Pemanfaatan Energi Surya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Energi adalah satu kata yang mempunyai makna sangat luas karena tidak ada aktivitas di alam raya ini yang bergerak tanpa energi dan itulah sebabnya kata salah seorang professor di Jepang bahwa hampir semua perselisihan di dunia ini dipicu, atau berpangkal pada perebutan atas penguasaan sumber energi.

Secara umum sumber energi dikategorikan menjadi dua bagian yaitu conventional energy dan non-conventional energy. Sumber energi fosil adalah termasuk kelompok yang pertama, dan ternyata sebagaian besar aktivitas di dunia ini menggunakan energi konvensional.
Dunia membutuhkan sumber energi alternatif ramah lingkungan yang ketersediaannya berlimpah, serta dapat diperbarui (non-konvensional). Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat itulah maka dikembangkan berbagai energi alternatif, di antaranya energi terbarukan. Potensi energi terbarukan, seperti: biomassa, panas bumi, energi surya, energi air, energi angin dan energi samudera, sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan, padahal potensi energi terbarukan di Indonesia sangatlah besar.

1.2 Perumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah yang dimaksud dengan Energi Surya?
b. Bagaimana pemanfaatan Energi Surya di Indonesia?
c. Bagaimana aplikasi/penerapan Energi Surya di Indonesia?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui definisi Energi Surya
b. Mengetahui pemanfaatan Energi Surya di Indonesia
c. Mengetahui aplikasi/penerapan Energi Surya di Indonesia

1.4 Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa Program Studi Teknik Energi Polsri semester 4 untuk memberi informasi dan menambah wawasan mengenai Energi Surya.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Energi Surya
Sumber energi berjumlah besar dan bersifat kontinyu terbesar yang tersedia bagi manusia adalah energi surya, khususnya energi elektrimagnetik yang dipancarkan oleh matahari.sementara energi surya belum dipakai untuk sumber  primer energi bahan bakar pada saat ini (Gunadarma.ac.id)

Karena kebanyakan energi terbaharui pusatnya adalah "energi surya" istilah ini sedikit membingungkan. Namun yang dimaksud di sini adalah energi yang dikumpulkan langsung dari cahaya matahari. Tenaga surya dapat Digunakan untuk:
- Menghasilkan listrik menggunakan sel surya
- Menggunakan menghasilkan pembangkit listrik tenaga panas surya
- Menghasilkan listrik menggunakan menara surya
- Memanaskan gedung, secara langsung
- Memanaskan gedung, melalui pompa panas
- Memanaskan makanan, menggunakan oven surya. (wikipedia.org)

Jelas matahari tidak memberikan energi konstan untuk setiap titik di bumi, sehingga penggunaannya terbatas. Sel surya sering digunakan untuk daya baterai, karena kebanyakan aplikasi lainnya akan membutuhkan sumber energi sekunder, untuk mengatasi padam. Beberapa pemilik rumah menggunakan tata surya yang menjual energi ke grid pada siang hari, dan menarik energi dari grid di malam hari, inilah keuntungan untuk semua orang, karena permintaan listrik AC tertinggi pada siang hari.

Sedangkan, energi surya dapat dikonversikan ke bentuk energi lain. Ada 3 proses dalam pengkonversian nya, yaitu:  Proses Helochemical, Proses Helioelectrical, dan proses Heliothermal (Anynomous,1997). 
- Proses Helochemical. Reaksi helochemical yang utama adalah proses foto sintesa.Proses ini adalah sumber dari semua bahan bakar fosil.
- Prosesn Helioelectrical. Reakasi Helioelectrical yang utama adalah produksi listrik oleh sel – sel surya 
- Proses Heliotermal adalah penyerapan radiasi matahari dan pengkonversian energi ini menjadi energi termal.


