BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi barang, menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan kelangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi. Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas melakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara. Dalam berbagai paparan teoritis, kolonialisme, imperialisme, kapitalisme, dan globalisasi merupakan fenomena-fenomena yang terkait
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kapitalis ?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan Kapitalisme di dunia ?
3. Bagaimanakah implementasi sistem kapitalis secara Global ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kapitalisme
Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi yang aset-aset produktif dan atau faktor-faktor produksinya sebagian besar dimiliki oleh sektor individu/swasta. Menurut Milton H. Spencer, penulis buku Contemporary Economics (1977), kapitalis merupakan sistem organisasi ekonomi yang dicirikan oleh hak milik individu (private ownership) atas alat-alat produksi dan distribusi dan pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang kompetitif.
Pada sistem ekonomi ini terdapat keleluasaan bagi perorangan untuk memiliki sumber daya, seperti kompetisi antar individu dalam memenuhi kebutuhan hidup, persaingan antar badan usaha dalam mencari keuntungan. Prinsip “Keadilan” yang dianut oleh ekonomi kapitalis adalah setiap orang menerima imbalan berdasarkan prestasi kerjanya. Dalam hal ini campur tangan pemerintah sangat minim, sebab pemerintah berkedudukan sebagai “Pengamat” dan “Pelindung” dalam perekonomian.
Kapitalisme adalah istilah yang dipakai untuk menamai sistem ekonomi yang mendominasi dunia barat. Sistem ini muncul setelah hancurnya sistem feodalisme sekitar abad 16. Pada zaman kuno sistem ini sebenarnya sudah ada namun belum berada dalam sistem seperti sekarang.
Sistem ini mulai muncul kepermukaan ketika meningkatnya perniagaan jarak jauh diantara pusat-pusat kota abad pertengahan dieropa. Lintasan dagang jarak jauh ini berkembanglah semangat kapitalisme disertai peningkatan sistem metodenya. Ketika perniagaan laut mulai berkembang pesat untuk melayani perdagangan jarak jauh maka terbentuk lintasan dagang yang mulai berkembang diakhir abad pertengahan di eropa. Dinamika ini secara tidak langsung menumbuhkan kota-kota pantai dan kota-kota perdagangan dan kota-kota industri. Semakin banyaknya kota-kota industri menyebabkan semakin terdesak sistem pertanian, kegiatan ekonomi pelan-pelan bergerak dibawa dominasi perdagangan dan industri. Peralihan ini berada dibawa arus sistem kapitalisme.
Dibawa sistem ini keputusan yang menyangkut produksi dibuat oleh kelompok bisnis swasta dan diarahkan demi keuntungan pribadi. Para pekerja yang tidak memiliki alat produksi oleh keniscahayaan ekonomi dipaksa untuk menawarkan jasa kepada majikan. Hasil tawar menawar ini yang menyangkut upah akan menentukan proporsi dimana produksi total masyarakat akan dibagi antara kelas pekerja dengan kelas wiraswasta kapitalis.
Sistem kapitalis lebih menekankan soal peranan modal, pemilik modal dan cara produksi dalam proses industrialisasi. Warnet Sombart adalah orang pertama yang menggunakan istilah kapitalisme. Istilah ini sebagai konsep fundamental dari suatu sistem pemikiran ekonomi. Sebagai sistem pemikiran dalam bidang ekonomi, kapitalisme ditandai oleh tiga semangat yaitu pemilikan, persaingan dan rasionalitas. Meskipun demikian konsep ini tetap tidak jelas . istilah kapitalisme mengandung banyak versi yang bersumber pada berbagai teori. Karena itu konsep ini lebih di nilai sebagai pemikiran yang berpretensi netral karena sistem ini dilihat sebagai hal empiris. Ia berkembang dalam perjalanan sejarah. Dan dalam perkembangan sistem ini baik ciri maupun bentuknya senantiasa berubah.
Persoalan kapitalisme dan sosialisme barang kali tidak disukai oleh ahli-ahli ekonomi dan penguasa politik. Tetapi bagaimanapun para ahli sejarah ekonomi dan sejarah sosial mempunyai rasa kewajiban untuk memberikan hipotesa tentang dua sistem itu. Warner Sombart dalam karyanya Der Moderne Capitalismus mengukuhkan sistem kapitalis itu sebagai konsep dasar dari suatu sistem pemikiran ekonomi. Disini ia mengungkapkan kapitalisme sebagai suatu sistem, dalam arti tidak dikaitkan dengan konotasi politis, ideology dan konotasi etis yang negative. Sebagai sistem pemikiran, sistem ini ditandai semangat pemilikan, persaingan dan rasionalitas.
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah ini selalu menimbulkan kontradiksi diantara para ahli. Bahkan ada para ahli ekonomi sebelum Warner, tidak menerima istilah ini sebagai konsep pemikiran ekonomi. Istilah sosialimse pun tidak disukai ahli-ahli ekonomi atau para Teknokrat. Namun 2 istilah ini diakui legistimasinya dalam masyarakat. Bagaimanapun 2 istilah ini sangat merangsang pemikiran para ahli untuk melakukan penelitian dan berusaha menghasilkan berbagai hipotesa yang kemudian dibuktikan secara empiris.
