BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak lahir, seorang manusia telah mengenal kelompok sosialnya, yaitu keluarga. Ada perbedaan penting antara anak manusia dengan hewan. Anak hewan seperti ayam begitu menetas mereka berusaha mencari makan sendiri, akan tetapi anak manusia memerlukan pertolongan dan bimbingan dari manusia lain terutama orang tua dan saudara dekat di keluarganya.
Kelompok sosial di luar keluarga akan memengaruhi cara berpikir, sikap, dan berperilaku seseorang setelah bersosialisasi dengan orang lain. Kelompok sosial akan memengaruhi perkembangan kepribadian dan memainkan peranan penting dalam proses sosialisasi seseorang. Kelompok-kelompok sosial timbul karena manusia dengan sesamanya mengadakan hubungan yang langgeng untuk suatu tujuan atau kepentingan bersama. Manusia melalui pengalaman berkelompok dapat menghayati norma-norma budaya, memiliki nilai-nilai, tujuan, perasaan, dan sebagainya.
Karena kehidupan bersama manusia mendapat perwujudannya dalam kelompok-kelompok yang beraneka ragam dan tidak terhitung jumlahnya. Maka dari itu, dalam sosiologi mempelajari kelompok sosial dalam arti bentuk-bentuk kehidupan bersama atau bermasyarakat sangatlah penting.
1.2. Rumusan Masalah
1. Dorongan apa yang menyebabkan manusia ingin hidup dalam kelompok sosial?
2. Apa arti penting hidup berkelompok dalam kelompok sosial?
3. Apa saja tipe-tipe kelompok sosial?
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan maksud untuk membahas tentang dorongan yang menyebabkan terbentuknya kelompok sosial, arti penting hidup berkelompok dalam kelompok sosial, dan tipe-tipe kelompok sosial yang terdapat di dalam masyarakat. Sehingga dengan pembahasan ini diharapkan mahasiswa dapat semakin luas wawasan dan pengetahuannya, yang akan sangat berguna ketika terjun di dalam masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun mengapa manusia harus hidup bermasyrakat? Seperti diketahui manusia pertama, Adam, telah ditakdirkan untuk hidup bersama dengan manusia lain, yaitu istrinya yang bernama Hawa. Banyak cerita tentang manusia yang hidup menyendiri seperti Robinson Crusoe. Akan tetapi, pengarangnya tak dapat membuat suatu penyelesaian tentang hidup seorang diri tadi karena kalau dia mati berarti riwayatnya akan habis pula. Maka, kemudian muncullah tokoh “Friday” sebagai teman Robinson. Walaupun temannya seorang pria juga, hal itu membuktikan bahwa pengarang sudah mempunyai perasaan tentang kehidupan bersama antar manusia. Begitu pula tokoh Tarzan di dalam film. Ia diberi pasangan seorang wanita sebagai teman hidupnya, yang kemudian berketurunan pula, dan seterusnya. Apabila kita membaca cerita-cerita dari dunia watyang, tokoh-tokoh seperti Arjuna yang sering bertapa dan menyendiri akhirnya kembali pada saudara-saudaranya. Bertapa dan menyendiri hanyalah untuk sementara dan bersifat temporer.
Memang apabila manusia dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya seperti hewan, dia tak akan dapat hidup sendiri. Seekor anak ayam, walaupun tanpa induk, mampu mencari makan sendiri; demikian pula hewan-hewan lain seperti kucing, anjing, harimau, gajah dan sebagainya. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya, harus diajar makan, berjalan, bermain-main dan lain sebagainya. Jadi sejak lahir, manusia berhubungan dengan manusia lainnya.
Lagipula, manusia tidak dikaruniai Tuhan dengan alat-alat fisik yang cukup untuk dapat hidup sendiri. Harimau, misalnya, diberi kuku dan gigi yang kuat untuk mencari makan sendiri. Burung diberi sayap untuk dapat terbang jauh; katak diberi alat-alat khusus untuk dapat hidup di darat maupun di air. Akan tetapi manusia tidak demikian, alat-alat fisiknya tak sekuat hewan, tapi ia diberi alat yang sangat ampuh dan istimewa, jauh lebih sempurna daripada alat-alat fisik hewan, yaitu pikiran. Pikiran tadi tak dapat digunakan langsung sebagai alat hidup, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mencari alat-alat materiil yang diperlukan untuk kehidupan.
