BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian dalam satu kesatuan yang dimulai dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi ibu terhadap nidasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi dan persalinan dengan kesiapan untuk memelihara bayi.
Dalam menjalani proses kehamilan tersebut, ibu hamil mengalami perubahan-perubahan anatomi pada tubuhnya sesuai dengan usia kehamilannya. Mulai dari trimester I, sampai dengan trimester III kehamilan. Perubahan-perubahan anatomi tersebut meliputi perubahan sistem pencernaan, perubahan sistem perkemihan, dan perubahan sistem muskuloskeletal.
Dari masa kehamilan, persalinan dan nifas tentunya akan mengalami perbedaan dan perubahan fisiologis pada sistem-sistem yang terjadi di dalamnya, salah satunya adalah perubahan fisiologis masa kehamilan pada sistem musculoskeletal dan kadiovaskuler. Mengingat adanya perubahan itulah maka penyusun membuat makalah yang membahas tentang perubahan sistem kardiovaskuler dan musculoskeletal pada masa kehamilan.
B. TUJUAN
• Mengetahui perubahan perubahan fisiologis yang terjadi pada system muskuloskeletal dan kardiovaskuler ibu hamil.
• Mengetahui masalah sistem muskuloskeletal dan kardiovaskuler pada ibu hamil.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERUBAHAN KARDIOVASKULER PADA MASA KEHAMILAN
I. PENGERTIAN SISTEM KARDIOVASKULER
Kardiovaskular adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan jantung dan peredaran darah. Sistem peredaran darah, merupakan juga bagian dari kinerja jantung dan jaringan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini menjamin kelangsungan hidup organisme, didukung oleh metabolisme setiap sel dalam tubuh dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan tubuh.
Pertama, darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon dioksida dalam arah yang berlawanan (lihat respirasi).
Kedua, yang diangkut dari nutrisi yang berasal pencernaan seperti lemak, gula dan protein dari saluran pencernaan dalam jaringan masing-masing untuk mengkonsumsi, sesuai dengan kebutuhan mereka, diproses atau disimpan.
II. PERUBAHAN PADA SISTEM KARDIOVASKULER
Ketika seorang ibu hamil memasuki usia minggu ke-5, maka salah satu organ yang mengalami perubahan fungsi secara fisiologis adalah jantung. Pada saat itu jantung mengalami perubahan yang komplek yang berefek pada perubahan fisiologi tubuh lainnya. Perubahan itu antara lain :
1. Pada minggu ke 10-20 volume jantung mengalami peningkatan.
2. Volume Plasma juga mengalami peningkatan sejak usia kehamilan 6-8 minggu sampai dengan usia 32 minggu maximal 4700-5200 ml (sekitar 45 %).
3. Peningkatan produksi sel darah merah (Red Blood Cell) sekitar 20-30 % Peningkatan volume sirkulasi sekitar 45 %
4. Peningkatan volume darah pada akhir tekanan diastolik (Trimester II, awal Trimester III)
Perubahan sistem kardiovaskuler terjadi selama masa kehamilan dan sangat perlu dipahami bahwa perhatian pada wanita hamil normal sangatlah penting, sama pentingnya dengan perhatian kepada wanita dengan kelainan kardiovaskuler saat hamil.
Adaptasi sistem kardiovaskuler akan melindungi fungsi fisiologi normal wanita, memenuhi kebutuhan metabolik tubuh saat kehamilan, dan menyuplai kebutuhan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Hipertropi atau dilatasi ringan jantung akan meningkatkan volume plasma darah dan curah jantung. Diafragma akan terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas dan berotasi kedepan atau ke kiri. Peningkatan volume darah dan curah jantung menimbulkan perubahan auskultasi yang terjadi pada masa hamil. Denyut jantung akan meningkat secara perlahan hingga mencapai 10-15 kali/menit yang terjadi antara minggu ke-14 dan ke-20, kemudian menetap sampai aterm.
Berikut perubahan sistem kardiovaskuler yang terjadi pada masa kehamilan yaitu :
1. Tekanan darah
Tekanan darah arteri brakhialis akan bervariasi berdasarkan usia ibu. Adapun faktor yang mempengaruhi yaitu posisi ibu pada saat pengukuran, kecemasan ibu dan ukuran manset. Posisi ibu akan berpengaruh pada hasil pengukuran karena posisi uterus dapat menghambat aliran balik vena, begitu juga dengan curah jantung dan tekanan darah akan mengalami penurunan. Pada saat wanita duduk akan diperoleh tekanan darah brakhialis yang tertinggi, ketika wanita berbaring dengan posisi recumbent lateral kiri akan diperoleh hasil yang terendah, sedangkan ketika mengambil posisi terlentang tekanan darah berada pada posisi tersebut.