Perkembangan kapitalisme pada zaman modern ini sudah sangat berbeda dengan kapitalisme pada awal revolusi inggris. Krisis demi krisis yang di alami kapitalisme, baik bergerak sebagai sistem ekonomi negara maupun sebagai sistem pemikiran sudah merupakan pola perkembangan yang selalu berkembang sesuai pemikiran zaman. Pandangan bahwa kapitalisme sekarang berbeda dengan kapitalisme awal abad 19, sering dikemukakan sebagai argumen untuk mempertahankan sistem ini. Pada awal perkembangan kapitalisme mungkin sengat tidak baik, seperti terungkap kondisi kaum buruh yang dikecam oleh Marx. Namun pada zaman ini perkembangan kapitalisme sudah memperlihatkan perbaikan-perbaikan. Bahkan unsur-unsur sosialisme sudah masuk dalam kapitalisme. Maka tren sekarang adalah kapitalisme campuran. Yakni selain menekan mekanisme pasar dalam kegiatan ekonomi juga prinsip menerapkan prinsip sosialisme.
Kritikan Marx terhadap kapitalisme klasik disebabkan ciri-ciri sistem ini menguntungkan pihak tertentu saja. Roda perekonomian dipegang oleh perusahaan-perusahaan tertentu. Dan dalam kapitalisme klasik ini negara tidak campur tangan kegiatan ekonomi. Negara berperan sebagai pendukung sistem ini. Keadaan inilah yang dikutuk oleh Marx dan ingin menghancurkan sistem kapitalisme dan diganti dengan sosialisme.
Dalam sistem kapitalisme rotasi perekonomian tergantung mekanis pasar. Persoalan-persoalan kegiatan ekonomi dalam sistem kapitalisme modern berbeda dengan kapitalisme klasik. Dalam kapitalisme modern persoalan yang menonjol adalah pertumbuhan pesat konsentrasi industri, internasionalisasi produksi, organisasi negara kapitalis dunia, pertumbuhan pembangunan industri militer, militerisasi ekonomi.
Dengan adanya berbagai krisis dalam sistem ekonomi kapitalis, dapatkah kita mengambil sikap berpaling pada sisem sosialisme? Bila pertanyaan ini ditujukan pada kaum kapitalis maka jawabanya, tidak mungkin !, alasannya, meski kapitalisme itu mengalami erbagai krisis dan persoalan, tetapi dibawa di sistem ini negara-negara kapitalis telah memperlihatkan suatu lompatan pertumbuhan-pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Bahkan ada kecenderungan baru, negara kapitalis itu justru lebih sosialis dari negara sosialis sendiri. Juga dari segi isu politik “sistem ini mengungguli sistem sosialis.
Kemajuan Kapitalisme
Pada tahun 1960-an seolah-olah masyarakat kapitalis lupa akan krisis yang selalu membayangi sistem kapitalisme. Tahun 1970-an krisis itupun tiba keadaan masyarakat kapitalisme pada periode ini ditandai pertumbuhan ekonomi lambat, pengangguran bertambah, inflasi, dan jatuhnya daya beli kaum buruh, ketidakpastian, dan keresahan bahkan ada ramalan krisis ini akan menyebabkan perang dunia ketiga.
Apakah sistem kapitalisme itu akan tetap bertahan? Sebagai kekuatan potensial kapitalisme muncul pada permulaan sejarah umat manusia. Sistem ini bertumbuh dan mengembangkan diri selama berabad-abad. Pada permulaannya ada tanda-tanda yang mengisyaratkan bahwa kehadirannya ditandai bertumbuhnya kota-kota dan bursa-bursa, timbulnya pemusatan kerja, kepadatan penduduk, sirkulasi uang dan perdagangan jarak jauh. Munculnya revolusi industri dengan produktivitas yang tinggi lantas sejarawan mengatakan keadaan itu sebagai munculnya kapitalisme tetapi kapitalisme pada hakikatnya senantiasa dapat dilihat sepanjang waktu. Kapitalisme tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat, ia tidak terlepas dari uang, modal, pemerintah, dan kebudayaan. Persoalan-persoalan ini yang menyebabkan terjadi konflik antara sosialisme dengan kapitalisme. Dua sistem ini bukan lagi persoalan sistem ekonomi tetapi berbicara lebih dari itu. Ia menyangkut ideology, masyarakat dan tata ekonomi itu sendiri. Sistem kapitalis yang dimonopoli negara salah satu contoh terjadinya krisis dalam tubuh kapitalisme.
Pilar – pilar sistem ekonomi kapitalisme
Sistem ekonomi kapitalis merupakan suatu sistem yang menyandarkan diri sepenuhnya pada:
1. Hak milik swasta ( private Property )
Lembaga ini merupakan elemen pokok dari kapitalisme, Ia menjamin bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mencapai barang-barang ekonomi dan sumber-sumber daya melalui cara yang legal, mengadakan perjanjian - perjanjian sehubungan dengan penggunaannya dan apabila perlu menjualnya.
Selanjutnya memungkinkan laju pertukaran yang tinggi oleh karena orang perlu memiliki hak pemilikan atas barang-barang sebelum hak tersebut dapat dialihkan kepada pihak lain. Konsekuensi - konsekuensi sosial dan ekonomi fungsi-fungsitersebut sangat mempengaruhi perkembangan kapitalisme.
2. Dibina oleh tangan tak terlihat ( the invesible hand )
Prinsip tersebut menyatakan bahwa untuk mencapai hal yang terbaik untuk masyarakat.Setiap individu dalam sebuah masyarakat kapitalistik dimotivasi oleh kekuatan-kekuatan ekonomi sehingga ia akan bertindak sedemikian rupa untuk mencapai kepuasan terbesar dengan pengorbanan atau biaya yang sekecil-kecilnya.