Hewan-hewan seperti sapi, keledai, kuda, sanggup hidup di udara dingin tanpa pakaian. Manusia tidak mungkin seperti itu, tetapi dengan daya pikirnya, ia menciptakan pakaian untuk melindungi terhadap terik matahari, hujan, dan udara dingin. Dalam menghadapi alam sekeliling, manusia harus hidup berkawan dengan manusia-manusia lain dan pergaulan tadi mndatangkan kepuasan bagi jiwanya. Apabila manusia hidup sendirian, misalnya dalam keadaan terkurung dalam sebuah ruangan yang tertutup sehingga dia tak dapat melihat atau mendengarkan suara orang lain, maka akan terjadi gangguan dalam perkembangan kejiwaannya. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia disebut juga sebagai social animal(hewan sosial); hewan yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama.
Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, agaknya yang paling penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat hubungan-hubungan tadi. Reaksi tersebutlah yang menyebabkan tindakan seseorang menjadi bertambah luas. Misalnya, kalau seseorang menyanyi, dia memerlukan reaksi, entah berwujud pujian atau celaan yang kemudian merupakan dorongan bagi tindakan-tindakan selanjutnya. Di dalam memberikan reaksi tersebut, ada suatu kecenderungan manusia untuk memberikan keserasian-keserasian dengan tindakan orang lain. Mengapa? Karena sejak lahir, manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (yaitu masyarakat)
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya
Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan di atas, manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya. Di dalam menghadapi alam sekelilingnya seperti udara yang dingin, alam yang kejam dan lain sebagainya, manusia menciptakan rumah, pakaian, dan lain-lain. Manusia juga harus makan, agar badannya tetap sehat. Untuk itu, dia dapat mengambil makanan sebagai hasil dari alam sekitarnya, dengan menggunakan akalnya. Di laut, manusia akan menjadi nelayan untuk menangkap ikan; apabila alam sekitarnya hutan, maka manusia akan berburu untuk mencari makanannya. Semuanya itu menimbulkan kelompok-kelompok sosial atau social group di dalam kehidupan manusia ini. Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan diantaranya menyangkut kaitan timbal balik yang saling pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong menolong.
A. Arti Penting Kelompok Sosial dalam Analisis Sosiologi
Konsep kelompok sosial menjadi satuan pokok dalam analisis sosiologis karena sejumlah alasan. Pertama, karena kita mengarahkan bagian terbesar dari hidup kita kepada kelompok-kelompok, mulai dari kelompok yang intim seperti sepasang kekasih dan keluarga sampai ke kelompok yang sangat kompleks semacam birokrasi. Kita mengalami keinginan yang paling kuat untuk “menjadi bagian” dalam hubungannya dengan kelompok-kelompok. Ketakutan yang paling besar dan konflik kita yang paling mendalam juga dalam kelompok. Beberapa macam kelompok merupakan pulau kecil yang bisa merupakan surga, dimana kita diakui dan diterima. Namun juga bisa menjadi penjara yang tak memungkinkan bagi kita untuk melarikan diri. Sementara di lain pihak, terdapat pula kelompok-kelompok yang sangat besar dan kompleks, di mana kita merasa hilang dan tak bermakna di dalamnya.
Kedua, kelompok-kelompok memenuhi banyak kebutuhan manusia, termasuk kebutuhan untuk disetujui dan diterima, perlindungan, dan keamanan serta dukungan terhadap nilai-nilai yang kita anut. Kita menggunakan kelompok acuan/referensi untuk menentukan tentang siapa diri kita serta membangun dan memelihara kepercayaan diri. Kita tumbuh, belajar, memperoleh penghasilan, dan menjalankan ajaran agama kita di dalam kelompok. Melalui kelompok, masyarakat mengatur dan mempertahankan dirinya, mendistribusikan keadilan dan ketidakadilan, menelan kesakitan, dan mendistribusikan ganjaran serta menerapkan hukuman.
Ketiga, kelompok juga merupakan sumber konflik dan sejumlah masalah bagi per orang. Penyiksaan, diskriminasi, penekanan, dan peperangan sering disebabkan oleh interaksi antarkelompok. Keanggotaan kelompok tidaklah gratis, karena setiap kelompok mensyaratkan kesetiaan terhadap budayanya dan keberlangsungan interaksi dengan sesama anggota kelompoknya.
