2.1 Landasan Teori
Pertimbangan utama dilakukan peremajaan kelapa sawit adalah karena umur tanaman yang lebih dari umur ekonomis atau sekitar 25 tahun, tanaman tua dengan produktivitas rendah atau dibawah 13 ton TBS/Ha/Tahun, sehingga kurang menguntungkan. Salah satu metode peremajaan tanaman yang memungkinkan masih menerima penghasilan selama masa peremajaan adalah dengan sistem underplanting, yaitu teknik peremajaan dengan peracunan serta menanam tanaman baru diantara tanaman tua (Atman. 2007).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada areal peremajaan kebun (sawit) adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan penanaman
Membuat rencana dan desain kebun yang akan dikelola dengan mempertimbangkan: lingkup pekerjaan, ketersediaan mesin-mesin dan peralatan yang memadai, waktu pelaksanaan dan biaya (Hadi, 2004).
2. Membersihkan Bagian Tanaman Terserang Ganoderma
Pada areal yang terserang Ganoderma, perlu dilakukan sensus batang-batang pohon yang terserang untuk kemudian ditebang dan dibersihkan dari areal tanaman baru atau di eradikasi. Lubang bekas tanaman terserang diberikan Trichoderma (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009).
3. Membuat Pancang Tanam
Pancang jalur dibuat untuk menentukan jalur tanaman baru, jaringan jalan, jalur pemanenan dan saluran drainase. Untuk meminimalkan resiko infeksi serangan Ganoderma, jalur tanaman baru diletakkan di antara jalur tanaman lama (Atman, 2007).
4. Pembuatan Jalan dan Saluran Drainase
Pembuatan jalan (saluran) pengumpulan/pengawasan atausaluran drainase sekunder dapat dilakukan sebelum atau segera setelah penumbangan pohon sawit lama. Apabila saluran lama tidak sesuai dengan letak saluran yang baru, maka saluran lama perlu ditutup dengan tanah dan saluran baru dibuat sesuai dengan letak pancang jalur. Apabila saluran lama masih sesuai dengan letak saluran baru, maka saluran tersebut digali kembali sedalam saluran baru. Di areal datar, saluran lapangan dibuat di antara 4 atau 8 jalur tanaman, sedangkan saluran koleksi ditempatkan di tengah 2 saluran lapangan (Tim Penyusun SPO, 2007).
5. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam untuk kelapa sawit dibuat dengan ukuran panjang x lebar x kedalaman lubang tanam (60 cm x 60 cm x 60 cm). Tetapi ada juga yang berukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada saat menggali, tanah atas diletakkan di sebelah utara dan tanah bawah diletakkan di sebelah selatan lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila lubang telah selesai dibuat, ajir ditancapkan lagi di tengah-tengah lubang (Setyamidjaja 2006). Menurut Pahan (2012), pembuatan lubang tanam dapat dilakukan secara manual dan mekanis dengan menggunakan alat post hole digger (PHD). Sistem tanam yang dianjurkan yaitu membuat lubang tanam satu bulan sebelum masa tanam. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemasaman tanah dan mengontrol ukuran lubang yang dibuat. Pengontrolan ukuran ini perlu dilakukan karena ukuran lubang tanam merupakan salah satu aspek penting dalam perkebunan kelapa sawit (Wibowo, 2017).
6. Penumbangan, Pecincangan dan Merumpuk Pokok
Kegiatan penumbangan, pencincangan, dan merumpuk pokok merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan karena ketiga kegiatan tersebut dilakukan langsung secara berurutan di lapangan. Penumbangan pokok dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah kegiatan pencincangan batang kelapa sawit. Kegiatan pencincangan dilakukan langsung setelah pokok kelapa sawit tumbang dengan menggunakan bucket pisau yang telah dipasang pada bucket excavator. Pencincangan ini bertujuan untuk mempercepat pelapukan pokok sawit dan menghindari perkembangbiakan Oryctes Rhinoceros pada pokok yang sudah mati. Pencincangan dilakukan dari bagian bonggol akar hingga ujung pelepah. Batang kelapa sawit yang telah dicincang akan disusun rapi sesuai dengan pancang rumpuk yang telah ditentukan sebelumnya. Rumpukan ini bertujuan untuk merapikan baris tanaman, sebagai mulsa tanaman, dan bermanfaat sebagai bahan organik yang dapat menyuburkan tanaman (Wibowo 2017).