Tekanan sistolik hampir konstan, tekanan diastolik menurun drastis pada trimester satu, mencapai terendah pada usia kehamilan 16-20 minggu. Pada termin berikutnya kembali pada tekanan yang sama seperti pada trimester satu. Pada saat pertengahan semester perunahan pada tekanan darah dapat menyebabkan ketidaksadaran/pingsan pada ibu hamil. Dengan berlanjutnya kehamilan, keadaan yang tidak mendukung seperti posisi terlentang harus di hindarkan karena dapat menyebabkan hip[ertensi yang terjadi pada 10% wanita hamil, dikenal juga dengan sindrom hipotensif terlentang.
Pada kehamilan uterus menekan vena cava sehingga mengurangi darah vene yang akn kembali ke jantung. Curah jantung mengalami pengurangan sampai 25-30% dan tekanan darah busa turun 10-15% yang dapat membangkitkan pusing, mual, dan muntah. Vena cava menjadi miskin oksigen pada akhir kehamian, sejalan dengan meningkatnya distensi dan tekanan pada vena kaki, vulva, rektum, dan pelvis akan menyebabkan edema di bagian kaki, vena dan hemoroid.
2. Komposisi dan volume darah
Pada masa kehamilan, anatomi pada sistem kardio vaskuler mengalami perubahan , antara lain:
Penebalan otot dinding ventrikel (trimester I)
Terjadi dilatasi (pelebaran) secara fisiologis pada jantung, karena volume rongga perut (abdomen) meningkat menyebabkan hipertropi jantung dan posisi jantung bergeser ke atasdan ke kiri
Pada fonokardiogram terdapat : splitting (bunyi jantung tambahan), murmur sistolik dan Perubahan tekanan darah
Kadar bertambahnya volume darah bervariasi. Peningkatan volume darah ±1500 cc. Nilai normal 8,5%-9% dari berat badan. Peningkatan komposisis plasma sebesar 1000 cc sedangkan sel darah merah 450 cc. Peningkatan aliran darah pada kulit dan membran mukosa dan sebagian kaki dan tangan, mencapai maksimum 500 ml per menit pada kehamilan 36 minggu dan untuk membentuk ekstra panas untuk metabolisme. Ini menerangkan tentang vaso dilatasi yang menyebabkan mengapa wanita hamil merasakan panas dan selalu berkeringat setiap saat dan menderita nasal kongesti.
Peningkatan Volume darah hanya sedikit yaitu sekitar 20% atau 100% atau bervariasi bergantung pada ukuran tubuh wanita, paritas, primigravida, atau multigravida. Volume darah Ibu akan meningkat secara progresif pada kehamilan 6 – 8 minggu dan akan mencapai maksimum pada kehamilan mendekati 32 – 34 minggu. Peningkatan dimulai dari usia kehamilan 10 minggu dan secara progresif sampai dengan kehamilan 30-34 minggu (peningkatan maksimum). Sirkulasi volume darah yang tinggi diperlukan untuk:
Persediaan aliran darah ekstra untuk plasenta di khori desidual
Menyuplai kebutuhan metabolisme ekstra janin
Persediaan untuk perkusi ekstra dari ginjal atau organ lain
Sebagai pengimbangan dari arteri yang meningkat dan kapasitas vena
Sebagai kompensasi hilangnya darah pada saat transportasi
Selama kehamilan terjadi peningkatan produksi sel darah merah sebesar 4-5,5 juta/mm kubik (normal). Massa sel darah merah meningkat 30-33% pada kehamilan matur dengan pemberian zat besi dan pada wanita yang tidak mendapat suplemen zat besi sel darah merahnya hanya meningkat sebesar 17%. Walaupun terjadi peningkatan sel darah merah tampak terjadi penurunan nilai hemoglobin sebesar 12 hingga 16 gr/dl, dan nilai hematokrit 30-47%.
Apabila hemoglobin turun sampai 10 gr/dl atau kurang dan hematokrit sampai 35% atau kurang, maka wanita tersebut diperkirakan mengalami anemia. Total sel darah putih akan meningkat selama trimester kedua dan akan mencapai puncaknya pada trimester ketiga. Delapan minggu setelah melahirkan, volume darah kembali normal.
