Sistem Peremajaan Kelapa Sawit

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pasar industri kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang baik dan berkelanjutan dapat dicapai apabila perusahaan memiliki stabilitas di dalam produksinya. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan produksi atau stabilitas produksi, teknik dalam pembudidayaan kelapa sawit menjadi penting. Menurut Setyamidjaja (2006), teknik budidaya kelapa sawit terdiri dari beberapa tahap, antara lain pembibitan, pembukaan lahan, rancangan kebun, penanaman, tanaman penutup tanah, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM), pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM), dan peremajaan (Wibowo, 2017).

Salah satu kegiatan yang penting dalam teknik budidaya adalah peremajaan. Program peremajaan tanaman harus disiapkan dengan baik, khususnya pada perkebunan plasma. Menurut Hutasoit et al. (2015), persepsi petani terhadap kegiatan peremajaan sangat baik. Hal ini berimplikasi pada tingginya tingkat kesiapan petani untuk melakukan peremajaan kelapa sawit saat umur tanaman kelapa sawit sudah tidak produktif lagi. Petani telah mengetahui pentingnya peremajaan untuk menjaga keberlanjutan usaha perkebunan kelapa sawit. Petani juga telah memperoleh berbagai pelatihan mengenai pentingnya kegiatan peremajaan bagi keberlanjutan usaha perkebunan kelapa sawit yang lestari (Wibowo, 2017). 

1.2 Tujuan 
1. Mengetahui tujuan dilakukan peremajaan terhadap tanaman kelapa sawit;
2. Dapat menunjukan proses peremajaan tanaman kelapa sawit;
3. Mengetahui manfaat dan fungsi dari peremajaan kelapa sawit.
4. Mengetahui alat atau mesin yang digunakan untuk peremajaan kelapa sawit.

1.3 Manfaat
1. Mengetahui tujuan dilakukan peremajaan terhadap tanaman kelapa sawit;
2. Mahasiswa mengetahui proses peremajaan kelapa sawit;
3. Mahasiswa mengetahui manfaat dan fungsi dari peremajaan kelapa sawit.
4. Mahasiswa mengetahui alat atau mesin yang digunakan untuk peremajaan kelapa sawit


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori
Pertimbangan utama dilakukan peremajaan kelapa sawit adalah karena umur tanaman yang lebih dari umur ekonomis atau sekitar 25 tahun, tanaman tua dengan produktivitas rendah atau dibawah 13 ton TBS/Ha/Tahun, sehingga kurang menguntungkan. Salah satu metode peremajaan tanaman yang memungkinkan masih menerima penghasilan selama masa peremajaan adalah dengan sistem underplanting, yaitu teknik peremajaan dengan peracunan serta menanam tanaman baru diantara tanaman tua (Atman. 2007).