3. Individualisme lissec faire
Pernyataan ini menjadi kata kunci kapitalisme. Dalam arti bahwa tidak adanya intervensi pemerintah akan menyebabkan timbulnya individualisme ekonomi dan kebebasan ekonomi. Intervensi pemerintah dibatasi pada aktivitas-aktivitas tertentu.
4. Persaingan pasar-pasar bebas ( free market compotition )
Prinsip bekerjanya mekanisme pasar menyebabkan terjadinya persaingan. Persaingan terjadi antara penjual barang-barang yang serupa untuk menarik pembeli; antara pembeli untuk mencapai barang - barang yang mereka inginkan; antara pekerja untuk memperoleh pekerjaan, antara pihak majikan untuk memperoleh pekerja, antara pembeli dan penjual sumber-sumber daya untuk mencapai syarat yang sebaik-baiknya. Dalam bentuknya yang paling sempurna, pasar bebas menunjukkan ciri-ciri, pembeli dan penjual dalam jumlah cukup banyak yang menyebabkan mereka tidak dapat mempengaruhi harga barang yang bersangkutan kemudian kebebasan para pembeli serta penjual yang tidak dihalangi oleh pembatasan-pembatasan ekonomi atas permintaan dan penawaran.
Tokoh Pendiri Sistem Ekonomi Kapitalis
a. Adam Smith ( 1723-1790 )
Lahir di Kirkcaldy, Skotlandia. Ayahnya adalah pengacara dan pengawas keuangan bea nasabah. Di usianya yang ke-14, Adam Smith belajar di Universitas Glasgow. Di tempat tersebut ia belajar filsafat moral, matematika dan ekonomi politik. Banyak karya monumentalnya yang menjadi rujukan ekonom setelahnya bahkan sampai sekarang. Dua karya monumental yang berbicara tentang mekanisme pasar adalah The Thory of Moral Sentiments sebagai karya pertamanya yang terbit (1759) disusul An Inquiry Into The Nature And Causes Of The Wealth of Nations atau lebih dikenal sebagai Wealth of Nations (1776), buku yang meneguhkan ketokohan Adam Smith sebagai Founding Father “Bapak Ilmu Ekonomi”
Adam Smith memandang bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka pasar harus memiliki laissez-faire atau kebebasan dari intervensi pemerintah. Pemerintah hanya bertugas sebagai pengawas dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya.
Pengaruh pandangan dan pemikiran Adam Smith sangat luas. Dapat dikatakan bahwa hampir semua pembahasan di bidang ekonomi dikaitkan dengan pandangan Smith. Yang menjadikan dirinya termasyhur bukanlah keorisinilan pandangannya. Penghargaan yang sangat tinggi terhadap Smith adalah karena ia berhasil menciptakan sebuah sistem ekonomi. Sistem ekonomi itu berupa sistem ekonomi pasar, yang kadang-kadang juga disebut sistem ekonomi liberal (karena sistem ekonomi ini memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi individu-individu atau unit-unit perekonomian untuk melakukan yang terbaik bagi kepentingan mereka masing-masing) atau sistem ekonomi kapitalis.
b. Ekonomi Kapitalis mempunyai prinsip dasar yaitu
i. Kebebasan memiliki harta secara perorangan
Setiap individu dapat memiliki harta secara perorangan, membeli, dan menjual hartanya menurut yang dikehendakinya tanpa batas. Individu mempunyai kuasa penuh terhadap hartanya dan bebas menggunakan sumber-sumber ekonomi menurut cara yang dikehendaki. Setiap individu berhak menikmati manfaat yang diperoleh dari produksi dan distribusi serta bebas untuk melakukan pekerjaan.
Teori yang menjadi landasan bangunan yang menjadi prinsip ini adalah bahwa individu adalah menjadi pemilik satu-satunya apa yang dihasilkannya, sedangkan orang lain tidak mempunyai hak apa-apa terhadap hasil kerja kerasnya. Ia berhak memonopoli semua alat produksi yang diperoleh dengan usahanya, berhak untuk tidak mengeluarkannya kecuali pada sektor yang mendatangkan keuntungan pada dirinya.
ii. Kebebasan ekonomi dan persaingan
Setiap Individu berhak untuk mendirikan, mengorganisir dan mengelola perusahaan yang diinginkan. Individu juga berhak terjun dalam semua bidang perniagaan dan memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Negara tidak boleh ikut campur tangan dalam semua kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk mencari keuntungan selagi kegiatan tersebut sah dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Kelebihan dan Kekurangan Ekonomi Kapitalis
1. Kelebihan ekonomi kapitalis
a. Penganut mazhab kapitalis menyatakan bahwa kebebasan ekonomi dapat membuat masyarakat memiliki banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Persaingan bebas di antara individu akan mewujudkan tahap “produksi“ dan tingkat “harga“ pada tingkat yang wajar dan akan membantu mempertahankan penyesuaian yang rasional di antara kedua variabel. Persaingan akan mempertahankan keuntungan dan upah pada tingkat yang sederhana.
