BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai mahasiswa program sarjana ilmu kesejahteraan sosial, sudah selayaknya para mahasiswa mengetahui bahwa manusia adalah makhluk yang harus dipelajari mulai dari interaksi antara faktor biologis, psikologis, dan sosial dalam upaya memahami proses penyakit dan sakitnya seseorang yang memandang pikiran (Biopsikososial), guna mendukung pengembangan usaha-usaha kesejahteraan sosial. Bermula dari hal tersebut kita harus mempelajari ilmu psikologi walaupun materi yang kita dapat tidak sedalam mahasiswa psikologi, bahkan hanya sebagian kecil saja. Dalam praktiknya sarjana ilmu kesejahteraan sosial berinteraksi dengan individu dan masyarakat baik secara langsung (Direct) maupun tidak langsung (Indirect).
Terlebih lagi dalam konteks praktisi sosial sebagai pekerja sosial yang sering dibatasi ruang lingkupnya dalam level mikro dan mezzo yang harus bertatap muka secara langsung dengan klien. Banyaknya klien yang harus kita hadapi dengan kondisi psikologis yang berbeda-beda membuat materi psikologi wajib dikuasai agar program atau solusi yang kiat berikan dapat berhasil secara tepat guna. Selain itu pekerja sosial juga wajib memperhatikan nilai dan prinsip ilmu kesejahteraan sosial yang akan sangat menunjang kelancaran pelaksanaan program sehingga tidak merugikan pihak pemberi layanan maupun klien. Pada awalnya layanan sosial yang ada berasal dari kaum agamis dan bersifat charity atau sukarela. Pada perkembangannya didirikan sekolah untuk menjadi pekerja sosial yang pertama di negara Inggris. Semakin banyak dan luasnya cakupan masalah yang ada di masyarakat mendorong berkembangnya pekerjaan sosial ke arah ilmu kesejahteraan sosial. Hal ini berarti ada keterkaitan yang erat antara psikologi, pekerjaan sosial dan ilmu kesejahteraan sosial.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa definisi atau pengertian dari Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial?
2. Bagaimana hubungan antara Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Psikologi, Pekerjaan Sosial Dan Ilmu Kesejahteraan Sosial
2.1.1 Pengertian Psikologi
Kata psikologi berasal dari dua kata yaitu psyche (jiwa) dan logos (ilmu) yang oleh banyak pihak dimaknai secara berbeda-beda. Berikut ini terdapat beberapa definisi psikologi menurut beberapa ahli :
• Garden Murphy
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
• Morga, King, Weisz dan Schopler
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan, di dalamnya termasuk aplikasi ilmu tersebut terhadap masalah yang dihadapi manusia (human problems).
• Henry L. Roediger
Psikologi adalah studi yang sistematis mengenai tingkah laku dan kehidupan mental (mental life).
• Clifford Morgan
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
• Edwin G. Boring
Psikologi adalah studi tentang hakikat manusia.
• Sarlito Wirawan
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dan lingkungan.
Dari definisi menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa psikologi secara umum mempelajari tingkah laku manusia dan hewan yang terkait dengan lingkungannya serta aplikasinya terhadap masalah yang dihadapi manusia.
2.1.2 Pengertian Pekerjaan Sosial
Berikut ini adalah beberapa definisi pekerjaan sosial menurut para ahli:
• Allen Pincus dan Anne Minahan
Pekerjaan sosial berurusan dengan interaksi antara orang-orang dan lingkungan sosial, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupannya, mengurangi ketegangan, dan mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka.
• Max Siporin
Pekerjaan sosial didefinisikan sebagai metode institusi sosial untuk membantu orang-orang guna mencegah dan menyelesaikan masalah sosial dengan cara memperbaiki dan meningkatkan keberfungsian sosialnya.
• Walter A. Friedlander dan Robert Z. Apte
Pekerjaan sosial adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah guna membantu individu, kelompok, maupun masyarakat agar tercapainya kepuasan pribadi dan sosial serta kebebasan.
• Charles Zastrow
Pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional untuk membantu individu, kelompok atau komunitas guna meningkatkan atau memperbaiki kapasitasnya untuk berfungsi sosial dan menciptakan kondisi masyarakat guna mencapai tujuan-tujuannya.
• Leonora Scrafica-deGuzman.
Pekerjaan sosial adalah profesi yang bidang utamanya berkecimpung dalam kegiatan pelayanan sosial yang terorganisasi, dimana tujuannya untuk memfasilitasi dan memperkuat relasi dalam penyesuaian diri secara timbal balik dan saling menguntungkan antar individu dengan lingkungan sosialnya, melalui penggunaan metode-metode pekerjaan sosial.