Keempat, kelompok juga menstrukturkan kehidupan sosial dalam cara yang berbeda serta mendukung berbagai macam gagasan kebudayaan. Sifat-sifat sosial berdampak pada cara mereka mencoba mencapai tujuan-tujuan mereka maupun keberhasilannya. Kehidupan sosial berpusat pada kelompok, dan dengan memahami cara kelompok bekerja, kita dapat lebih memahami pengalaman-pengalaman dan perilaku kita sebagai partisipan kehidupan kelompok. Kita juga dapat memahami bagaimana sifat-sifat kelompok berdampak pada kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Kemampuan keluarga dalam menumbuhkembangkan anak-anak, pemerintah dalam memerintah, sistem perasilan dalam mengontrol kejahatan, rumah sakit dalam menyediakan perawatan kesehatan, semua itu penting dalam sosiologi.
Setiap masyarakat terbentuk dari banyak kelompok yang merupakan wadah berlangsungnya interaksi sosial sehari-hari. Kita mencari kelompok untuk membangun persahabatan, memenuhi sejumlah tujuan, dan memenuhi peran sosial yang telah kita terima. Kelompok memainkan bagian penting dalam struktur sosial. Kebanyakan interaksi sosial terjadi di dalam kelompok, dan dipengaruhi oleh norma-norma dan sanksi-sanksi yang dibangun oleh kelompok. Harapan-harapan yang terkait dengan peran sosial termasuk yang terkait dengan kedudukan sebagai kakak, adik dan siswa, amat jelas dalam kelompok.
B. Pengertian Kelompok Sosial
Sejak ada di muka bumi, manusia telah mengalami kehidupan kolektif. Manusia merupakan salah satu makhluk yang hidup bersama dalam suatu kelompok sosial. Kehidupannya diawali dengan hasrat untuk membentuk pola hidup berkeluarga, membentuk guyub dalam suatu struktur masyarakat, dan akhirnya sampai pada pola kehidupan modern semacam “negara” untuk mencapai sasaran akhir, yaitu pemenuhan tujuan hidup.
Akan tetapi timbul suatu pernyataan, apakah setiap himpunan manusia dapat dinamakan kelompok sosial? Untuk itu, diperlukan beberapa persyaratan tertentu, antara lain:
1. Adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan
2. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya
3. Pihak yang berinteraksi mendefinisikan dirinya sendiri dan didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok
4. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. Tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya, dapat pula menjadi faktor pengikat/pemersatu
5. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku
6. Bersistem dan berproses
Istilah kelompok sosial dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu social yang berarti sosial/kemasyarakatan dan groups yang berarti kelompok/golongan.
Ada banyak definisi dari para ahli tentang kelompok sosial, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain secara teratur (Giddens, 1944:185)
Kelompok yang didefinisikan sebagai dua atau lebih orang yang yang saling berinteraksi dengan cara-cara yang terpola, dan dikenali sebagai sebuah kelompok oleh mereka sendiri dan oleh orang lain (Johnson, 1986:93)
Kelompok sosial adalah sebuah kelompok yang mencakup dua atau lebih orang yang memelihara pola-pola hubungan yang stabil/tetap selama rentang waktu tertentu (Stark, 1987:8)
Kelompok adalah kesatuan orang yang memiliki kepentingan bersama dan memiliki beberapa landasan interaksi (Stewart, 1985:41)
Kelompok adalah sejumlah orang yang sama memiliki kesadaran tentang keanggotaan bersama dan interaksi antarmereka (Horton & Hunt, 1984:186)
Kelompok adalah sejumlah orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan (Merton, 1965:285)
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan ciri-ciri suatu kelompok sosial yang merupakan kesatuan yang nyata dan dapat dibedakan anara kelompok satu dan lainnya, mempunyai struktur sosial yang masing-masing anggotanya memiliki status dan peran tertentu, mempunyai nilai-nilai dan harapan-harapan tertentu yang dengan sengaja dan teratur saling berinteraksi/berkomunikasi sesuai norma-norma antar anggotanya.