2.2 Sel Surya
Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia dan jika dieksplotasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan kebutuhan konsumsi energi dunia saat ini dalam waktu yang lebih lama. Matahari dapat digunakan secara langsung untuk memproduksi listrik atau untuk memanaskan bahkan untuk mendinginkan. Potensi masa depat energi surya hanya dibatasi oleh keinginan kita untuk menangkap kesempatan.
Ada banyak cara untuk memanfaatkan energi dari matahari. Tumbuhan mengubah sinar matahari menjadi energi kimia dengan menggunakan fotosintesis. Kita memanfaatkan energi ini dengan memakan dan membakar kayu. Bagaimanapun, istilah “tenaga surya” mempunyai arti mengubah sinar matahari secara langsung menjadi panas atau energi listrik untuk kegunaan kita. dua tipe dasar tenaga matahari adalah “sinar matahari” dan “photovoltaic” (photo- cahaya, voltaic=tegangan)Photovoltaic tenaga matahari: melibatkan pembangkit listrik dari cahaya. Rahasia dari proses ini adalah penggunaan bahan semi konduktor yang dapat disesuaikan untuk melepas elektron, pertikel bermuatan negatif yang membentuk dasar listrik.

Pemanfaatan Energi Surya

Bahan semi konduktor yang paling umum dipakai dalam sel photovoltaic adalah silikon, sebuah elemen yang umum ditemukan di pasir. Semua sel photovoltaic mempunyai paling tidak dua lapisan semi konduktor seperti itu, satu bermuatan positif dan satu bermuatan negatif. Ketika cahaya bersinar pada semi konduktor, lading listrik menyeberang sambungan diantara dua lapisan menyebabkan listrik mengalir, membangkitkan arus DC. Makin kuat cahaya, makin kuat aliran listrik.

Sistem photovoltaic tidak membutuhkan cahaya matahari yang terang untuk beroperasi. Sistem ini juga membangkitkan listrik di saat hari mendung, dengan energi keluar yang sebanding ke berat jenis awan. Berdasarkan pantulan sinar matahari dari awan, hari-hari mendung dapat menghasilkan angka energi yang lebih tinggi dibandingkan saat langit biru sedang yang benar-benar cerah.

2.3 Sumber Energi Surya
Jumlah tenaga matahari yang sampai ke permukaan Bumi yang dikenali sebagai konstan surya menyamai 1.370 watt per meter persegi setiap saat. Matahari sebagai pusat Tata Surya merupakan bintang generasi kedua (wikipedia.org). Material dari matahari terbentuk dari ledakan bintang generasi pertama seperti yang diyakini oleh ilmuwan, bahwasanya alam semesta ini terbentuk oleh ledakan big bang sekitar 14.000 juta tahun lalu. Energi matahari yang sampai ke bumi merupakan sebuah pancaran gelombang pendek dalam bentu radiasi. Radiasi adalah energi pancaran berupa gelombang elektromagnetik (Plafin, 1998).

Pancaran energi surya atau bisa disebut dengan radiasi surya yang diterima di setiap permukaan bumi berbeda-beda menurut ruang dan waktunya. Artinya pancaran energi matahari akan sangat bergantung pada waktu, tempat dan keadaan lingkungan dalam hal ini adalah kondisi iklim dan topografi masing-masing wilayah. Radiasi diukur dalam satuan kW/m2, setiap satuan waktu radiasi yang memancar dapat disebut dengan intensitas radiasi atau dengan kata lain intensitas radiasi matahari ialah jumlah energi matahari yang jatuh pada suatu bidang persatuan luas dalam satu satuan waktu. Dalam atmosfer bumi terdapat bermacam-macam radiasi seperti:
1. Direct Solar Radiation (S) yaitu radiasi langsung dari matahari yang sampai ke permukaan bumi.
2. Radiation Difus (D) yang berasal dari pantulan-pantulan oleh awan dan pembauran-pembauran oleh partikel-partikel atmosfer.
3. Surface Raflectivity (r) yaitu radiasi yang berasal dari pantulan-pantulan oleh permukaan bumi.
4. Out Going Terrestial radiation (O), yaitu radiasi yang berasal dari bumi yang berupa gelombang panjang.
5. Back Radiation (B) yaitu radiasi yang berasal dari awan-awan dan butir-butir uap air dan CO2 yang terdapat dalam atmosfer.
6. Global (total) Radiation (Q), dan
7. Net Radiation (R)