c. Para ahli ekonomi kapitalis menyatakan bahwa motivasi untuk mendapatkan keuntungan merupakan tujuan yang terbaik, sebanding dengan tujuan untuk memaksimalkan hasil
2. Kelemahan ekonomi kapitalis
a. Persaingan bebas yang tidak terbatas, mengakibatkan banyak keburukan dalam masyarakat apabila ia mengganggu kapasitas kerja dan sistem ekonomi serta munculnya semangat persaingan diantara individu. Sebagai contoh hak individu yang tidak terbatas untuk memiliki harta mengakibatkan distribusi kekayaan yang tidak seimbang dalam masyarakat dan pada akhirnya akan merusak sistem perekonomian.
b. Adanya perbedaan yang radikal (jelas) antara hak-hak majikan dan pekerja, penerima upah tidak mempunyai kesempatan yang sama dengan saingannya, sehingga ketidakadilan ini memperdalam gap (jurang) antara yang kaya dan miskin.
c. Sistem ekonomi kapitalis, disatu pihak memberikan seluruh manfaat produksi dan distribusi di bawah penguasaan para ahli, yang mengesampingkan masalah kesejahteraan masyarakat banyak dan membatasi mengalirkan kekayaan di kalangan orang-orang tertentu saja. Di pihak lain menjamin kesejahteraan semua pekerja kepada beberapa orang yang hanya mementingkan diri sendiri.
Batas-batas Kapitalisme
Kapitalisme, dalam arti klasik laissez-faire, tidak pernah ada dimana pun. Ia telah mengalami modifikasi terus menerus selama beberapa abad. Pemerintah secara ekstensif telah melakukan intervensi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangannya dan menggantikan, paling tidak secara parsial, dampaknya pada pemerataan. Namun demikian, ia tetap menampilkan citra kharismatiknya sebagai suatu model.
Kapitalisme dapat dikatakan memiliki lima ciri menonjol dibawah ini:
• Ia menganggap ekspansi kekayaan yang dipercepat dan diproduksi yang maksimal serta pemenuhan “keinginan” (want) menurut preferensi individual sebagai sangat esensial bagi kesejahteraan manusia.
• Ia menganggap bahwa kebebasan individu yang tak terhambat dalam mengaktualisasikan kepentingan diri sendiri dan kepemilikan atau pengelolaan kekayaan pribadi sebagai suatu hal yang sangat penting bagi insiatif individu.
• Ia berasumsi bahwa inisiatif individual ditambah dengan pembuatan keputusan yang terdesentralisasi dalam suatu pasar kompetitif sebagai syarat utama untuk mewujudkan efisiensi optimum dalam alokasi sumber daya.
• Ia tidak mengakui pentingnya peran pemerintah atau penilaian kolektif, baik dalam efisiensi alokatif maupun pemerataan distributif.
• Ia mengklaim bahwa melayani kepentingan diri sendiri (self interesti) oleh setiap individu secara otomatis melayani kepentingan sosial kolektif.
Logika sistem kapitalisme: Anggapan simetri
Ciri utama keseluruhan logika sistem pasar adalah adanya anggapan simetri antara kepentingan umum dan individu. Diasumsikan bahwa individu, dalam kapasitasnya sebagai konsumen yang berdaulat, bertindak secara rasional dan memaksimalkan nilai guna (utility) dengan membeli barang-barang dan jasa pada tingkat harga yang paling rendah yang menempati kedudukan tertinggi pada skala prioritas mereka. Preferensi mereka direfleksikan pada pasar lewat permintaannya atau kesediaannya membayar harga pasar. Begitu pula individu, dalam kapasitasnya sebagai produsen, juga bertindak secara rasional dan merespons secara “pasif” permintaan ini dengan melakukan produksi dengan menekan ongkos serendah-rendahnya karena dengan cara ini akan membantu meningkatkan keuntungan. Interaksi bebas antara para konsumen yang ingin memperoleh nilai guna maksimal dan produsen yang menginginkan keuntungan maksimal dalam suatu kondisi pasar bersaing sempurna akan menstabilkan harga barang dan jasa di pasar.
Oleh karena resultan dari konfigurasi barang-barang dan jasa adalah refleksi dari preferensi konsumen, maka itulah titik yang paling “efisien” dalam arti tidak ada cara lain untuk meningkatkan ke arah yang lebih baik. Oleh karena konfigurasi ini juga menentukan pendapatan dari faktor-faktor produksi yang bersangkutan berdasarkan sumbangannya kepada output dan omset, maka resultan distribusi pendapatan tersebut juga “merata”. Pada titik ekuilibrium, kepuasan konsumen (nilai guna) adalah maksimal, ongkos-ongkos yang telah dikeluarkan oleh produsen adalah minimal, dan penghasilan dari faktor-faktor produksi termasuk gaji dan laba adalah maksimal. Dengan demikian, disimpulkan bahwa sistem pasar bukan saja menentukan penggunaan-penggunaan sumber daya secara paling “efisien”, tetapi juga distribusi pendapatan paling “merata” dengan cara yang adil tanpa harus melibatkan penilaian. Hal ini secara otomatis menimbulkan keharmonisan antara kepentingan umum dan individu. Pertanyaan-pertanyaan mengenai apakah konfigurasi ini memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia atau apakah distribusi ini sudah merata adalah pertanyaan-pertanyaan yang tidak relevan karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab tanpa adanya penilaian kolektif, tidak seperti harga-harga stabil di pasaran, tidak dapat dilakukan secara adil. Pertanyaan-pertanyaan mengenai perbedaan dalam kekayaan juga tidak proporsional karena kekayaan individual mewakili tabungan/ simpanan dari nilai pasar bagi kontribusinya kepada output dan karena abstainsi mereka pada konsumsi lampaunya. Karena itu tidak diperlukan intervensi pemerintah, kecuali sekadar untuk menjamin kompetisi dan ketertiban pasar atau mengganti kegagalan pasar dalam mensuplai barang-barang umum.