C. Tipe-Tipe Kelompok Sosial
1. Klasifikasi George Simmel
Seorang sosiolog Jerman, George Simmel mengambil ukuran besar-kecilnya jumlah anggota kelompok, bagaimana individu memengaruhi kelompoknya serta interaksi sosial dalam kelompok tersebut. Dalam analisisnya, Simmel mulai dengan bentuk terkecil yang terdiri dari satu orang sebagai fokus hubungan sosial yang dinamakannya monad. Kemudian monad dikembangkan dengan kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang yaitu diad dan triad dan kelompok kecil lainnya.
Simmel menelaah kelompok-kelompok yang lebih besar yaitu kelompok yang anggotanya lebih besar dan saling kenal seperti keluarga, RT, RW, dan desa. Berkembang pula menjadi kelompok sosial yang lebih luas seperti kota, korporasi, dan negara dimana anggotanya tidak memiliki hubungan yang erat. Analisis tersebut kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Leopold von Wiese dan Howard Becker.
2. Klasifikasi Emile Durkheim
Durkheim membagi kelompok sosial menjadi dua tipe yaitu kelompok sosial yang didasarkan pada solidaritas mekanik dan kelompok sosial yang didasarkan pada solidaritas organik.
Solidaritas mekanik merupakan ciri dari masyarakat yang masih sederhana dan belum mengenal pembagian kerja. Yang diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap. Seluruh kegiatan warga masyarakat diikat oleh apa yang disebut “kesadaran kolektif” yaitu suatu kesadaran bersama yang mencakup seluruh kepercayaan dan perasan kelompok, berada di luar warga dan bersifat memaksa. Hukum yang dominan adalah hukum pidana, untuk mengembalikan kondisi tidak seimbang akibat perilaku menyimpang. Sanksi terhadap pelanggar bersifat represif (hukum pidana).
Solidaritas organik merupakan solidaritas yang terdapat dalam masyarakat yang telah mengenal pembagian kerja, saling ketergantungan antar warga masyarakat tinggi. Ikatan bersama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi kesadaran kolektif, melainkan kesepakatan yang terjalin di antara berbagai profesi. Hukum yang menonjol adalah hukum perdata. Sanksi terhadap pelanggaran bersifat restitutif (si pelanggar harus membayar ganti rugi kepada yang dirugikan untuk mengembalikan keseimbangan yang telah dilanggar).
3. Klasifikasi Charles Horton Cooley & Ellsworth Farris
Menurut CH Cooley membagi kelompok dalam masyarakat menjadi kelompok primer. Kelompok primer ditandai dengan pergaulan dan kerjasama tatap muka yang inti, jumlahnya kecil, saling mengenal dan memiliki solidaritas yang kuat. Misalnya keluarga, teman bermain masa kecil, rukun warga, kerabat, dan komunitas orang dewasa.
Sedangkan menurut Ellsworth Farris di dalam masyarakat ada kelompok sekunder yang bersifat formal, tidak pribadi, berciri kelembagaan, pola hubungan bersifat kontraktual. Misalnya perkumpulan partai politik, koperasi, dan sebagainya
4. Klasifikasi Soerjono Soekanto
A. Kelompok Sosial Teratur
1. In-Group – Out-Group
Dalam proses sosialisasi (socialization), orang mendapatkan pengetahuan antara “kami-nya” dengan “mereka-nya”. Dan kepentingan suatu kelompok sosial serta sikap-sikap yang mendukungnya terwujud dalam pembedaan kelompok-kelompok sosial tersebut yang dibuat oleh individu. Kelompok sosial merupakan tempat dimana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai “in-groupnya”. Sikap-sikap in-group pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok. Sedangkan sikap out-group selalu ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati
Perasaan in-group dan out-group atau perasaan dalam serta luar kelompok dapat merupakan dasar suatu sikap yang dinamakan etnosentrisme. Yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbaik dibanding dengan kelompok lainnya.
2. Formal Group – Informal Group
Kelompok formal adalah kelompok sosial yang mempunyai peraturan-peraturan tegas dan diciptakan dengan sengaja oleh para anggotanya untuk mengatur hubungan antar mereka sendiri. Formal grup lebih dikenal dengan istilah organisasi atau asosiasi.