3.1 Energi Surya Sebagai Alternatif Masa Depan
Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia saat ini, penggunaan energi diprediksikan akan meningkat sebesar 70 persen antara tahun 2000 sampai 2030. Sumber energi yang berasal dari fosil, yang saat ini menyumbang 87,7 persen dari total kebutuhan energi dunia diperkirakan akan mengalami penurunan disebabkan tidak lagi ditemukannya sumber cadangan baru.

Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan hanya sampai 40 tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan 200 tahun untuk batu bara. Kondisi keterbatasan sumber energi di tengah semakin meningkatnya kebutuhan energi dunia dari tahun ketahun (pertumbuhan konsumsi energi tahun 2004 saja sebesar 4,3 persen), serta tuntutan untuk melindungi bumi dari pemanasan global dan polusi lingkungan membuat tuntutan untuk segera mewujudkan teknologi baru bagi sumber energi yang terbaharukan.
Di antara sumber energi terbaharukan yang saat ini banyak dikembangkan [seperti turbin angin, tenaga air (hydro power), energi gelombang air laut, tenaga surya, tenaga panas bumi, tenaga hidrogen, dan bio-energi], tenaga surya atau solar sel merupakan salah satu sumber yang cukup menjanjikan.

Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh permukaan bumi sebesar 69 persen dari total energi pancaran matahari. Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan 2 x 1017 Watt. Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi dengan divais solar sel yang memiliki efisiensi 10 persen sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini.

3.2 Pemanfaatan Energi Surya
Karena sel surya sanggup menyediakan energi listrik bersih tanpa polusi, mudah dipindah, dekat dengan pusat beban sehingga penyaluran energi sangat sederhana serta sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai karakteristik cahaya matahari yang baik (intensitas cahaya tidak fluktuatif) dibanding tenaga angin seperti di negara-negara 4 musim, utamanya lagi sel surya relatif efisien, tidak ada pemeliharaan yang spesifik dan bisa mencapai umur yang panjang serta mempunyai keandalan yang tinggi.

Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi yang sudah diterapkan, yaitu:
• Teknologi energi surya fotovoltaik, energi surya fotovoltaik digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total ± 6 MW. 
• Teknologi energi surya termal, energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak (kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air.(dunia listrik.blogspot.2008)

3.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Matahari
Kaca-kaca besar mengkonsetrasikan cahaya matahari ke satu garis atau titik. Panas yang dihasilakan digunakan untuk menghasilkan uap panas. Panasnya, tekanan uap panas yang tinggi digunakan untuk menjalankan turbin yang menghasilkan listrik. Di wilayah yang disinari matahari, Pembangkit Listrik Tenaga matahari dapat menjamin pembagian besar produksi listrik

Berdasarkan proyeksi dari tingkat arus hanya 354MW, pada tahun 2015 kapasitas total pemasangan pembangkit tenaga panas matahari akan melampaui 5000 MW. Pada tahun 2020, tambahan kapasitas akan naik pada tingkat sampai 4500 MW setiap tahunnya dan total pemasangan kapasitas tenaga panas matahari di seluruh dunia dapat mencapai hampir 30.000 MW- cukup untuk memberikan daya untuk 30 juta rumah.

3.2.2 Pemanas dan Pendingin Tenaga Matahari
Panas tenaga matahari menggunakan panas matahari secara langsung. Pengumpul panas matahari diatas atapmu dapat menyediakan air panas untuk rumahmu, dan membantu menghangatkan rumahmu. Sistem panas matahari berdasarkan prinsip sederhana yang telah dikenal selama berabad-abad: matahari memanaskan air yang mengisi bejana gelap. Teknologi tenaga panas matahari yang ada di pasar saat ini sangat efisien dan bisa diandalkan. Saat ini pasar menyediakan tenaga matahari untuk aplikasi dengan cakupan luas, dari pemanas air domestik dan pemanas ruangan di perumahan dan gedung –gedung komersial, sampai pemanas kolam renang, tenaga matahari-pendingin, proses pemanasan industri dan memproses air menjadi tawar.