Sistem Peremajaan Kelapa Sawit

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada areal peremajaan kebun (sawit) adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan penanaman
Membuat rencana dan desain kebun yang akan dikelola dengan mempertimbangkan: lingkup pekerjaan, ketersediaan mesin-mesin dan peralatan yang memadai, waktu pelaksanaan dan biaya (Hadi, 2004).
2. Membersihkan Bagian Tanaman Terserang Ganoderma
Pada areal yang terserang Ganoderma, perlu dilakukan sensus batang-batang pohon yang terserang untuk kemudian ditebang dan dibersihkan dari areal tanaman baru atau di eradikasi. Lubang bekas tanaman terserang diberikan Trichoderma (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009).
3. Membuat Pancang Tanam
Pancang jalur dibuat untuk menentukan jalur tanaman baru, jaringan jalan, jalur pemanenan dan saluran drainase. Untuk meminimalkan resiko infeksi serangan Ganoderma, jalur tanaman baru diletakkan di antara jalur tanaman lama (Atman, 2007).
4. Pembuatan Jalan dan Saluran Drainase
Pembuatan jalan (saluran) pengumpulan/pengawasan atausaluran drainase sekunder dapat dilakukan sebelum atau segera setelah penumbangan pohon sawit lama.  Apabila saluran lama tidak sesuai dengan letak saluran yang baru, maka saluran lama perlu ditutup dengan tanah dan saluran baru dibuat sesuai dengan letak pancang jalur.  Apabila saluran lama masih sesuai dengan letak saluran baru, maka saluran tersebut digali kembali sedalam saluran baru.  Di areal datar, saluran lapangan dibuat di antara 4 atau 8 jalur tanaman, sedangkan saluran koleksi ditempatkan di tengah 2 saluran lapangan (Tim Penyusun SPO, 2007).
5. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam untuk kelapa sawit dibuat dengan ukuran panjang x lebar x kedalaman lubang tanam (60 cm x 60 cm x 60 cm). Tetapi ada juga yang berukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada saat menggali, tanah atas diletakkan di sebelah utara dan tanah bawah diletakkan di sebelah selatan lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila lubang telah selesai dibuat, ajir ditancapkan lagi di tengah-tengah lubang (Setyamidjaja 2006). Menurut Pahan (2012), pembuatan lubang tanam dapat dilakukan secara manual dan mekanis dengan menggunakan alat post hole digger (PHD). Sistem tanam yang dianjurkan yaitu membuat lubang tanam satu bulan sebelum masa tanam. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemasaman tanah dan mengontrol ukuran lubang yang dibuat. Pengontrolan ukuran ini perlu dilakukan karena ukuran lubang tanam merupakan salah satu aspek penting dalam perkebunan kelapa sawit (Wibowo, 2017).
6. Penumbangan, Pecincangan dan Merumpuk Pokok
Kegiatan penumbangan, pencincangan, dan merumpuk pokok merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan karena ketiga kegiatan tersebut dilakukan langsung secara berurutan di lapangan. Penumbangan pokok dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah kegiatan pencincangan batang kelapa sawit. Kegiatan pencincangan dilakukan langsung setelah pokok kelapa sawit tumbang dengan menggunakan bucket pisau yang telah dipasang pada bucket excavator. Pencincangan ini bertujuan untuk mempercepat pelapukan pokok sawit dan menghindari perkembangbiakan Oryctes Rhinoceros pada pokok yang sudah mati. Pencincangan dilakukan dari bagian bonggol akar hingga ujung pelepah. Batang kelapa sawit yang telah dicincang akan disusun rapi sesuai dengan pancang rumpuk yang telah ditentukan sebelumnya. Rumpukan ini bertujuan untuk merapikan baris tanaman, sebagai mulsa tanaman, dan bermanfaat sebagai bahan organik yang dapat menyuburkan tanaman (Wibowo 2017).

7. Membersihkan Jalur Tanam
Hasil rencekan ditempatkan (dirumpuk) di antara jalur tanaman, dengan jarak 1 meter di kiri kanan pancang. Dengan demikian diperoleh 2 meter jalur yang bersih dari potongan kayu-kayuan (Hadi, 2004).
8. Deboling
Deboling adalah kegiatan pembongkaran sisa bonggol termasuk perakaran lama pokok kelapa sawit yang telah ditumbang menggunakan excavator. Ukuran penggalian lubang adalah 2 m x 2 m x 1 m. Kegiatan ini dilakukan 1-2 minggu setelah kegiatan pencincangan selesai. Bekas galian dibiarkan terbuka selama 2 minggu dengan tujuan untuk mengangkat perakaran ke permukaan dan mengurangi potensi tumbuhnya jamur Ganoderma. Prestasi excavator dalam kegiatan ini 200 lubang/unit/hari dengan jam kerja 10 HM (Wibowo, 2017).
9. Pembuatan Teras
Pada areal yang bertopografi bergelombang atau berbukit, perlu dilakukan terasering dengan mengikuti teknik konservasi tanah dan air.  Pada lahan dengan tingkat kelerengan lebih dari 10o, perlu dibuat teras tanaman dengan lebar 4 m, kecuali pada tanah yang memiliki lapisan tanah dangkal dihindari pemotongan sampai ke bahan batuan induk.  Teras harus mengikuti garis kontur.  Pada lahan dengan tingkat kelerengan antara 5 sampai 10o, teras harus dibuat dengan lebar antar teras sekitar 30 m (Tim Penyusun SPO, 2007).
10. Peracunan
Peracunan dilakukan untuk mematikan tanaman tua yang belum ditumbang. Peracunan pada tahun pertama dilakukan pada setengah populasi sisa tanaman yang belum ditumbangkan dan pada tahun kedua peracunan dilakukan pada sisa tanaman tua yang masih ada. Setelah tanaman mati dan mengering maka dilakukan penumbangan, perencekan dan merumpuk seperti keterangan yang sudah ada di awal (Atman, 2007).