Pekerjaan sosial merupakan sebuah profesi baru yang muncul pada awal abad ke 20, tetapi sudah timbul sejak timbulnya revolusi industri. Pekerjaan sosial merupakan sebuah profesi yang berusaha untuk menyatukan berbagai bidang ilmu ataupun spesialisasi dari berbagai lapangan praktek. Masalah-masalah yang dihadapi pekerjaan sosial erat kaitannya dengan masalah fungsi sosial, yaitu kemampuan seseorang untuk menjalankan peranan berdasarkan status yang ia miliki sesuai dengan harapan masyarakat atau lingkungannya. Pada intinya, pekerjaan sosial merupakan sebuah profesi yang secara langsung atau tidak langsung membantu individu, kelompok ataupun masyarakat dalam memfungsikan kembali peranan yang ia atau mereka miliki. Menurut Thelma Lee Mendoza disfungsi sosial dapat terjadi karena:
• Ketidakmampuan individu ataupun patologi yang membuat seseorang sulit menjalankan tuntutan lingkungannya,
• Ketidakmampuan lingkungan yang di bawah kemampuan individu untuk menyesuakan diri,serta
• Ketidakmampuan personal dan situasional.
Disfungsi sosial tersebut dapat diatasi dengan tiga bentuk intervensi, yaitu:
• Intervensi yang dilakukan melalui individu,
• Intervensi yang dilakukan melalui situasi atau lingkungannya melalui penyediaan fasilitas dan pelayanan, serta,
• Intervensi melalui individu dan juga lingkungannya.
Jika dilihat dari hal di atas maka pekerjaan sosial mencakup area yang tidak terlalu luas yaitu pada area mikro dan mezzo walaupun juga mencakup sedikit area makro tetapi tidak lebih banyak dari ilmu kesejahteran sosial, dengan kata lain pekerjaan sosial berada dalam cakupan ilmu kesejahteraan sosial.
2.1.3 Pengertian Ilmu Kesejahteraan Sosial
Jika kita berbicara mengenai ilmu kesejahteraan sosial maka awalnya kita harus berbicara mengenai kesejahteraan sosial itu sendiri. Di bawah ini ada beberapa definisi kesejahteraan sosial menurut beberapa ahli.
• Gertrude Wilson
Kesejahteraan sosial merupakan perhatian yang terorganisir dari semua orang untuk semua orang.
• Walter Friedlander
Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dari institusi dan pelayanan sosial yang dirancang untuk membantu individu atau kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih baik.
• Elizabeth Wickenden
Kesejahteraan sosial termasuk di dalamnya peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat.
1. Pre-conference working committee for the XVth International Conference of Social Welfare
“Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup mayarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup kebijakan dan pelayanan yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan pendidikan, rekreasi, tradisi budaya, dan lain sebagainya”.
Definisi di atas mengandung pengertian bahwa kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia manusia, baik itu di bidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi dan spiritual. Selain itu kesejahteran sosial dianalogikan sebagai kesehatan jiwa yang dapat dilihat dari empat sudut pandang yaitu sebagai keadaan, ilmu , kegiatan, dan gerakan.
Dalam kaitannya kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu, ilmu kesejahteraan sosial diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha mengembangkan metodologi (termasuk aspek strategi dan teknik) untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik di tingkat individu, kelompok, keluarga, maupun masyarakat (baik lokal, regional maupun internasional).
Munculnya ilmu kesejahteraan sosial tidak bisa dilepaskan dari kajian sejarah pekerjaan sosial sebagai cikal bakal adanya ilmu kesejahteraan sosial. Pekerjaan sosial yang berawal dari praktik-praktik para relawan mempunyai sekolah khusus untuk pertama kalinya yang diprakarsai oleh Marry Richmond. Selanjutnya dengan meluasnya masalah-masalah sosial yang timbul maka perlu adanya kajian yang lebih luas dibandingkan kajian dalam pekerjaan sosial sehingga muncullah ilmu kesejahteraan sosial yang menggabungkan berbagai ilmu yang lebih banyak daripada pekerjaan sosial. Seperti sudah dikatakan di atas bahwa ilmu kesejahteraan sosial juga mencakup penyelesaian masalah internasional yang berupa kebijakan dan peraturan perundangan.