Saat ini produksi pemanas air panas domestik merupakan aplikasi paling umum untuk tenaga panas matahari. Di beberapa negara hal ini telah menjadi sarana yang umum digunakan oleh gedung tempat tinggal. Tergantung pada kondisi dan konfigurasi sistem, kebutuhan air panas dapat disediakan oleh tenaga matahari hingga 100%. Sistem yang lebih besar dapat ditambahkan untuk menutupi bagian penting dari kebutuhan energi untuk pemanas ruangan. Ada dua tipe teknologi:Tabung vakum- penyedot di dalam tabung vakum menyedot radiasi dari matahari dan memanaskan cairan di dalam, seperti di panel tenaga matahari datar. Tambahan radiasi diambil dari reflektor di belakang tabung. Bentuk bundar tabung vakum membuat cahaya matahari dari berbagai sudut dapat mencapai penyerap secara langsung. Bahkan di saat mendung, ketika cahaya datang dari banyak sudut pada saat bersamaan, tabung vakum kolektor tetap dapat efektif.Kolektor solar panel datar- pada dasarnya merupakan kotak yang ditutupi kaca yang ditaruh di atap seperti cahaya langit. Di dalam kotak terdapat serangkaian tabung pemotong dengan sirip pemotong terpasang.

Seluruh struktur dilapisi substansi hitam yang didesain untuk menangkap sinar matahari. Sinar ini memanaskan air dan campuran bahan anti beku, yang beredar dari kolektor turun ke pemanas air di bawah tanah. Pendingin tenaga matahari: Pendingin tenaga matahari menggunakan sumber energi panas untuk menghasilkan dingin dan /atau mengurangi kelembaban udara dengan cara yang sama dengan lemari pendingin atau AC konvensional. Aplikasi ini cocok dengan energi panas matahari, sejalan dengan meningkatnya permintaan pendingin ketika panas matahari banyak. Pendingin tenaga matahari telah sukses didemonstrasikan. Penggunaan skala besar dapat diharapkan di masa depan, sejalan dengan berkurangnya biaya teknologi ini, terutama untuk sistem skala kecil.

Dalam keadaan cuaca yang cerah, sebuah sel surya akan menghasilkan tegangan konstan sebesar 0.5 V sampai 0.7 V dengan arus sekitar 20 mA dan jumlah energi yang diterima akan mencapai optimal jika posisi sel surya 90o(tegak lurus) terhadap sinar matahari selain itu juga tergantung dari konstruksi sel surya itu sendiri. Ini berarti bahwa sebuah sel surya akan menghasilkan daya 0.6 V x 20 mA = 12 mW. Jika matahari memancarkan energinya ke permukaan bumi sebesar 100W/m2 atau 100 mW /cm2, maka bisa dibayangkan energi yang dihasilkan sel surya yang rata-rata mempunyai luas 1 cm2bandingkan dengan bahan bakar fosil (BBM) dengan proses foto-sintesis yang memakan waktu jutaan tahun(Saiful Manan:32)

3.3 Proses Kerja Energi Surya
Sel surya yang sering kita lihat adalah sekumpulan modul sel photovoltaic (photo = cahaya, voltaic = listrik) yang disusun sedemikian rupa dan dikemas dalam sebuah frame. Sel photvoltaic ini yang nantinya akan merubah secara langsung energi matahari menjadi listrik.
Sel photovoltaic ini terbuat dari bahan khusus semikonduktor yang sekarang banyak digunakan dan disebut dengan silikon. Ketika cahaya mengenai sel silikon, cahaya tersebut akan diserap oleh sel ini, hal ini berarti bahwa energi cahaya yang diserap telah ditransfer ke bahan semikonduktor yang berupa silikon. Energi yang tersimpan dalam semikonduktor ini akan mengakibatkan elektron lepas dan mengalir dalam semikonduktor. Semua sel photovoltaic ini juga memiliki medan elektrik yang memaksa elektron yang lepas karena penyerapan cahaya tersebut untuk mengalir dalam suatu arah tertentu. Elektron yang mengalir ini adalah arus listrik, dengan meletakkan terminal kontak pada bagian atas dan bawah dari sel photovoltaic ini akan dapat dilihat dan diukur arus yang mengalir sehingga dapat digunakan untuk menyuplai perangkat eksternal. Hal diatas adalah dasar perubahan energi surya menjadi listrik oleh semikonduktor silicon (Alpensteel.com)
 