A. System Replanting dan Cara Tanam Ulang
1. Dengan injection
Tahap yang dilakukan dengan sistem injection sebagai berikut :
1) Tanaman sawit dilakukan pengeboran pada bagian batang dengan ketinggian dari permukaan tanah ± 1 Mtr dengan kedalaman 2/3 dari penampang melintang;
2) Sudut pengeboran 450;
3) Bahan yang digunakan Gramoxone sebanyak 75 Cc dan rumput kering untuk penutup lubang dalam setiap pokok;
4) Cara tanam ulang disamping tanaman lama dengan jarak ± 2  Mtr dalam barisan tanaman.

2. Dengan System Alat Berat (Excavator/Bull Dozer)
Tahap yang dilakukan dengan sistem alat berat sebagai berikut :
1) Penumbangan menggunakan Excavator arah tumbangan ke arah dalam barisan;
2) Dapat langsung diracik/cacah;
3) Dapat langsung disusun/dirumpuk dalam barisan;
4) Cara tanam ulang untuk tanaman baru disamping rumpukan dengan jarak tanam ± 2 Mtr.

3. Peremajaan Ulang Dengan System Gergaji Rantai
Tahap yang dilakukan dengan sistem sistem gergaji rantai sebagai berikut :
1) Menebang pohon sawit dengan memotong batang membentuk segi tiga dengan jarak dari permukaan tanah     ± 80 cm sesuai arah dalam barisan;
2) Setelah penebangan perlu dilakukan pemotongan pelepah disusun dalam barisan sekaligus merapikan batangnya;
3) Cara replanting untuk tanaman baru disamping rumpukan dengan jarak tanam ± 2 Mtr. 
4. Pertimbangan dalam Peremajaan
Pertimbangan dalam melakukan peremajaan terhadap pohon kelapa sawit yaitu:
1) Umur tanaman sudah tua > 25 tahun; 
2) Produktivitas rendah sehingga tidak ekonomis (<10 ton TBS/ha/th); 
3) Bahan tanaman tidak unggul (illegitim);
4) Kesulitan panen (tinggi tanaman >12 meter); 
5) Kerapatan tanaman rendah ( <80 phn/ha).

D.   Keuntungan dan Kekurangan Peremajaan Kelapa Sawit
1. Keuntungan
1) Meningkatkan produktivitas kelapa sawit;
2) Meningkatkan pendapatan operasional usaha tani;
3) Menghasilkan tanaman baru yang muda dengan produksi yang tinggi.
2. Kekurangan 
1) Mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam proses peremajaan;
2) Apabila dilakukan secara serentak akan mengakibatkan berhentinya proses produksi di pabrik, maka dari itu sebaiknya di lakukan pada sebagian areal terlebih dahulu dan secara bergantian.
III. METODE
3.1 Alat dan Bahan 
Alat dan bahan yang digunakan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah literatur yang tertera pada daftar pustaka.