Peningkatan volume darah mempunyai beberapa fungsi penting:
1. Untuk memelihara kebutuhan peningkatan sirkulasi karena ada pembesaran uterus dan unit foeto-plasenta.
2. Mengisi peningkatan resevoir vena.
3. Melindungi ibu terhadap perdarahan pada saat melahirkan.
4. Selama kehamilan ibu menjadi hiperkoagulopati.
Perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan kebutuhan suplai Fe kepada ibu hamil meningkat sekitar 500 mg/hari. Ibu hamil sering lebih cepat mengalami kelelahan dalam beraktifitas, bengkak pada tungkai bawah, terjadinya anemia fisiologis ( keadaan normal Hb 12 gr% dan hematokrit 35 %) dan 10% wanita hamil mengalami hipotensi dan diaphoretic bila berada dalam posisi.
Walaupun begitu dalam keadaan normal, kesehatan wanita hamil tidak akan terganggu. Namun pada ibu hamil denngan riwayat penyakit jantung, kondisi ini memperburuk keadaan. Sehingga seorang wanita dengan penyakit atau gangguan pada jantung sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan.
Perubahan perubahan ini adalah untuk perlindungan terhadap perdarahan katastropik tetapi juga akan merupakan predisposisi terhadap fenomena tromboemboli. Karena plasenta kaya akan tromboplastin, maka bila terjadi Solusio plasentae terdapat risiko terjadinya DIC.
3. Cardiac output
Curah jantung akan meningkat 40% pada usia kehamilan 12 minggu dan 50% pada kehamilan 34 minggu. Peningkatan yang terjadi tergantung dari individu. Pada trimester ketiga, aliran pada curah jantung mengalami pengurangan karena ada penekanan pada vena cava inferior oleh uterus. Adanya perubahan peningkatan aliran atau tidak pada saat kehamilan sangat bersifat individual.
4. Sistem Koagulasi
Sistem pembekuan darah dan fiebrinogen mengalami akselerasi yang sangat pesat pada saat kehamilan. Fibrinogen plasma faktor X meningkat dari 3 bulan pertama kehamilan dan terus meningksat sedikit. Faktor VII,VII, IX, dan X semua meningkat sejalan dengan konsumsi trobosit kapasitas pembekuan darah meningkat. Hal ini kemungkinan merupakan persiapan untuk mencegah haemoragi pada pelepasan plasenta, tapi merupakan resiko tinggi terjadinya trombosis, emboli, dan adanya komplikasi
Perubahan-perubahan pada sistem kardiovaskuler akan berlangsung pada kaum ibu yang sedang mengandung. Perubahan-perubahan itu sedikit banyak akan berpengaruh pada janin dalam kandungan, apalagi bila kebetulan sang ibu menderita penyakit jantung. Jantung seorang ibu hamil akan bekerja lebih berat, karena oksigen yang sangat dibutuhkan janin, hanya dapat disuplai melalui darah sang ibu. Kondisi demikian inilah, yang menyebabkan terjadinya perubahan- perubahan sistem kardiovaskuler, meskipun masih dalam batas-batas fisiologik. Peningkatan volume plasma masih berlangsung setelah 12 - 24 jam pasca-persalinan. Setelah proses itu terlewati, volume plasma akan menurun kembali pada nilai volume plasma seperti sebelum hamil.
Proses penyesuaian volume plasma ini, berlangsung hingga dua minggu pascapersalinan. Semua ini merupakan perubahan alamiah, yang tidak akan berpengaruh pada jantung normal. Tetapi jantung yang sakit, tentunya bakal kewalahan.
B. PERUBAHAN SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MASA KEHAMILAN
I. PENGERTIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem musculoskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari :
o Muskuler/Otot : Otot, tendon,dan ligament
o Skeletal/Rangka : Tulang dan sendi
Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sebagai kerangka tubuh sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sebagai proteksi sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin betambah. Adaptasi ini mencakupi peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum system muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali.
II. PERUBAHAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
Perubahan sistem muskuloskeletal selama masa kehamilan adalah perubahan tulang belakang yang menjadi lordosis yang progresif dan itu menjadi bentuk umum pada masa kehamilan. Hal ini terjadi akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan.