3.3.1 Dari Cahaya Menjadi Listrik
Secara sederhana solar cell terdiri dari persambungan bahan semikonduktor bertipe p dan n (p-n junction semiconductor) yang jika tertimpa sinar matahari maka akan terjadi aliran electron, nah aliran electron inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik. 

Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah absorber (penyerap), meskipun demikian, masing-masing lapisan juga sangat berpengaruh terhadap efisiensi dari solar cell. Sinar matahari terdiri dari bermacam-macam jenis gelombang elektromagnetik yang secara spectrum. Oleh karena itu absorber disini diharapkan dapat menyerap sebanyak mungkin solar radiation yang berasal dari cahaya matahari.
 

Lebih detail lagi bisa dijelaskan sinar matahari yang terdiri dari photon-photon, jika menimpa permukaaan bahan solar sel (absorber), akan diserap, dipantulkan atau dilewatkan begitu saja, dan hanya foton dengan level energi tertentu yang akan membebaskan electron dari ikatan atomnya, sehingga mengalirlah arus listrik. Level energi tersebut disebut energi band-gap yang didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan electron dari ikatan kovalennya sehingga terjadilah aliran arus listrik. Untuk membebaskan electron dari ikatan kovalennya, energi foton (hc/v harus sedikit lebih besar atau diatas daripada energi band-gap. Jika energi foton terlalu besar dari pada energi band-gap, maka extra energi tersebut akan dirubah dalam bentuk panas pada solar sel. Karenanya sangatlah penting pada solar sel untuk mengatur bahan yang dipergunakan, yaitu dengan memodifikasi struktur molekul dari semikonduktor yang dipergunakan.
 
Tentu saja agar efisiensi dari solar cell bisa tinggi maka foton yang berasal dari sinar matahari harus bisa diserap yang sebanyak banyaknya, kemudian memperkecil refleksi dan remombinasi serta memperbesar konduktivitas dari bahannya.

Untuk bisa membuat agar foton yang diserap dapat sebanyak banyaknya, maka absorber harus memiliki energi band-gap dengan range yang lebar, sehingga memungkinkan untuk bisa menyerap sinar matahari yang mempunyai energi sangat bermacam-macam tersebut. Salah satu bahan yang sedang banyak diteliti adalah CuInSe2 yang dikenal merupakan salah satu dari direct semiconductor.

Dari begitu banyak keuntungan solar cell seperti telah diuraikan diatas ternyata tidak polemik tidak kemudian berhenti begitu saja, masih ada yang mengatakan memang benar solar cell ketika melakukan proses perubahan energi tidak ada polusi yang dihasilkan, tetapi sudahkah kita menghitung berapa besar polusi yang telah dihasilkan dalam proses pembuatannya, dibandingkan kecilnya efisiensi yang dihasilkan. Nah tantangannya disini adalah memang bagaimana untuk menaikkan efisiensi, yang tentunya akan berdampak kepada nilai ekonomisnya. (Rusminto Tjatur, 2011)

3.4 Potensi Energi Surya
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam energi surya mengingat posisi Indonesia yang terletak di khatulistiwa. Hasil pantauan didapat bahwa nilai radiasi harian terendah adalah di Darmaga, Bogor Jawa Barat dengan intensitas 2,558 kWh/m2 dan tertinggi di Waingapu Nusa Tenggara Timur dengan intensitas 5,747 kWh/m2. Potensi ini baru dimanfaatkan sangat sedikit yang dimulai pada tahun 1979 oleh BPPT sebagai pengguna. Pengguna terbanyak adalah DEPKES sesuai dengan kebutuhan Puskesmas pada daerah terpencil dan kemudian departemen transmigrasi.