7. Membersihkan Jalur Tanam
Hasil rencekan ditempatkan (dirumpuk) di antara jalur tanaman, dengan jarak 1 meter di kiri kanan pancang. Dengan demikian diperoleh 2 meter jalur yang bersih dari potongan kayu-kayuan (Hadi, 2004).
8. Deboling
Deboling adalah kegiatan pembongkaran sisa bonggol termasuk perakaran lama pokok kelapa sawit yang telah ditumbang menggunakan excavator. Ukuran penggalian lubang adalah 2 m x 2 m x 1 m. Kegiatan ini dilakukan 1-2 minggu setelah kegiatan pencincangan selesai. Bekas galian dibiarkan terbuka selama 2 minggu dengan tujuan untuk mengangkat perakaran ke permukaan dan mengurangi potensi tumbuhnya jamur Ganoderma. Prestasi excavator dalam kegiatan ini 200 lubang/unit/hari dengan jam kerja 10 HM (Wibowo, 2017).
9. Pembuatan Teras
Pada areal yang bertopografi bergelombang atau berbukit, perlu dilakukan terasering dengan mengikuti teknik konservasi tanah dan air. Pada lahan dengan tingkat kelerengan lebih dari 10o, perlu dibuat teras tanaman dengan lebar 4 m, kecuali pada tanah yang memiliki lapisan tanah dangkal dihindari pemotongan sampai ke bahan batuan induk. Teras harus mengikuti garis kontur. Pada lahan dengan tingkat kelerengan antara 5 sampai 10o, teras harus dibuat dengan lebar antar teras sekitar 30 m (Tim Penyusun SPO, 2007).
10. Peracunan
Peracunan dilakukan untuk mematikan tanaman tua yang belum ditumbang. Peracunan pada tahun pertama dilakukan pada setengah populasi sisa tanaman yang belum ditumbangkan dan pada tahun kedua peracunan dilakukan pada sisa tanaman tua yang masih ada. Setelah tanaman mati dan mengering maka dilakukan penumbangan, perencekan dan merumpuk seperti keterangan yang sudah ada di awal (Atman, 2007).
A. System Replanting dan Cara Tanam Ulang
1. Dengan injection
Tahap yang dilakukan dengan sistem injection sebagai berikut :
1) Tanaman sawit dilakukan pengeboran pada bagian batang dengan ketinggian dari permukaan tanah ± 1 Mtr dengan kedalaman 2/3 dari penampang melintang;
2) Sudut pengeboran 450;
3) Bahan yang digunakan Gramoxone sebanyak 75 Cc dan rumput kering untuk penutup lubang dalam setiap pokok;
4) Cara tanam ulang disamping tanaman lama dengan jarak ± 2 Mtr dalam barisan tanaman.
2. Dengan System Alat Berat (Excavator/Bull Dozer)
Tahap yang dilakukan dengan sistem alat berat sebagai berikut :
1) Penumbangan menggunakan Excavator arah tumbangan ke arah dalam barisan;
2) Dapat langsung diracik/cacah;
3) Dapat langsung disusun/dirumpuk dalam barisan;
4) Cara tanam ulang untuk tanaman baru disamping rumpukan dengan jarak tanam ± 2 Mtr.
3. Peremajaan Ulang Dengan System Gergaji Rantai
Tahap yang dilakukan dengan sistem sistem gergaji rantai sebagai berikut :
1) Menebang pohon sawit dengan memotong batang membentuk segi tiga dengan jarak dari permukaan tanah ± 80 cm sesuai arah dalam barisan;
2) Setelah penebangan perlu dilakukan pemotongan pelepah disusun dalam barisan sekaligus merapikan batangnya;
3) Cara replanting untuk tanaman baru disamping rumpukan dengan jarak tanam ± 2 Mtr.