Setiap ekuilibrium yang kompetitif dianggap sebagai Pareto optimum, yaitu suatu keadaan yang tidak mungkin menjadikan keaadaan seseorang lebih baik tanpa membuat keadaan orang lain bertambah buruk, dan hal itu harus diterima sebagai suatu yang “efisien” dan “adil”. Dengan demikian, istilah “efisien” dan “pemerataan”, sebagaimana yang didefinisikan dalam kerangka ini, tidak memiliki hubungan langsung dengan tujuan-tujuan pengentasan kemiskinan, pemenuhan kebutuhan pokok, dan penciutan jurang ketidakmerataan dalam pendapatan dan kekayaan. Diasumsikan bahwa tujuan-tujuan ini akan terwujud bersamaan dengan proses “efisiensi” dan “pemerataan” yang diakibatkan oleh ekuilibrium yang kompetitif. Setiap intervensi dari luar untuk mengubah status quo justru akan menimbulkan berkurangnya “efisiensi” dan “pemerataan”. Salah satunya cara yang dapat diterima untuk merubah status quo adalah dalam kerangka kerja optimalitas Pareto, yaitu membuat kondisi orang “lebih baik” tanpa membuat yang lain “menjadi lebih buruk”.
Akan tetapi, sejarah dan pengalaman tidak menunjukkan kebenaran adanya simetri antara kepentingan sosial dan individu. Sistem (kapitalis) telah gagal merealisasikan pemerataan. “Tangan gaib” (invisible hand) kekuatan-kekuatan pasar yang hanya dibimbing oleh “kepentingan diri sendiri” telah menyebabkan suatu keadaan yang dalam ucapan Dalton, “suatu masyarakat komersialisme binal, pembagian sosial, dan konflik antara majikan dan karyawan, tuan tanah dan penyewa, penguasa dan rakyat yang tidak adil, tidak nyaman dan tidak berperikemanusiaan”. Alasannya adalah bahwa logika kapitalisme itu didasarkan pada sejumlah asumsi mengenai prakondisi yang tidak realistis dan tidak pernah dapat dipenuhi oleh sistem normal. Alasannya adalah bahwa logika kapitalisme itu didasarkan pada sejumlah asumsi mengenai prakondisi yang tidak realistis dan tidak pernah dapat dipenuhi oleh sistem normal. Mengingat bahwa pandangan dunia kapitalisme sangat berperan dalam kegagalan menyelaraskan kepentingan-kepentingan individu dan masyarakat , maka perlulah melihat faktor-faktor sejarah yang telah membawa perkembangan pandangan dunia ini.
Kecaman Marx terhadap Sistem Kapitalis
Karl Marx sangat benci dengan sistem perekonomian liberal yang digagas oleh Adam Smith dan kawan-kawan. Untuk menunjukan kebenciannya, Marx menggunakan berbagai argument untuk “membuktikan” bahwa sistem liberal/kapitalis itu buruk. Arugumen-argumen yang disusun Marx dapat dilihat dari berbagai segi,baik dari sisi moral,sosiologi maupun ekonomi. Dari segi moral Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam. Ketidakadilan ini akhirnya akan membawa masyarakat kapitalis kearah kondisi ekonomi dan sosial yang tidak bisa dipertahankan. Walaupun ada pengakuan bahwa sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar ini lebih efisien, sistem ini tetap dikecam. Hal ini karena sistem liberal tersebut tidak perduli tentang masalah kepincangan dan kesenjangan sosial. Dengan menerapkan sistem “upah besi” kaum buruh dalam sistem perekonomian liberal tidak akan pernah mampu mengangkat derajatnya lebih tinggi karena sebagaimana diucapkan Marx “pasar bebas memang telah mentakdirkannya demikian”. Untuk mengangkat harkat para buruh yang sangat menderita dalam sistem liberal tersebut, Marx mengajak kaum buruh untuk bersatu. Sistem perekonomian liberal-kapitalis harus digantikan dengan sistem lain yang lebih memperhatikan masalah pemerataan bagi semua untuk semua, yaitu sistem perekonomian sosialis-komonis.
Dari segi sosiologi, Marx melihat adanya sumber konflik antara kelas. Dalam sistem liberal-kapitalis yang diamati Marx ada sekelompok orang (yaitu para pemilik modal) yang menguasai capital. Dilain pihak, ada sekelompok orang lainnya (yaitu kaum buruh) sebagai kelas-kelas bawah. Jika tidak dilakukan sesuatu, demikian argumentasi Marx, jumlah kaum nestapa ini akan semakin besar. Sebagai langkah antisipasi, Marx menganjurkan agar sistem liberal yang menyebabkan kaum buruh menderita tersebut harus diperbaiki, atau lebih “berpihak” pada golongan kaum buruh.
Alasan lain sistem perekonomian liberal harus diganti ialah Karen sistem liberal cenderung menciptakan masyarakat berkelas-kelas, yaitu kelas kapitalis yang kaya raya dan kelas buruh yang sangat papa. Marx tidak menginginkan bentuk masyarakat berkelas-kelas seperti ini. “obat” satu-satunya yang dapat dilakukan dalam usaha menciptakan masyarakat tanpa kelas itu adalah dengan memperjuangkan sistem sosialis/komunis.