Tabel 3.1. Potensi Energi Terbarukan di Indonesia
Jenis Energi Terbarukan     Potensi (MW) Kapasitas Terpasang (MW) Pemanfaatan (%)
Large Hydro                         75.000                     42.000                                 5,600
Biomassa                         50.000                        302                                 0,604
Geothermal                         20.000                        812                                 4,060
Mini/Mikro Hidro                    459                         54                                  11,764
Tenaga Surya                        156.487                         5                             3,19 X 10-3
Energi Angin                         9286                       0.50                             5,38 X 10-3
Jumlah                                311.232                     5373.5                                 22,03

Sumber: Ditjen Listrik & Pemanfaatan Energi (2001)


Sebagai negara yang kaya akan energi surya, sudah selayaknyalah untuk mengembangkan dan memanfaatkan energi yang melimpah tersebut. Namun demikian pemanfaatan energi surya di Indonesia baru sekitar 882,5 kw, jauh di bawah 1% dari energi yang tersedia. Jika dibandingkan dengan ketersedianya energi surya maka pencapaian pemakaian ini masih sangat kecil. Nilai rata-rata energi radiasi harian adalah 4,815 kWh/m2. Untuk seluruh Indonesia dengan luas daratan kurang lebih 2 juta km2, potensi energi radiasi harian adalah: 2 x 1012 m2 x 4,815 kWh/m2 = 9,63 . 1012 kwh.

Dari tabel 2 masih kelihatan bahwa antara kelebihan dan kelemahan masih berimbang sehingga jika PLTS ini diaplikasikan belum memberikan keuntungan yang signifikan. Namun melihat permintaan tenaga listrik yang tumbuh rata-rata 8,2 % pertahun (meningkat dari 51,2 TWh pada th 1990 menjadi 555 TWh pada 2021) dengan jumlah pembangkit yang sangat terbatas (Jawa Bali) maka pengembangan PLTS adalah sangat strategis.
Tabel 3.2. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Konversi Energi Surya

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
Modul solar langsung mengkonversi sinar matahari menjadi Energi listrik searah tanpa bahan bakar. Biaya investasi awal tinggi.
Proses konversi tidak menimbulkan kebisingan, gas buang, limbah. Memerlukan baterai sebagai media penyimpan listrik.
Pemeliharaan sederhana dibanding sistem konvensional. Karena dalam proses tidak ada bagian yang bergerak. Pemeliharaan baterai harus rutin karena keandalan sistem ditentukan oleh kondisi baterai.
Untuk beban yang kecil mempunyai kecenderungan makin ekonomis. Alat-alat yang dioperasikan pada tengangan rendah terbatas.
Dapat diaplikasikan langsung pada alat alat praktis. Teknisi yang terlatih untuk perencanaan dan pemasangan sistem konversi energi surya masih sangat sedikit.
Instalasi sistem lebih aman karena tegangan rendah dan searah.
Sumber: Unggul Wibowo, 2000:7

Sarana transformasi guna secara bertahap mengurangi penggunaan energi fosil pada masa yang akan datang perlu dilakukan suatu tradeoffs antara aspek least cost dengan aspek lainnya guna memberikan peluang yang memadai bagi:
1. Pengembangan energi terbarukan
2. Pengembangan energi nuklir
3. Pengembangan energi efisiensi tinggi.
4. Pengembangan energi bersih, ramah lingkungan.

Sedang di Indonesia seharusnya sel surya ini mendapatkan perhatian khusus, sebab Indonesia yang merupakan daerah tropis dan di daerah khatulistiwa maka Indonesia mempunyai karakteristik angin yang kurang baik (sangat fluktuatif) dibanding dengan karakteristik angin di negara –negara Barat namun sangat menguntungkan untuk energi matahari yang rata-rata mendapat sinar matahari 6 jam dalam sehari dengan cuaca yang sangat mendukung.