2.2 Hubungan Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Pekerjaan sosial merupakan sebuah profesi yang berusaha untuk menyatukan berbagai bidang ilmu ataupun spesialisasi dari berbagai lapangan praktek. Masalah-masalah yang dihadapi pekerjaan sosial erat kaitannya dengan masalah fungsi sosial, yaitu kemampuan seseorang untuk menjalankan peranan berdasarkan status yang ia miliki sesuai dengan harapan masyarakat atau lingkungannya. Pada intinya, pekerjaan sosial merupakan sebuah profesi yang secara langsung atau tidak langsung membantu individu, kelompok ataupun masyarakat dalam memberfungsikan kembali peranan yang ia atau mereka miliki.
Sebagai sebuah ilmu yang memiliki tujuan utama menciptakan masyarakat yang sejahtera, diperlukan adanya suatu usaha kesejahteraan sosial untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Arthur Dunham , untuk mencapai peningkatan kualitas hidup melalui usaha kesejahteraan sosial, dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas hidup di bidang kehidupan anak dan keluarga, bidang kesehatan, kemampuan adaptasi dengan lingkungan sosial, pemanfaatan waktu luang, dll.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat bahwa usaha kesejahteraan sosial harus memperhatikan berbagai unsur dari kehidupan sosial manusia, yaitu individu, kelompok, komunitas, ataupun unit sosial yang lebih luas.
Ilmu pekerjaan sosial sendiri pada intinya merupakan himpunan bagian dari ilmu kesejahteraan sosial, atau dapat pula dikatakan bahwa ilmu kesejahteraan sosial adalah perluasan dari ilmu pekerjaan sosial.
Ilmu pekerjaan sosial lebih memusatkan pada tiga metode pekerjaan sosial yang konvensional, yaitu bimbingan sosial perseorangan, bimbingan sosial kelompok, serta pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Sedangkan ilmu kesejahteraan sosial, selain menggunakan ketiga metode tersebut juga telah memperluas bidang kajiannya dengan bidang yang lebih makro seperti perencanaan kesejahteraan sosial baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional dan penelitian kesejahteraan sosial.
Dalam hal keterkaitan dengan bidang studi psikologi, pembahasan mengenai keterkaitan pekerjaan sosial dan ilmu kesejahteraan sosial akan lebih dekat bila dilihat pada tingkat mikro. Keterkaitannya lebih banyak terlihat dalam hubungan dengan ketiga metode pekerjaan sosial yang konvensional diatas.
Buku Applied Psychology For Social Workers yang dikarang Paula Nicolson dan Rowan Bayne (Isbandi R. Adi, 1994) mencoba mendeskripsikan, mengapa psikologi diajarkan pada para mahasiswa pekerjaan sosial, dan menyimpulkan area-area utama psikologi diterapkan pada bidang praktek kesejahteraan sosial. Pada awal perkembangannya, pekerjaan sosial butuh untuk menguatkan kerangka teoritis dan kebutuhan untuk mendefinisikan batasan serta cakupan praktek pekerjaan sosial telah menjadi sumber perdebatan utama. Hal ini terlihat pada kursus Certificate of Qualification in Social Work (CQSW) yang dikembangkan untuk melatih tenaga professional yang baru dan diusulkan untuk melengkapi para mahasiswa agar dapat menangani permasalahan sosial yang mempengaruhi berbagai macam kelompok klien. Secara umum tujuan pelatihan pekerja sosial tersebut mengkonsentrasikan diri pada tiga bidang dibawah ini:
1. Membuat pekerja sosial mampu memahami konteks sosial dan politik dari pekerjaannya.
2. Memberikan keterampilan untuk melakukan penilaian dan keterampilan untuk melakukan terapi.
3. Mempertimbangkan pengetahuan teoritis mengenai perkembangan manusia, interkasi sosial, dan luas lingkup disiplin profesionalnya sendiri serta displin professional lain.
Dalam melaksanakan pekerjaan sosial juga dibutuhkan ilmu Psikologi karena dapat memberikan sumbangan dalam mencapai pemahaman pada :
1. Isu-isu praktis dan teoritis mengenai keterampilan wawancara, keterampilan melakukan penilaian, dan ketrampilan melakukan terapi.
2. Perkembangan dan interkasi manusia.
3. Ruang lingkup psikologi terapan yang mendukung pekerjaan soisal dan berbagai layanan kesejahteraan lainnya.
Pada tahun 1950-an terjadi perluasan dalam praktik pekerjaan sosial yang bergerak ke arah pelatihan professional pada pekerja sosial di bidang psikiatri yang merupakan kelompok paling professional dan mempunyai otonomi yang kuat diantara para pekerja sosial. Dalam sejarahnya, mereka mendapat landasan teoritis dari para ahli terapi dan pekerja sosial di Amerika yang berorientasi pada aspek psikodinamik. Mereka mengembangkan metode intervensi yang dikenal dengan nama social case work. Metode ini fleksibel dalam menempatkan kerangka pemahaman mengenai konteks sosial dan psikologi dari permasalahan klien dan dapat beradaptasi dengan perubahan alur teori pekerjaan sosial karena metode ini merupakan kerangka teoritis pertama yang mnedukung berkembang pekerjaan sosial sebagai suatu profesi. Dampaknya psikologi disamakan dengan teori psikodinamik.