4. Pertimbangan dalam Peremajaan
Pertimbangan dalam melakukan peremajaan terhadap pohon kelapa sawit yaitu:
1) Umur tanaman sudah tua > 25 tahun;
2) Produktivitas rendah sehingga tidak ekonomis (<10 ton TBS/ha/th);
3) Bahan tanaman tidak unggul (illegitim);
4) Kesulitan panen (tinggi tanaman >12 meter);
5) Kerapatan tanaman rendah ( <80 phn/ha).
D. Keuntungan dan Kekurangan Peremajaan Kelapa Sawit
1. Keuntungan
1) Meningkatkan produktivitas kelapa sawit;
2) Meningkatkan pendapatan operasional usaha tani;
3) Menghasilkan tanaman baru yang muda dengan produksi yang tinggi.
2. Kekurangan
1) Mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam proses peremajaan;
2) Apabila dilakukan secara serentak akan mengakibatkan berhentinya proses produksi di pabrik, maka dari itu sebaiknya di lakukan pada sebagian areal terlebih dahulu dan secara bergantian.
III. METODE
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah literatur yang tertera pada daftar pustaka.
3.2 Metode Kerja
Metode kerja yang digunakan penulis adalah metode kerja yang disesuaikan dengan hasil penelitian dari Wisnu Hari Wibowo dan Ahmad Junaedi (2017) pada kebun kelapa sawit di Seruyan Estate, Minamas Plantation Group, Seruyan, Kalimantan Tengah. Metode dalam kegiatan penelitian adalah metode langsung dan tidak langsung yang digunakan untuk memperoleh data-data primer dan sekunder. Metode langsung yang dilakukan adalah praktek kerja di lapangan dengan mengikuti pelaksanaan kegiatan teknis dan manajerial perusahaan dan melakukan wawancara ataupun diskusi dengan para staf dan pekerja kebun. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data berdasarkan laporan harian, bulanan, dan tahunan dari arsip kebun.
IV. Hasil dan Pembahasan
1. Kondisi Umum
Seruyan Estate secara geografis terletak antara 2.391-2.471 oLS dan 111.984-112.083 oBT yang terletak di Desa Pembuang Hulu II, Kecamatan Hanau, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Luas areal Hak Guna Usaha (HGU) di kebun Seruyan Estate adalah 3.233,466 ha yang terbagi menjadi 3 divisi yaitu Divisi 1 seluas 965,998 ha, Divisi 2 seluas 1.075,444 ha, dan Divisi 3 seluas 1.023,744 ha. Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Seruyan Estate adalah varietas Marihat yang diproduksi oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan varietas Socfindo yang diproduksi oleh PT. Socfindo. Seruyan Estate saat ini memiliki enam variasi tahun tanam, yaitu tahun 1992, 1993, 1994, 2013, 2014, dan 2015. Data produksi dan produktivitas Kebun Seruyan Estate dapat dilihat pada Tabel 1.
