatan dikatakan baik jika membawa manfaat, tidak hanya 1 atau 2 orang saja melainkan bermanfaat untuk masyarakat
Dalam rangka pemikirannya, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu tindakan atau perbuatan adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua macam:
a. Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism)
b. Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism)
2. Deontologi
Berasal dari kata Yunani “deon” -> kewajiban. ‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab : "karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang".
Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi:
– Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan kewajiban
– Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik
– Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal
3. Teori Hak: pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
4. Teori Keutamaan ( Virtue): Memandang sikap atau akhlak seseorang.
Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral.
Contoh keutamaan:
a. Kebijaksanaan
b. Keadilan
c. Suka bekerja keras
d. Hidup yang baik
B. Hubungan Teori Etika dengan Hakikat Manusia
Tampaknya sampai saat ini telah muncul beragam paham atau teori etika, dimana masing-masing teori mempunyai pendukung dan penentang yang cukup berpengaruh.
2. Munculnya beragam teori etika karena adanya perbedaan paradigma, pola pikir atau pemahaman tentang hakikat hidup sebagai manusia.
3. Hampir semua teori etika yang ada didasarkan atas paradigma tidak utuh tentang hakikat manusia.
4. Semua teori yang seolah-olah saling bertentangan tersebut sebenarnya tidaklah bertentangan.
5. Teori-teori yang tampak bagikan potongan-potongan terpisah ini dapat dipadukan menjadi satu teori tunggal berdasarkan paradigm hakikat manusia secara utuh.
6. Inti dari etika manusia utuh adalah keseimbangan pada:
• Kepentingan pribadi, kepentingan masyarakat dan kepentingan Tuhan.
• Keseimbangan moral materi (PQ dan IQ), modal sosial (EQ) dan modal spiritual (SQ).
• Kebahagiaan lahir (duniawi), kesejahteraan masyarakat dan kebahgiaan batin surgawi.
• Keseimbangan antara hak (individu) dengan kewajiban kepada masyarakat dan Tuhan
C. Tantangan Kedepan Etika sebagai Ilmu
Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya telah menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Ibarat cerita raja midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya menjadi emas, ternyata ketika keinginan dikabulkan dia tidak semakin senang tetapi justru menjadi sebaliknya. John Naissbitt mengatakan bahwa, era informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi, yang ditandai dengan beberapa Indikator, yaitu;
1) Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat;
2) masyarakat takut dan memuja teknologi;
3) masyarakat mengaburkan antara yang nyata dan yang semu;
4) masyarakat menerima kekerasan sebuah hal yang wajar;
5) masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan;
6) masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.
Naisbitt ingin mengingatkan bahwa, ketika manusia mulai memuja dan menjadikan teknologi sebuah patron tunggal dalam menjalani kehidupan, maka yang sebenarnya terjadi adalah ilmu itu telah kehilangan ruh fundamentalnya, karena Ilmu telah mengeliminir peran manusia dan menjadikan manusia sebagai budaknya. Dengan demikian, Ilmu memerlukan sebuah instrument agar mampu menempatkan ilmu tetap pada tempatnya, dan instrument itu adalah filsafat. filsafat yang kemudian mengembalikan ruh dan tujuan luhur Ilmu, agar Ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan umat manusia. Di samping itu, salah satu tujuan filsafat ilmu adalah mempertegas bahwa Ilmu dan perkembangannya merupakan sebuah instrument, bukan Tujuan. Kemajuan Ilmu seiring perjalanannya, membuat manusia ingin mendapatkan segala apa yang diinginkan. Sehingga, kemajuan ilmu menjadi sebuah komoditas untuk dapat meraih segala keinginanya secara instant.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://rizkiamaliafebriani.wordpress.com/2013/10/08/teori-teori-etika-bisnis/
http://mardianablognew.blogspot.co.id/2015/06/etika-dan-teknologi-tantangan-masa-depan.html
Agus,sukrisno. dan I Cenik Ardana. 2014. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat.
*Sumber: https://www.academia.edu/23493227/MAKALAH_ETIKA_BISNIS_TEORI-TEORI_ETIKA_BISNIS_
Tag :
Etika Bisnis
0 Komentar untuk "Teori Etika dalam Bisnis"