3.2 Metode Kerja
Metode kerja yang digunakan penulis adalah metode kerja yang disesuaikan dengan hasil penelitian dari Wisnu Hari Wibowo dan Ahmad Junaedi (2017) pada kebun kelapa sawit di Seruyan Estate, Minamas Plantation Group, Seruyan, Kalimantan Tengah. Metode dalam kegiatan penelitian adalah metode langsung dan tidak langsung yang digunakan untuk memperoleh data-data primer dan sekunder. Metode langsung yang dilakukan adalah praktek kerja di lapangan dengan mengikuti pelaksanaan kegiatan teknis dan manajerial perusahaan dan melakukan wawancara ataupun diskusi dengan para staf dan pekerja kebun. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data berdasarkan laporan harian, bulanan, dan tahunan dari arsip kebun.

IV. Hasil dan Pembahasan
1.   Kondisi Umum
Seruyan Estate secara geografis terletak antara 2.391-2.471 oLS dan 111.984-112.083 oBT yang terletak di Desa Pembuang Hulu II, Kecamatan Hanau, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Luas areal Hak Guna Usaha (HGU) di kebun Seruyan Estate adalah 3.233,466 ha yang terbagi menjadi 3 divisi yaitu Divisi 1 seluas 965,998 ha, Divisi 2 seluas 1.075,444 ha, dan Divisi 3 seluas 1.023,744 ha. Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Seruyan Estate adalah varietas Marihat yang diproduksi oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan varietas Socfindo yang diproduksi oleh PT. Socfindo. Seruyan Estate saat ini memiliki enam variasi tahun tanam, yaitu tahun 1992, 1993, 1994, 2013, 2014, dan 2015. Data produksi dan produktivitas Kebun Seruyan Estate dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi dan Produktivitas Kebun Seruyan Estate tahun 2011-2015

Tahun

Luas Lahan (ha)

Produksi TBS (janjang)

Produksi (ton)

Produktivitas (ton/ha)

BJR (kg)

2011

3.231.106

4.743.117

103.316,83

31,76

21,78

2012

3.231.106

3.566.377

81.092,99

24,93

22,74

2013

3.231.106

4.320.321

91.908,26

30,97

21,27

2014

2.641.382

3.763.872

81.503,90

30,45

21,65

2015

2.359.512

3.213.446

62.102,60

26,24

19,33


Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi kelapa sawit di Seruyan Estate sempat mengalami penurunan dan kenaikan. Produksi kebun mengalami penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012, namun pada tahun 2013 produksi kembali naik walaupun tidak sebanyak tahun 2011 dan di tahun selanjutnya mulai menurun lagi secara signifikan. Produktivitas dari kelapa sawit menurun cukup jauh dari tahun 2011 ke tahun 2012 dan meningkat lagi di tahun 2013 lalu menurun lagi cukup jauh pada tahun 2015.

2. Perencanaan Peremajaan  
Peremajaan kelapa sawit merupakan kegiatan penggantian tanaman kelapa sawit tua yang sudah tidak ekonomis lagi dengan tanaman kelapa sawit baru. Tahap pertama dalam kegiatan peremajaan yaitu perencanaan. Kebun akan membuat perencanaan peremajaan jangka panjang untuk mengetahui umur-umur tanaman yang sudah harus dipertimbangkan untuk diremajakan. Tabel perencanaan peremajaan jangka panjang tahun 2012-2017 di Seruyan Estate dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perencanaan Peremajaan Jangka Panjang Tahun 2012-2017

No

Periode Tahun

Blok

Tahun Tanam

Luas (Ha)

Total Luas (Ha)