Tabel 3.3. Potensi Sumber Daya Energi Surya di Beberapa Kota di Indonesia.
No         Kota Provinsi                 Tahun Pengukuran                 Radiasi rata- rata
1 Banda Aceh Aceh                               1980                                 4.1 
2 Palembang Sumatera Selatan 1979 – 1981                     4.95 
3 Menggala Lampung 1                972 – 1979                      5.23 
4 Rawasragi Lampung                 1965 – 1979                         4.13 
5 Jakarta Jakarta                         1965 – 1981                         4.19 
6 Bandung Jawa Barat                       1980                                 4.15 
7 Lembang Jawa Barat                       1980                                 5.15 
8 Citius, Tangerang Jawa Barat       1980                                  4.32 
9 Darmaga, Bogor Jawa Barat               1980                                 2.56 
10 Serpong, Tangerang Jawa Barat    1991 – 1995                         4.45 
11 Semarang Jawa Tengah                1979 – 1981                         5.49 
12 Surabaya Jawa Timur                       1980                                 4.30 
13 Kenteng, Yogyakarta Yogyakarta          1980                                 4.50 
14 Denpasar Bali                                 1977 – 1979                         5.26 
15 Pontianak Kalimantan Barat         1991 – 1993                         4.55 
16 Banjarbaru Kalimantan Selatan 1979 – 1981                         4.80 
17 Banjarmasin Kalimantan Selatan    1991 – 1995                         4.57 
18 Samarinda Kalimantan Timur          1991 – 1995                         4.17 
19 Menado Sulawesi Utara                  1991 – 1995                         4.91 
20 Palu Sulawesi Tenggara                  1991 – 1994                         5.51 
21 Kupang Nusa Tenggara Barat          1975 – 1978                         5.12 
22 Waingapu, Sumba Timur NTT          1991 – 1995                         5.75 
23 Maumere NTT                                1992 – 1994                         5.7

Sumber : Rencana Induk Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan, 1997. 
Direktorat Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi, DESDM


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Energi matahari mempunyai potensi untuk menyediakan berbagai kebutuhan energi di seluruh Indonesia. Selain untuk pembangkit listrik, energi matahari juga membantu tumbuhan untuk berfotosintesis. Energi matahari bukan saja bisa digunakan untuk proses pemanasan ataupun untuk energi listrik, energi matahari juga bisa digunakan untuk pendingin. Jadi, energi matahari adalah energi yang paling penting untuk digunakan dalam kehidupan.

SARAN
Bagi Pemerintah
Instansi pemerintah dan lembaga pendidikan perlu mendorong dan menggalakkan penelitian-penelitian serta aplikasi sel surya.

Bagi Mahasiswa
Energi surya sangat berpotensi di Indonesia karena wilayah Indonesia yang memiliki iklim tropis dan matahari dapat muncul sepanjang tahun, oleh sebab itu kita harus lebih mengembangkan lagi baik dari segi pemanfaatan ataupun pengaplikasiannya.



DAFTAR PUSTAKA

Widodo, Tjatur. 2011. http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_material/solar_cell_sumber_energi_masa_depan_yang_ramah_lingkungan/ , diakses pada 4 Maret 2012

---------, ------. 2012. Energi Surya, http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_surya, diakses pada 4 maret 2012

---------, ------. 2008. Fisika Energi, http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/makalah-energi-matahari-dan-pemanfaatanya/, diakses pada 6 Maret 2012

---------, ------. 2010. Perkembangan Aplikasi Sel  Surya http://majapala18.multiply.com/journal/item/ , diakses pada 7 Maret 2012






*Sumber: https://www.academia.edu/29772179/Makalah_Energi_Surya


Tag : IPA, Lainnya, Sains
0 Komentar untuk "Pemanfaatan Energi Surya"

Back To Top