Dua alasan utama pendekatan ini diadaptasi oleh profesi pekerjaan sosial:
1. Teori psikodinamika secara jelas mengarah pada pemahaman proses emosional dan psikologis yang terjadi pada kehidupan individu dan saat mereka berinteraksi.
2. Alur psikologi secara keseluruhan tidak menunjukkan minat secara utuh dalam memberikan sumbangan terhadap pembentukan teori pekerjaan sosial atau pelatihan pekerjaan sosial.
Menurut Kurt Lewin dan Sigmund Freud pandangan dasar dari teori psikodinamika umumnya menggambarkan adanya kekuatan yang mempengaruhi dinamika perilaku seseorang. Perbedaan yang mendasar dari pandangan Lewin dan Freud terlihat dari kekuatan yang mendorong perilaku seseorang. Freud lebih memfokuskan pada aspek dalam diri seseorang sedangkan lewin lebih menekankan kekuatan dari luar diri seseorang yang mempunyai nilai positif dan negatif terhadap individu walaupun lewin mengakui adanya dinamika dalam diri individu akibat kekuatan dari unsur yang dalam diri individu.
Walaupun pada awalnya bidang pekerjaan sosial (terutama intervensi mikro) lebih terfokus pada pandangan psikodinamika, dalam pertimbangannya pendekatan psikologi yang lain mulai mendapat perhatian dari bidang pekerjaan sosial maupun ilmu kesejahteraan sosial dalam upaya mengembangkan bidang pekerjaan sosial secara lebih utuh. Menurut Paula Nicolson dan Rowan Bayne, pendekatan psikologi yang dapat diterapkan dibidang pekerjaan sosial adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan yang berkaitan dengan kemampuan menjalin hubungan dengan individu, kelompok, atapun individu dalam kelompok.
2. Pendekatan yang terkait dengan isu perkembangan, hubungan antar individu, maupun kehidupan sosial yang terkait dengan relasi antara pekerja sosial dengan klien
3. Pemahaman tentang konteks dalam pekerjaan sosial di tingkat mikro maupun makro.
Selain itu materi psikologi memberikan sumbangan bagi penelitian di bidang kesejahteraan sosial berupa metode kualitatif dan kuantitatif untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Hal ini berarti memberikan alternatif dan variasi tambahan dibandingkan dengan masukan dari disiplin kesehatan masyarakat, sosiologi, maupun antropologi. Psikologi juga membantu pengembangan kemampuan organisasi dan administrasi lembaga kesejahteraan sosial serta kepemimpinan dalam lembaga nirlaba.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Psikologi, pekerja sosial dan ilmu kesejahteraan sosial memiliki hubungan yang sangat erat. Hal tersebut disebabkan karena psikologi merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dipelajari oleh pekerja sosial dan ilmu kesejahteraan sosial dalam praktek menyelesaikan masalah-masalah sosial. Selain itu, dengan ilmu psikologi kita dapat lebih memahami kepribadian dan tingkah laku klien sehingga kita dapat memecahkan suatu masalah yang ada pada diri klien dan menyelesaikan masalah tersebut dengan sudut pandang yang berbeda, yaitu kepribadian klien dan masalah yang sedang dihadapi. Psikologi tidak hanya pada aspek kerangka berpikir, tetapi juga pada aspek metodologi, tetapi psikologi juga memberikan dasar keterampilan untuk menjalin hubungan dengan kelompok sasaran, baik pada level individu, keluarga maupun kelompok. Memberikan pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan individu, keluarga dan kelompok yang nantinya dapat dimanfaatkan baik untuk intervensi mikro maupun mezzo.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi R. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial : Dasar-dasar Pemikiran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Adi, Isbandi R. 2005. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Jakarta: FISIP UI Pers
Definisi Pekerjaan sosial, Internet: http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script.php/read/definisi-pekerjaan-sosial/, diakses pada 16 Februari 2008
*Sumber: https://www.academia.edu/4838170/Hubungan_Pekerja_Sosial_kesejahteraan_Sosial_and_Psikologi
Tag :
Psikologi Pendidikan,
Sosiologi
0 Komentar untuk "Hubungan Pekerja Sosial, Kesejahteraan Sosial dan Psikologi"