Adapun perubahan sistem muskuloskeletal pada masa kehamilan meliputi:
1. Dinding perut dan peritoneum
Peritoneum adalah membran berkilau yang melapisi semua organ perut. Dengan mengeluarkan cairan peritoneal, membran ini memungkinkan isi perut bergerak dengan lancar selama pengolahan makanan di usus. Luas permukaan peritoneum sama besar dengan permukaan kulit, sekitar dua meter persegi.
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada saat wanita asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdonimis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis, dan kulit.
2. Kulit Abdomen
Abdomen adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian dari tubuh yang berada di antara thorax atau dada dan pelvis di hewan mamalia dan vertebrata lainnya. Pada arthropoda, abdomen adalah bagian paling posterior tubuh, yang berada di belakang thorax atau cephalothorax (sefalotoraks). Dalam bahasa Indonesia umum, sering pula disebut dengan perut. Bagian yang ditutupi atau dilingkupi oleh abdomen disebut cavitas abdominalis atau rongga perut.
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal.
3. Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus trektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas, dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama pengembalian tonis otot menjadi normal.
4. Perubahan Ligamen
Ligamen (ligamentum) adalah jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut-serabut liat yang mengikat tulang satu dengan tulang lain pada sendi. Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligametum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
5. Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat menyebabkan mordibitas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara lain : nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalapasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca meahirkan, bahkan ada yang menetap.
C. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER MASA NIFAS
Pada masa nifas, terjadi perubahan hebat yang melibatkan jantung dan sirkulasi. Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi dalam 8 minggu pertama kehamilan. (cuningham : 2009: hal 24-25).
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini (Helen farrer : 2001 : hal 227)Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis). Organ-organ penyusun sistem kardiovaskuler terdiri atas jantung sebagai alat pompa utama, pembuluh darah, serta darah. Sistem kardiovaskuler yang sehat ditandai dengan proses sirkulasi yang normal, apabila sirkulasi terhambat akibat keabnormalan dari organ-organ penyusun sistem kardiovaskuler ini maka akan dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan bisa mematikan.
Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara cepat mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc. Bila kelahiran melalui seksio sesarea, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan hematokrit (haemoconcentration). Bila persalinan pervaginam, hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria, hematokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan decompensation cordia pada penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5 postpartum.
Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterin, meningkat selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penurunan hormon estrogen, yang dengan cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar estrogen menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal. Plasma darah tidak banyak mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.
Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada persalinan per vaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesarea, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post patum.
Macam-Macam Perubahan Sistem Kardiovaskuler Masa Nifas
1. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran caira ekstravaskuler (edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke 3 dan ke 4 setelah bayi lahir volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume darah sebelum hamil.
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila kelahiran melalui seksio sesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hermatokrit (haemoconcentration). Bila perasalinan pervaginan, hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria, hemaktokrit cenderung stabil
dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
Tiga perubahan fisiologi pascapartum yang melindungi wanita:
a. Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10% sampai 15%
b. Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasolitasi
c. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita hamil
2. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang msa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadan ini meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasaya melintasi sikuir uteroplasenta tiba-tiba kembali kesirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran. Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara cepat mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan decompensation cordia pada penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5 post partum.
3. Varises
Varises ditungkai dan disekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil. Varises, bahkan varises vulva yang jarang dijumpai, dapat mengecil dengan cepat setelah bayi lahir. Operasi varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian dalam satu kesatuan yang dimulai dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi ibu terhadap nidasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi dan persalinan dengan kesiapan untuk memelihara bayi.
Masa nifas adalah masa setealah lahirnya hasil konsepsi sampai pulihnya organ reproduksi seperti sebelium hamil, pada masa ini banyak terjadi perubahan yang di alami oleh wanita postpartum pada sistem endokrin terjadi perubahan peningkatan dan penurunan hormon–hormon, pada sistem kardiovaskuler terjadi perubahan pada volume darah dan curah jantung
Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Oleh karena itu, tenaga kesehatan terutama bidan harus memahami perubahan-perubahan tersebut agar dapat memberikan penjelasan dan intervensi yang tepat kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Anisah, N., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Rukiyah, A., dkk. 2014. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta. Trans Info Media.
*Sumber: https://www.academia.edu/35051758/MAKALAH_ANATOMI_FISIOLOGI_SISTEM_PERUBAHAN_PADA_KEHAMILAN
0 Komentar untuk "Sistem Perubahan Pada Kehamilan"