Teknis kegiatan dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan lahan dan tahap penanaman. Kegiatan-kegiatan pada tahap persiapan lahan meliputi sensus pokok, pancang rumpuk, penumbangan, pencincangan, dan merumpuk pokok, deboling, tutup lubang deboling, dan pembuatan jalan kontur. Setelah tahap persiapan lahan selesai, kegiatan pada tahap penanaman adalah pemancangan titik tanam, penanaman kacangan penutup tanah, pembuatan lubang tanam, dan penanaman tanaman kelapa sawit. Kebun Seruyan Estate melakukan peremajaan menggunakan sistem kontrak dengan perusahaan kontraktor. Perusahaan kontraktor akan membantu melaksanakan kegiatan peremajaan dari awal sampai akhir berdasarkan SPK (Surat Perjanjian Kerja) yang telah disepakati bersama. Kebun Seruyan Estate menggunakan lima alat excavator bertipe PC 200, satu alat bulldozer tipe D85E-SS dan dua alat hole digger dengan satu orang operator dan satu orang sebagai cadangan pada masing-masing alat. Tabel jadwal perencanaan teknis kegiatan peremajaan untuk blok dengan luas 57 ha di Seruyan Estate dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel
3. Jadwal perencanaan kegiatan peremajaan di Seruyan Estate
No
|
Kegiatan
|
Minggu ke-
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
1
|
Sensus
Pokok (maks 6 bulan sebelum tumbang)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pancang
rumpuk
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Tumbang,
cincang, dan rumpuk
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Deboling
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Pembuatan
Jalan kontur
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Pancang
titik tanam
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Menanam
kacangan penutup tanah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Pembuatan
lubang tanam
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Tanam
Kelapa sawit
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5. Penumbangan, Pencincangan, dan Merumpuk Pokok
Kegiatan penumbangan, pencincangan, dan merumpuk pokok merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan karena ketiga kegiatan tersebut dilakukan langsung secara berurutan di lapangan. Penumbangan pokok dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah kegiatan pencincangan batang kelapa sawit. Pencincangan ini bertujuan untuk mempercepat pelapukan pokok sawit dan menghindari perkembangbiakan jamur pada pokok yang sudah mati. Pencincangan dilakukan dari bagian bonggol akar hingga ujung pelepah. Batang kelapa sawit yang telah dicincang akan disusun rapi sesuai dengan pancang rumpuk yang telah ditentukan sebelumnya. Rumpukan ini bertujuan untuk merapikan baris tanaman, sebagai mulsa tanaman, dan bermanfaat sebagai bahan organik yang dapat menyuburkan tanaman.
Tabel 4. Prestasi kerja satu alat excavator pada kegiatan penumbangan, pencincangan, dan merumpuk pokok
Hari ke-
|
Jumlah Pokok
|
Hari ke-
|
Jumlah Pokok
|
1
|
132
|
6
|
167
|
2
|
126
|
7
|
101
|
3
|
131
|
8
|
139
|
4
|
159
|
9
|
68
|
5
|
161
|
10
|
134
|
Rata- Rata
|
131,8
|
Tabel 4 menunjukkan bahwa satu alat excavator rata-rata dapat menumbang, mencincang, dan merumpuk 132 pokok kelapa sawit dalam satu hari kerja. Jam kerja excavator normalnya adalah 10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu jam, satu excavator dapat menumbang, mencincang, dan merumpuk 13 pokok kelapa sawit.
6. Deboling
Tabel 5. Prestasi kerja satu alat excavator pada kegiatan deboling
Hari ke
|
Jumlah Lubang
|
Hari ke-
|
Jumlah Lubang
|
1
|
191
|
1
|
200
|
2
|
222
|
2
|
200
|
3
|
216
|
3
|
228
|
4
|
174
|
4
|
155
|
5
|
208
|
5
|
209
|
Rata-Rata
|
200,3
|
Prestasi excavator dalam kegiatan ini 200 lubang/unit/hari dengan jam kerja 10 HM. Tabel 4 menunjukkan bahwa satu alat excavator rata-rata dapat membongkar 200 lubang perakaran dalam satu hari kerja. Jam kerja excavator normalnya adalah 10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu jam, satu excavator dapat membongkar 20 lubang bekas perakaran kelapa sawit.
7. Pembuatan Jalan Kontur
Pembuatan jalan kontur di kebun dilakukan dengan menggunakan bulldozer. Pembuatan jalan ini bertujuan untuk memudahkan dalam operasional pekerjaan di lapangan, terutama dalam pencatatan produksi, pengaturan organisasi kerja, pengukuran ouput kerja, dan pengawasan lapangan. Batas-batas blok diusahakan selurus mungkin, walaupun hal ini sulit diterapkan pada areal yang berbukit.