 1

2012-2013 

E 012

1992

97,39

281,87

E 013

1992

89,01

E 014

1992

95,47

 2

 2013-2014

C 014

1992

58,31

275,11

D 012

1992

92,69

D 013

1992

60,01

D 014

1992

64,1

 3

 2014-2015

B 012

1992

82,148

307,854

B 013

1992

83,772

C 014

1992

84,693

C013

1992

57,241

 4

 2015-2016

A 012

1993

46,625

390,927

A 013

1993

88,59

B 014

1993

81,886

B 015

1993

116,721

C 015

1993

57,105

 5

 2016-2017

E 015

1993

55,539

319,12

E 016

1993

83,938

E 017

1993

82,56

E 018

1993

97,083

 
Teknis kegiatan dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan lahan dan tahap penanaman. Kegiatan-kegiatan pada tahap persiapan lahan meliputi sensus pokok, pancang rumpuk, penumbangan, pencincangan, dan merumpuk pokok, deboling, tutup lubang deboling, dan pembuatan jalan kontur. Setelah tahap persiapan lahan selesai, kegiatan pada tahap penanaman adalah pemancangan titik tanam, penanaman kacangan penutup tanah, pembuatan lubang tanam, dan penanaman tanaman kelapa sawit. Kebun Seruyan Estate melakukan peremajaan menggunakan sistem kontrak dengan perusahaan kontraktor. Perusahaan kontraktor akan membantu melaksanakan kegiatan peremajaan dari awal sampai akhir berdasarkan SPK (Surat Perjanjian Kerja) yang telah disepakati bersama. Kebun Seruyan Estate menggunakan lima alat excavator bertipe PC 200, satu alat bulldozer tipe D85E-SS dan dua alat hole digger dengan satu orang operator dan satu orang sebagai cadangan pada masing-masing alat. Tabel jadwal perencanaan teknis kegiatan peremajaan untuk blok dengan luas 57 ha di Seruyan Estate dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jadwal perencanaan kegiatan peremajaan di Seruyan Estate

No

Kegiatan

Minggu ke-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

Sensus Pokok (maks 6 bulan sebelum tumbang)

2

Pancang rumpuk

 

 

3

Tumbang, cincang, dan rumpuk

 

 

 

4

Deboling

 

 

 

 

5

Pembuatan Jalan kontur

 

 

6

Pancang titik tanam

 

 

7

Menanam kacangan penutup tanah

 

 

 

8

Pembuatan lubang tanam

 

 

 

 

9

Tanam Kelapa sawit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.     Penumbangan, Pencincangan, dan Merumpuk Pokok 
Kegiatan penumbangan, pencincangan, dan merumpuk pokok merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan karena ketiga kegiatan tersebut dilakukan langsung secara berurutan di lapangan. Penumbangan pokok dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah kegiatan pencincangan batang kelapa sawit. Pencincangan ini bertujuan untuk mempercepat pelapukan pokok sawit dan menghindari perkembangbiakan jamur pada pokok yang sudah mati. Pencincangan dilakukan dari bagian bonggol akar hingga ujung pelepah. Batang kelapa sawit yang telah dicincang akan disusun rapi sesuai dengan pancang rumpuk yang telah ditentukan sebelumnya. Rumpukan ini bertujuan untuk merapikan baris tanaman, sebagai mulsa tanaman, dan bermanfaat sebagai bahan organik yang dapat menyuburkan tanaman.
Tabel 4. Prestasi kerja satu alat excavator pada kegiatan penumbangan, pencincangan, dan merumpuk pokok

Hari ke-

Jumlah Pokok

Hari ke-

Jumlah Pokok

1

132

6

167

2

126

7

101

3

131

8

139

4

159

9

68

5

161

10

134

Rata- Rata

131,8


Tabel 4 menunjukkan bahwa satu alat excavator rata-rata dapat menumbang, mencincang, dan merumpuk 132 pokok kelapa sawit dalam satu hari kerja. Jam kerja excavator normalnya adalah 10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu jam, satu excavator dapat menumbang, mencincang, dan merumpuk 13 pokok kelapa sawit.
6.    Deboling  
Tabel 5. Prestasi kerja satu alat excavator pada kegiatan deboling