Dari segi ekonomi, Marx melihat bahwa akumulasi kapital ditangan kaum kapitalis memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akan tetapi, pembangunan dalam sistem kapitalis sangat bias terhadap pemilik modal. Untuk bisa membangun secara nyata bagi seluruh lapisan masyarakat, perlu dilakukan perombakan struktural melalui revolusi sosial. Jika langkah ini berhasil, langkah berikutnya yang harus diambil ialah penataan kembali hubungan produksi (khususnya dalam sistem pemilikan tanah, alat-alat produksi, dan modal). Menurut Marx, hanya atas dasar hubungan yang lebih manusiawi ini pembangunan dapat berjalan lancar tanpa hambatan dan dapat diterima oleh seluruh lapisan rakyat.
Atas pandangan yang sangat skeptic diatas, tidak mengherankan jika Marx meramal bahwa suatu masa sistem kapitalis akan hancur. Menurut lamaran Marx, sistem kapitalis hancur bukan disebabkan oleh faktor-faktor lain, melainkan karena keberhasilannya sendiri. Sistem kapitalis dinilai Marx mewarisi daya self destruction, suatu daya dari dalam yang akan membawa kehancuran bagi sistem perekonomian liberal itu sendiri. Bagi Marx sistem kapitalis adalah suatu sistem yang “sudah busuk dari dalam” dan tidak mungkin diperbaiki. Untuk membawa masyarakat pada kehidupan yang lebih baik, tidak ada jalan lain, sistem liberal atau kapitalis tersebut harus dihancurkan dan diganti dengan sistem yang lain yang lebih manusiawi, yaitu sistem sosialis dan komunis.
Max Weber : Pembela Kapitalisme “Rasional”
Untungnya, Thorstein Veblen bukan satu-satunya komentator sosial tentang kapitalisme pada pergantian abad. Lawan utamanya berasal dari seberangan atlantik, sosiolog dan ekonomi Jerman, Max Weber (1864-1920), pengarang buku terkenal The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1930[1904-051]). Pandangan weber kapitalisme lebih sesuai dengan Adam Smith ketimbang Veblen. Seperti dikatakan John Patrick Diggins, “Tidak ada dua teori tisi sosial yang lebih bertentangan secara intelektual dan temperamental ketimbang Max Weber dan Veblen”.
Baik Veblen maupun Weber terobsesi dengan makna masyarakat industri kontemporer isu-isu kekuasaan, manajemen, dan surplus kekayaan. Keduanya menerbitkan karya yang laris dipergantian abad ke-20. Keduanya sangat kritis terhadap interpretasi historis marxis. Tetapi Weber pada kesimpulan yang berbeda dengan Veblen atau Marx. Dia menolak deskripsi kapitalisme modern Veblen sebagai bentuk evolusi bar-bar dan juga menentang teori eksploitasi dan nilai surplus Marx. Perkembangan masyarakat modern (“abad heroic dari kapitalisme”) menurut Weber muncul karena adanya disiplin koral dan kesetiaan kepada kerja keras, dan menghasilkan investasi jangka panjang dan manajemen perusahaan yang lebih maju. Dari mana sumber perkembangan ekonomi barat ini ? berbeda dengan Veblen dan Marx, Weber menganggap sumber ini berasal dari agama, terutama dari reformasi protestan dan doktrinnya tentang kesederhanaan dan kewajiban moral untuk bekerja, dan konsepnya tentang “panggilan”.
B. Sejarah dan Perkembangan Kapitalisme di Dunia
Kapitalisme ialah suatu cara mengadakan produksi, yang mana dalam sistem kapitalisme orang mengadakan produksi tidak hanya untuk menutupi kebutuhan hidup tetapi dengan tujuan mencari laba. Laba yang diperoleh, sesudah dikurangi untuk menutupi ongkos-ongkos yang dikeluarkan, dipergunakan pula untuk mengadakan perusahaan baru pula. Jadi laba bukan dianggap sebagai karunia yang dapat diraih dengan cara yang mudah. Belum tentu bahwa tiap-tiap milik / hasil disebut capital (Romein : 97).
Kapital ialah milik yang dipergunakan untuk memperbanyak milik, sebagai contoh yaitu sebuah cikar kepunyaan seorang tukang pedati atau perahu seorang nelayan dipergunakan untuk mencari sesuap nasi bagi diri dan anak istrinya dapat dinamakan kapital dalam bentuk yang kecil. Tukang pedati atau pemilik perahu tadi itu bukan termasuk kaum kapitalis.
Kapitalis ialah orang yang membuat rumah atau membeli rumah dengan tujuan menyewakannya atau seorang pemilik kapal yang melayarkan kapalnya dengan tujuan sisa uang yang diperolehnya akan dipergunakannya mungkin ditambah dengan uang yang didapatnya dengan berhutang dengan membeli kapal yang kedua, ketiga dan seterusnya.
Hal-hal penting dalam dunia ini mula-mula timbul secara sederhana demikian pula dengan kapitalisme ini. Mula-mula timbul di Eropa barat dalam lapangan industri tekstil kra-kira tahun 1250. Pada mulanya sebuah perusahaan tenun domba milik Negara Belanda memperoleh bahan dari daerahnya sendiri. Tetapi kemudian ekspor barang tenunan meningkat, bulu domba didatangkan dari daerah lain, terutama dari pasar Calais, yang mendatangkan bulu domba dari tanah Inggris. Saudagar yang banyak modalnya menempatkan dirinya antara penenun dan bahan tenunan, diborongnya bulu domba di Calais itu, lalu dijualnya kepada penenun. Dalam taraf berikut bulu domba benar-benar telah menjadi milik saudagar yang telah dapat disebut menjadi seorang pengusaha.