Organisasi adalah perkumpulan besar yang bekerja berdasarkan garis komando yang impersonal dan dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu (Giddens, 286). Pada masa lalu kebanyakan lembaga tradisional berkembang melalui masa yang panjang sebagai hasil adat dan kebiasaan. Di lain pihak kebanyakan organisasi dirancang dengan sengaja, yaitu dibangun dengan tujuan yang jelas, mempunyai bangunan yang secara khusus diperuntukkan sebaga tempat bekerja.
Dewasa ini secara umum, terdapat beberapa jenis organisasi di masyarakat, yaitu:
a. Organisasi Utilitarian; adalah organisasi yang menyediakan imbalan materi pada anggotanya. Sebuah perusahaan besar misalnya menghasilkan laba atau keuntungan bagi pemiliknya dan sekaligus penghasilan dalam bentuk gaji dan upah bagi para pegawainya.
b. Organisasi Normatif; dibentuk untuk mewujudkan tujuan-tujuan moral yang secara normatif dianggap baik oleh para anggotanya. Kadang disebut sebagai perkumpulan sukarela, seperti organisasi keagamaan atau beberapa jenis LSM. Fungsinya sebagai penyaluran minat pribadi dan program pelayanan sosial maupun politik.
c. Organisasi pemaksa; berfungsi untuk melaksanakan wewenang pemaksaan pada para anggotanya. Organisasi ini berbeda dengan yang lain karena keanggotaannya tidak bersifat sukarela melainkan seseorang justru dipaksa. Contohnya adalah penjara dan rumah sakit jiwa. Organisasi ini mempunyai bentuk fisik yang khusus, seperti bangunan gedung yang rapat, pintu yang selalu terkunci, jendela yang diteralis, dan selalu dijaga oleh petugas keamanan
Sedangkan kelompok informal, adalah kelompok sosial yang tidak mempunyai struktur organisasi yang pasti sehingga dalam informal group tidak ada peraturan tertulis. Pada umumnya terbentuk karena adanya pertemuan yang berulang-ulang sehingga menjadi media pertemuan berbagai kepentingan ataupun pengalaman yang sama. Contohnya klik (kelompok kecil) dan kelompok pertemanan.
3. Primary Group – Secondary Group
Ukuran Perbedaan Kelompok Primer Kelompok Sekunder
Kondisi-Kondisi Fisik Ukuran Kepastian Ukuran Jarak
Kelompok Kecil Kelompok Besar
Jangka Panjang Jangka Pendek
Sifat-Sifat Sosial Adanya tujuan-tujuan yang sama Adanya ketidakseimbangan tujuan
Terdapat penilaian hubungan yang murni Penilaian hubungan antaranggota tidak penting
Termasuk pengetahuan tentang orang lain Adanya spesialisasi dan pembatasan pengetahuan
Terdapat kebebasan dan spontanitas Adanya pembatasan yang bersifat eksternal
Pengawasan informal Pengawasan formal
Contoh Hubungan Teman-teman Juru tulis – langganan
Suami – istri Penyiar – pendengar
Orang tua – anak Pengarang – pembaca
Guru – murid Pemain – penonton
Contoh Kelompok Kelompok Bermain Bangsa
Keluarga Hierarki Pendeta
Desa/RT Organisasi Profesional
Kelompok Kerja Korporasi
4. Gemeinschaft – Gesselschaft
Ferdinand Tonnied melihat membagi kelompok sosial berdasarkan sifat dari hubungan-hubungan positif antar manusia, yaitu Gemeinschaft (paguyuban) dan Gesselschaft (patembayan).
Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah dan kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis, sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan lain sebagainya.
Sebaliknya, patembayan merupakan ikatan klahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk patembayan terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal-balik, misalnya ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industri, dan lain sebagainya.
Oleh Tonnies dikatakan bahwa suatu paguyuban (gemeinschaft) mempunyai beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut:
Intimate, yaitu hubungan menyeluruh yang mesra
Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa orang saja
Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita saja” dan tidak untuk orang lain di luar “kita”
Tiga tipe paguyuban, yaitu sebagai berikut:
Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood) yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contohnya keluarga, kelompok kekerabatan.
Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place) terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong, contohnya RT, RW, dan arisan.
Paguyuban karenna jiwa-pikiran (gemeinschaft of mind) yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tak mempunyai hubungan darah atau tempat tinggal yang sama, tetapi memiliki jiwa dan pikiran ataupun idelogi yang sama. Ikatannya tidaklah sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.