Hari ke

Jumlah Lubang

Hari ke-

Jumlah Lubang

1

191

1

200

2

222

2

200

3

216

3

228

4

174

4

155

5

208

5

209

Rata-Rata

200,3


Prestasi excavator dalam kegiatan ini 200 lubang/unit/hari dengan jam kerja 10 HM. Tabel 4 menunjukkan bahwa satu alat excavator rata-rata dapat membongkar 200 lubang perakaran dalam satu hari kerja. Jam kerja excavator normalnya adalah 10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu jam, satu excavator dapat membongkar 20 lubang bekas perakaran kelapa sawit. 
7.    Pembuatan Jalan Kontur 
Pembuatan jalan kontur di kebun dilakukan dengan menggunakan bulldozer. Pembuatan jalan ini bertujuan untuk memudahkan dalam operasional pekerjaan di lapangan, terutama dalam pencatatan produksi, pengaturan organisasi kerja, pengukuran ouput kerja, dan pengawasan lapangan. Batas-batas blok diusahakan selurus mungkin, walaupun hal ini sulit diterapkan pada areal yang berbukit. 

Tabel 6. Prestasi kerja satu alat bulldozer pada kegiatan pembuatan jalan kontur

Hari ke

Pannjang jalan koleksi (m)

1

955

2

955

3

952

4

951

5

951

Rata-Rata

953


Tabel 6 menunjukkan bahwa satu alat bulldozer rata-rata dapat membuat jalan kontur sepanjang 953 m dalam satu hari kerja. Jam kerja bulldozer normalnya adalah 10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu jam, satu excavator dapat membuat 95 m jalan kontur. Seperti halnya kegiatan lainnya yang menggunakan alat berat, kegiatan deboling juga terhambat apabila cuaca sedang hujan. Hal ini akan memperberat kinerja mesin, membuat jalan menjadi susah untuk dilewati dan dibentuk, serta dapat membuat mesin menjadi cepat rusak.

8.    Pemancangan Titik Tanam
Pancang tanam bertujuan untuk memudahkan pengaturan jarak tanam dan mendapatkan populasi yang optimal dalam penanaman kelapa sawit. Kegiatan ini membutuhkan 4-5 orang tenaga ahli dengan satu orang pembidik dan satu orang mandor. Alat-alat yang dibutuhkan antara lain dua buah tali seling berukuran 150 m dengan satu tali seling diberi tanda setiap 3,96 m dan tali seling lainnya diberi tanda setiap 6,9 m, pancang berukuran 2 m yang terbuat dari bambu atau pelepah kelapa sawit, dan kompas untuk mengetahui arah mata angin. Prestasi kerja pada kegiatan memancang titik tanam rata-rata adalah 10 ha/HK.

9.    Pembuatan Lubang Tanam 
Pembuatan lubang tanam bertujuan sebagai tempat penanaman tanaman kelapa sawit yang baru. Lubang tanam memiliki ketentuan diameter 45 cm dan kedalaman 60 cm. Lubang tanam dibuat berdasarkan pancang tanam yang telah dilakukan sebelumnya. Lubang tanam digali menggunakan hole digger yang dikendalikan dengan traktor. Tabel 6 menunjukkan bahwa satu alat hole digger rata-rata dapat menggali 870 lubang tanam dalam satu hari kerja. Jam kerja hole digger normalnya adalah 10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu jam, satu hole digger dapat menggali 87 lubang untuk penanaman kelapa sawit. 
Tabel 7. Prestasi kerja satu alat hole digger pada kegiatan pembuatan lubang tanam