Tabel 6. Prestasi kerja satu alat bulldozer pada kegiatan pembuatan jalan kontur
Hari ke
|
Pannjang jalan koleksi (m)
|
1
|
955
|
2
|
955
|
3
|
952
|
4
|
951
|
5
|
951
|
Rata-Rata
|
953
|
Tabel 6 menunjukkan bahwa satu alat bulldozer rata-rata dapat membuat jalan kontur sepanjang 953 m dalam satu hari kerja. Jam kerja bulldozer normalnya adalah 10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu jam, satu excavator dapat membuat 95 m jalan kontur. Seperti halnya kegiatan lainnya yang menggunakan alat berat, kegiatan deboling juga terhambat apabila cuaca sedang hujan. Hal ini akan memperberat kinerja mesin, membuat jalan menjadi susah untuk dilewati dan dibentuk, serta dapat membuat mesin menjadi cepat rusak.
8. Pemancangan Titik Tanam
Pancang tanam bertujuan untuk memudahkan pengaturan jarak tanam dan mendapatkan populasi yang optimal dalam penanaman kelapa sawit. Kegiatan ini membutuhkan 4-5 orang tenaga ahli dengan satu orang pembidik dan satu orang mandor. Alat-alat yang dibutuhkan antara lain dua buah tali seling berukuran 150 m dengan satu tali seling diberi tanda setiap 3,96 m dan tali seling lainnya diberi tanda setiap 6,9 m, pancang berukuran 2 m yang terbuat dari bambu atau pelepah kelapa sawit, dan kompas untuk mengetahui arah mata angin. Prestasi kerja pada kegiatan memancang titik tanam rata-rata adalah 10 ha/HK.
9. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam bertujuan sebagai tempat penanaman tanaman kelapa sawit yang baru. Lubang tanam memiliki ketentuan diameter 45 cm dan kedalaman 60 cm. Lubang tanam dibuat berdasarkan pancang tanam yang telah dilakukan sebelumnya. Lubang tanam digali menggunakan hole digger yang dikendalikan dengan traktor. Tabel 6 menunjukkan bahwa satu alat hole digger rata-rata dapat menggali 870 lubang tanam dalam satu hari kerja. Jam kerja hole digger normalnya adalah 10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu jam, satu hole digger dapat menggali 87 lubang untuk penanaman kelapa sawit.
Tabel 7. Prestasi kerja satu alat hole digger pada kegiatan pembuatan lubang tanam
Hari ke
|
Jumlah Lubang
|
Hari ke-
|
Jumlah Lubang
|
1
|
765
|
1
|
686
|
2
|
850
|
2
|
510
|
3
|
1020
|
3
|
1275
|
4
|
850
|
4
|
1156
|
5
|
680
|
5
|
910
|
Rata-Rata
|
870,2
|
10. Penanaman Kelapa Sawit
Kegiatan penanaman kelapa sawit dilakukan setelah pembuatan lubang tanam selesai dilakukan. Menurut Tim Bina Karya Tani (2009), sebelum menanam, dasar lubang terlebih dahulu dipupuk dan lubang tanam diisi tanah secukupnya sampai mencapai kedalaman lubang setinggi polybag dan dilakukan pemotongan akar bibit yang menembus keluar polybag. Lubang tanam diberi pupuk rock phosphate (RP) 500 gram/pokok untuk membantu mempercepat tumbuhnya perakaran. Tanah dipadatkan dengan cara menginjak tanah di sekitar tanaman kelapa sawit hingga permukaan tanah dalam polybag sejajar dengan permukaan tanah. Hal ini bertujuan agar tanaman tidak mudah doyong atau miring apabila terkena angin. Prestasi kerja karyawan pada kegiatan penanaman kelapa sawit rata-rata adalah 100 pokok/HK yang dikerjakan oleh 10 orang tenaga kerja.
0 Komentar untuk "Sistem Peremajaan Kelapa Sawit"