5. Membership Group – Reference Group
Kelompok anggota adalah suatu kelompok sosial dimana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut, atau bisa juga diartikan sebagai suatu kelompok sosial yang para anggotanya tercatat secara fisik. Sedangkan kelompok acuan adalah kelompok sosial yang menjadi acuan dalam berperilaku maupun mengembangkan kepribadian para individu yang tidak tercatat secara fisik dalam keanggotaan kelompok tersebut.
Kelompok acuan sendiri memiliki dua tipe umum, yakni:
Tipe normatif yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang
Tipe perbandingan yang merupakan pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya
6. Kelompok Okupasional – Kelompok Volunteer
Dengan semakin berkembangnya masyarakat, pengkhusususan atau spesialisasi dikembangkan secara ilmiah dan dipusatkan pada lembaga-lembaga pendidikan tertentu. Mereka yang telah menjalankan pendidikan pada lembaga-lembaga tersebut menjadi orang-orang yang sangat terampil dan menguasai ilmu yang dipelajarinya sehingga dapat membantu masyarakat. Oleh karena itu, muncullah kelompok profesi yang terdiri dari kalangan profesional yang seolah-olah mempunyai monopoli terhadap bidang tertentu. Kelompok inilah yang disebut dengan kelompok okupasional. Contohnya kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter indonesia, dan lain-lain.
Sementara dengan berkembangnya komunikasi dalam arti luas secara cepat, praktis tak ada masyarakat yang tertutup terhadap dunia luar. Salah satu akibatnya adalah bahwa ruang jangkauan suatu masyarakat semakin meluas. Meluasnya ruang jangkauan masyarakat mengakibatkan semakin heterogennya masyarakat tersebut. Dengan berkembangnya masyarakat, tidak semua kepentingan individual warga masyarakat dapat dipenuhi secara mantap. Salah satu akibat dari tidak terpenuhinya kepentingan-kepentingan itu, baik yang bersifat material maupun spiritual, adalah munculnya kelompok volunteer yaitu kelompok orang-orang yang memiliki kepentingan sama, namun tidak mendapat perhatian masyarakat. Melalui kelompok ini diharapkan akan dapat memenuhi kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum.
B. Kelompok Sosial Tidak Teratur
1. Kerumunan
Menurut Kingsley Davis, bentuk-bentuk kerumunan adalah sebagai berikut:
Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial
a. Formal audiences; adalah khalayak penonton yang formal. Jenis kerumunan tersebut biasanya memiliki tujuan yang sama dan bersifat pasif.
b. Planned and expressive; adalah kerumunan yang telah direncanakan. Fungsinya sebagai penyalur ketegangan sehari-hari. Misalnya kumpulan orang yang berpesta dan berdansa.
Casual Crowd merupakan kerumunan yang bersifat sementara
a. Inconvenient Aggregation (kerumunan yang tidak menyenangkan) adalah kerumunan yang ingin menggunakan fasilitas yang sama. Contohnya antrean karcis dan penunggu kendaraan umum di stasiun.
b. Panic Crowd (kerumunan orang-orang yang sedang panik) adalah kerumunan orang-orang yang sedang berusaha bersama-sama menyelamatkan diri dari suatu bahaya.
c. Spectator Crowd (kerumunan penonton) adalah kerumunan orang-orang yang ingin melihat suatu kejadian yang tidak direncanakan seperti kecelaakaan di jalan raya.
Lawless crowd adalah kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum.
a. Acting Mobs; kerumunan yang bertindak emosional untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik dan melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
b. Immoral Crowds; kerumunan yang bertentangan dengan norma-norma dalam masyarakat. Contohnya sekelompok pemuda yang mabuk-mabukan.
2. Publik
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi seperti misalnya pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, radio, televisi, film, dan lain sebagainya. Alat-alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu publik mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan tetapi, karena jumlahnya sangat besar, tak ada pusat perhatian yang tajam sehingga kesatuan juga tidak ada.
Setiap aksi publik diprakarsai oleh keinginan individual (misalnya pemungutan suara dalam pemilu), dan ternyata individu-individu dalam suatu publik masih mempunyai kesadaran akan kedudukan sosial yang sesungguhnya dan juga masih lebih mementingkan kepentingan-kepentingan pribadi daripada mereka yang tergabung dalam kerumunan. Dengan demikian, tingkah laku pribadi kelakuan publik didasarkan pada tingkah laku atau perilaku individu. Untuk memudahkan mengumpulkan publik tersebut, digunakan cara-cara dengan menggandengkan nilai-nilai sosial atau tradisi masyarakat bersangkutan, atau dengan menyiarkan pemberitaan, baik yang benar maupun yang palsu sifatnya.