Hari ke

Jumlah Lubang

Hari ke-

Jumlah Lubang

1

765

1

686

2

850

2

510

3

1020

3

1275

4

850

4

1156

5

680

5

910

Rata-Rata

870,2


10.  Penanaman Kelapa Sawit 
Kegiatan penanaman kelapa sawit dilakukan setelah pembuatan lubang tanam selesai dilakukan. Menurut Tim Bina Karya Tani (2009), sebelum menanam, dasar lubang terlebih dahulu dipupuk dan lubang tanam diisi tanah secukupnya sampai mencapai kedalaman lubang setinggi polybag dan dilakukan pemotongan akar bibit yang menembus keluar polybag. Lubang tanam diberi pupuk rock phosphate (RP) 500 gram/pokok untuk membantu mempercepat tumbuhnya perakaran. Tanah dipadatkan dengan cara menginjak tanah di sekitar tanaman kelapa sawit hingga permukaan tanah dalam polybag sejajar dengan permukaan tanah. Hal ini bertujuan agar tanaman tidak mudah doyong atau miring apabila terkena angin. Prestasi kerja karyawan pada kegiatan penanaman kelapa sawit rata-rata adalah 100 pokok/HK yang dikerjakan oleh 10 orang tenaga kerja.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peremajaan merupakan sebuah proses yang paling penting dalam usaha budidaya tanaman, khususnya tanaman kelapa sawit. Peremajaan dilakukan biasanya guna mengganti tanaman yang sudah cukup tua (biasanya sudah lebih dari 25 tahun) dengan tanaman yang baru yang tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit dan juga untuk menambah nilai ekonomis karena mendapatkan hasil dari tanaman yang masih muda. Kegiatan peremajaan meliputi menumbangkan pohon, mencincang, deboling, dan lain sebagainya samapi kepada menanam tanaman kelapa sawit yang baru.

Mesin yang biasa digunakan untuk peremajaan pohon tepatnya untuk menebang dan mencincang pohon kelapa sawit adalah excavator. Excavator rata-rata mampu bekerja untuk menumbangkan sekaligus mencincang pohon sebanyak 132 pohon per harinya dalam 10 hari jam kerja mesin excavator. Selain untuk mencincang, excavator juga digunakan untuk proses deboling yaitu untuk pembongkaran sisa bonggol perakaran lama dari kelapa sawit. Prestasi excavator dalam kegiatan ini 200 lubang/unit/hari dengan jam kerja 10 HM.


DAFTAR PUSTAKA

Atman. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya kelapa sawit dan peremajaan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hadi, N. M., 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Karya Nusa, Yogyakarta.
Iman. 2009. Pembibitan kelapa sawit rakyat (Elaeis guineensis Jacq). http://binatani.blogspot.com.(23 Maret 2011).
Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatra Utara.
Minamas Plantation. 2013. Standard Operating Procedure: Referensi Manual Agronomi Penanaman Kelapa Sawit. Minamas Plantation, ID.
Pahan, Iyung, 2009. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pratama, D. 2012. Morfologi Kelapa Sawit. Http://morfologi tanaman kelapa sawit.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009. Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganodermaboninense) dan Pengendaliannya. http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/psawit06.pdf.
Sastrosayono, S., 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sunarko. 2014. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
Susanto, A., Purba, R.Y., Utomo, C. 2006. Penyakit-Penyakit pada Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan, ID.
Syarif, HD. 2009. Sejarah kelapa sawit indonesia. http://sawitkita.blogspot.com.
Tim Penyusun SPO, 2007. Standar Prosedur Operasi (SPO). PTPN4 (Untuk Kalangan Sendiri).
Wibowo, Wisnu Hari dan Ahmad Junaedi. 2017. Peremajaan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Seruyan Estate, Minamas Plantation Group, Seruyan, Kalimantan Tengah. Jurnal Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Bul. Agrohorti 5 (1) : 107 – 116 (2017). IPB : Bogor.




*Sumber: https://www.academia.edu/38031077/Makalah_Peremajaan_Kelapa_Sawit


Tag : IPA, Lainnya
0 Komentar untuk "Sistem Peremajaan Kelapa Sawit"

Back To Top