Dalam sistem kapitalisme orang mengadakan produksi tidak hanya untuk menutupi kebutuhan hidup, misalnya seorang petani atau seorang pekerja tangan dalam sistem kapitalisme orang mengadakan produksi dengan mengandung laba. Laba yang diperoleh sesudah dikurangi untuk menutup ongkos-ongkos yang dikeluarkan, dipergunakan pula untuk mengadakan perusahaan baru pula. Jadi laba bukan dianggap sebagai karunia, yang dapat diraih dengan suatu selamatan. Belum tentu bahwa tiap-tiap milik dapat disebut kapital, sebuah rumah tempat kita diam, atau sesuatu yang kita beli untuk menyenangkan hati bukan kapital (Romein : 97).
Dalam abad pertengahan persaingan terbatas karena kebanyakan pekerja tangan tergabung dalam organisasi yang disebut “gilda”. Organisasi itu mengadakan aturan-aturan keras yang tidak memungkinkan terjadinya persaingan. Perkembangan lebih lanjut yaitu efek dari Revolusi Industri di Inggris sehingga bisa dikatakan kapitalisme memasuki era baru. Berbagai pendirian pabrik sangat membutuhkan kapital. Akibat revolusi industri telah memunculkan para pebisnis, mereka bertindak sebagai pengusaha. Sebagai suatu kemajuan akibat industrialisasi, bagaimanapun juga keperluan kapital menjadi pengukur kekayaan seseorang. Para kapitalis melakukan usaha bersama, membentuk organisasi perdagangan, yang disebut korporasi. Seperti diketahui, bahwa kaum borjuis atau kapitalis sebagai penganut politik ekonomi liberal, menolak segala campur tangan negara dalam perusahaan, sebab dianggap sebagai paksaan seperti qilda yang mereka anggap telah menjadi using itu (Sundoro; 191).
Sebagai akibat revolusi industri, muncullah apa yang disebut sistem kerja di pabrik, timbul apa yang dinamakan buruh pabrik. Pada awalnya, para borjuis yang sebagian menjadi kaum industrialis itu semata-mata mencari dan menumpuk kekayaan, maka mereka hanya memperhatikan hal-hal yang menurut mereka dapat adalah kaum buruh karena mereka merasa khawatir akan kehilangan sebagian keuntungannya jika mereka memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan kaum pekerjanya. Tenaga murah sengaja dieksploitasi, para buruh dipaksa untuk belanja 10-18 jam sehari sesuai dengan keinginan majikan. Pabrikpabrk pada masa ini masih memperlihatkan pabrik-pabrik yang kotor dan pengap sehingga kaum buruh tidak saja mengalami penderitaan fisik, tetapi juga psikis karena mereka seolah-olah menjadi bagian dari mesin dan bekerja seperti mesin.
Terdapat pula berbagai macam pembagian kerja, misalnya buruh yang pekerjaannya memutar sekrup, mengepak, menyortir dan sebagainya selama berbulan-bulan bahkan dapat bertahun-tahun. Pekerjaan semacam itu tentu sangat menjemukan dan dapat menekan jiwa, lebih-lebih banyak bekas petani yang dahulu biasa bekerja di alam terbuka dapat memperoleh kepuasan batin dengan melihat terwujudnya benda-benda hasil ciptaannya sendiri.
Para majikan yang telah menjadi kaya dan yang melihat negaranya menjadi kuat dan disegani berkat usaha mereka, tidak mengalami kesulitan dalam menemukan alasan-alasan mengapa kaum buruh sedemikian keadaannya. Mereka menentang usaha-usaha pemerintahan untuk mencampuri dalam urusan-urusan ekonomi yang dapat dianggap merugikan kepentingan mereka. Kaum borjuis atau kapitalis yang mempunyai slogan “Laissez faire” (biarkan saja), pada awal revolusi industri mampu menghadapi saingan dari manapun datangnya. Untuk membela faham ini, mereka menunjuk pada bukti-bukti nyata berupa ekspansi industri dan perdagangan Inggris yang dimungkinkan berkat tiadanya berbagai perbatasan oleh pemerintah, berupa tarif-tarif, mereka menyayangkan banyak kaum buruh yang hidup sengsara, tetapi keadaan ini bukan kesalahan siapapun, melainkan sudah merupakan akibat “alamiah” berlakunya hukum-hukum ekonomi demikian pandangan kaum kapitalis tersebut (Sundoro; 193).
Berbagai bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh para majikan terhadap buruh, mendorong munculnya ide tentang martabat manusia yang menentang segala bentuk pemerasan seseorang oleh orang lain, melainkan juga diusahakan untuk memberikan hidup yang layak bagi setiap orang, kecuali penghapusan perdagangan budak, dengan mengadakan peraturan upah minimal dan juga jam kerja maksimal bagi para pekerja, kewajiban belajar untuk memberi dasar pada setiap orang dapat menentukan hidupnya dengan sebaik mungkin, disitu juga diadakan perawatan umum bagi orang-orang cacat dan cedera yang mempunyai hak untuk hidup seabgai manusia (Sartono; 53).