D. Hubungan Antar Kelompok Sosial dalam Masyarakat
Hubungan antar kelompok sosial dapat dilihat dari beberapa dimensi sebagai berikut:
1. Dimensi Sejarah
Hubungan antar kelompok dalam dimensi sejarah diarahkan pada pemahaman tumbuh dan berkembangnya hubungan antar kelompok. Hal ini terkait dengan stratifikasi etnis, jenis kelamin, dan usia. Stratifikasi etnis menurut Noel terjadi apabila terdapat tiga syarat, yaitu etnosentrisme, persaingan, dan perbedaan kekuasaan. Contohnya, kontrak kelompok hitam dan kelompok putih pada masa apartheid. Hal ini terjadi karena etnosentrisme pada kelompok putih, adanya persaingan di bidang ekonomi dan adanya kekuasaan yang lebih besar pada kelompok putih. Stratifikasi usia terkait dengan kekuasaan, hak istimewa dan prestise yang dimilki individu sejak mulai beranjak dewasa hingga menjelang tua. Stratifikasi jenis kelamin terkait dengan industrialisasi dan pembagian kerja pada masyarakat tradisional.
2. Dimensi Sikap
Dalam hubungan antar kelompok sosial sering muncul prasangka (prejudice) dan stereotip (stereotype). Prasangka mderupakan sikap bermusuhan yang ditunjukkan pada suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan. Sedangkan stereotip sendiri adalah citra yang kaku mengenai kelompok ras atau budaya yang dianut tanpa memperhatikan citra tersebut bersifat positif ataupun negatif. Misalnya, perempuan memiliki sifat keibuan, penyayang, dan lembut (stereotip positif). Sedangkan orang miskin memiliki sifat bodoh, kotor, dan tidak berbudaya (stereotip negatif).
3. Dimensi Institusi
Dimensi institusi dalam hubungan antar kelompok dapat berupa institusi politik maupun ekonomi. Maksudnya hubungan antar kelompok dapat bersifat birokratis saja tanpa hubungan yang lebih personal. Contohnya, seorang petugas administrasi tidak perlu mengenai baik orang-orang yang dilayaninya, hubungan yang terjadi antar mereka tak lebih dari hubungan administrasi saja.
4. Dimensi Gerak Sosial
Hubungan antar kelompok sering melibatkan gerakan sosial, baik yang diprakarsai oleh pihak yang menginginkan perubahan maupun pihak yang mempertahankan keadaan. Contohnya, gerakan perempuan menentang KDRT maupun gerakan perempuan konservatif yang mempertahankan peran perempuan sesuai tradisi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok sosial diciptakan oleh anggota masyarakat untuk masyarakat itu sendiri dengan berbagai jenis atau tipe sesuai tujuan atau keperluan diciptakannya kelompok itu sendiri. Dimana kelompok sosial berperan dalam membentuk kepribadian dan memengaruhi perilaku para anggotanya.
3.2. Kritik dan Saran
• Sebagai manusia yang selalu terlibat dalam kelompok sosial kita sebaiknya mengikuti nilai-nilai atau norma-norma yang diberlakukan dalam kelompok kita
• Dinamika kelompok sosial yang selalu berubah-ubah membuat kita harus selalu mengambil yang positif dan menjauhi yang negatif dari suatu kelompok sosial
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2012
Wiranata, I Gede A.B. Antropologi Budaya. Bandung: PT. Citra Adhya Bhakti, 2011
Suteng, Bambang & Saptono. Sosiologi SMA Jilid 2. Jakarta: PT. Phibeta Aneka Gama, 2007
Aryani, Nugraheni. Kupas Tuntas 1001 Soal Sosiologi SMA. Jakarta: Pustaka Widyatama, 2012
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2004
*Sumber: https://www.academia.edu/20325125/Kelompok_Sosial_dalam_Kehidupan_Bermasyarakat
0 Komentar untuk "Kelompok Sosial dalam Kehidupan Masyarakat"