Proktariat industri tergabung dari perekonomian dunia dan mereka sangat dieksploitasi. Organisasi pabrk, kebiasaan kehidupan di pabrik dan efisiensi teknis, tidak memperhitungkan soal kemanusiaan dan nilai-nilai pekerja sebagai manusia, maka akibatnya sebagai reaksi keras kerap kali timbul agitasi yang berkobar-kobar. Hubungan antara kapital dan pekerja menimbulkan suatu problem sosial, yang ternyata tidak dapat dipecahkan jika hanya dengan philantrhophy (Sartono; 54), pekerja mulai sadar akan kedudukannya dan menjadi semakin peka terhadap aturan perbaikan masyarakat.
C. Implementasi sistem kapitalis secara Global
Pada saat ini, banyaknya modal (modal) uang terjadi dalam transaksi saham internasional, obligasi dan mata uang. Penerapan teknologi komunikasi elektronik telah menjadikan jumlah uang (modal) yang begitu besar dapat ditransfer ke seluruh dunia alam dalam sekejap. Pergeseran terkombinasi pada sebagian besar pasar modal dalam satu hari adalah equivalen (atau setara) dengan pergeseran dalam perdagangan internasional dalam satu tahun. Kesamaannya adalah kebenaran transaksi dalam pasar uang utama. Tetapi fakta yang berlainan ini mengindikasikan bahwa lebih dari 90% dari transaksi-transaksi ini berbasis pada gerakan “mengambang” uang kertas, yakni, secara esensial bersifat spekulatif. Persamaan tersebut benar untuk jumlah modal uang yang besar yang diinvestasikan di pasar saham dunia. Semenjak “crash” pasar modal pada Oktober 1987, jumlah uang kertas yang diinvestasikan di saham-saham perusahaan telah meningkat lebih dari 25% di Itali dan Kanada, lebih dari 50% di AS, Jerman, dan Inggris serta lebih dari 100% di Perancis. Ini telah menghasilkan peningkatan yang tak terprediksikan dalam harga saham. Tentu, semakin tinggi harga suatu saham perusahaan semakin rendah nilai relatif dividennya (pembagian keuntungan) dari produksi yang didistribusikan kepada setiap pemegang saham.
Perkembangan kapitalisme global di abad mutakhir ini sudah semakin canggih dan kompleks. Keserakahan kaum kapitalis tidak hanya sampai pada pemerasan kaum buruh dan pencaplokan pengusaha kelas teri, namun keserakahan mereka sudah menerobos dan menjarah di banyak sektor yang lain, bahkan dengan dukungan berbagai fasilitas dan lembaga yang mereka ciptakan sendiri. Kaum kapitalis tidak hanya ingin membesar, tetapi mereka juga ingin membesar dengan cepat. Caranya ialah dengan menciptakan lembaga perbankan. Fungsi utamanya adalah untuk menggerakkan dana masyarakat dengan cepat. Sehingga dapat segera mereka manfaatkan untuk menambah modal perusahaannya agar bisa menjadi cepat besar. Ternyata keberadaan lembaga perbankan ini masih dianggap belum cukup, mereka terus mengembangkan kreaktifnya. Akhirnya ditemukan ide untuk menciptakan sebuah pasar yang unik, yang selanjutnya mereka namakan sebagai pasar saham.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi yang aset-aset produktif dan atau faktor-faktor produksinya sebagian besar dimiliki oleh sektor individu/swasta. Menurut Milton H. Spencer, penulis buku Contemporary Economics (1977), kapitalis merupakan sistem organisasi ekonomi yang dicirikan oleh hak milik individu (private ownership) atas alat-alat produksi dan distribusi dan pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang kompetitif.
Kapitalisme ialah suatu cara mengadakan produksi, yang mana dalam sistem kapitalisme orang mengadakan produksi tidak hanya untuk menutupi kebutuhan hidup tetapi dengan tujuan mencari laba.
DAFTAR PUSTAKA
Mubyarto, Reformasi Sistem Ekonomi: Dari kapitalisme menuju Ekonomi Kerakyatan, 1999, Aditya Media.
Rahardja dan Mandala Manurung, 2008, Pengantar llmu Ekonomi (Mikro ekonomi & Makroekonomi) Ed-3,Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, jakarta.
Deliarnov,2015, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, edisi ke-3, Rajagrafindo Persada. jakarta
Save M. Dagun, Sosio Ekonomi (Analisis Eksistensi kapitalisme dan sosialisme), PT.Rineka Cpita,Jakarta.
Bachrawi Sanusi,2004,Tokoh Pemikir Dalam Mazhab, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Rozalinda,2014, Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
M Abdul Mannan,1995, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, PT. Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta
M. Umer Chapra, Islam dan tantangan ekonomi, Gema Insanu Press, Jakarta.
Mark Skousen, 2005 Sang Maestro “Teori-teori Ekonomi Modern” sejarah pemikiran ekonomi,, Prenada Media Group. Jakarta.
Romein, Aera Eropa, Peradaban Eropa Sebagai Penyimpangan dari Pola Umum,,Ganaco.. Bandung
Sundoro, Muhammad Hadi, 2007, Dari Renaisance sampai Imperialisme Modern Sejarah Peradaban Barat Abad Modern, University Press. Jember.
Kartodirdjo, Sartono, 1992, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Karl Marx, capital,penguin,London,1991 eda, vol. 3.
*Sumber: https://www.academia.edu/42077378/Makalah_kapitalisme
0 Komentar untuk "Sejarah dan Perkembangan Kapitalisme"