Pengendalian dan Audit Internal(Audit Internal Control)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit program sendri adalah daftar prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi dan integrasi semua bagian-bagian pemerisaan dalam suatu perusahaan.

Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi persaingan dan globalisasi ekonmi dewasa ini. Era globalisasi akan mempertajam persaingan-persaingan diantara perusahaan, sehingga perluh strategi yang potensial dan kreatif dalam pemanfaatan secara optimal berbagai sumber daya yang ada. Selain itu, untuk mampu bertahan dalam persaingan ini diperluhkan upaya pengawasan dan maksimalisasi kinerja. Upaya ini secara umum meliputi peningkatan produktivitas, efisiensi serta evektifitas pencapain tujuan perusahaan. Menghadapi hal ini, berbagai kebijakan dan strategi terus ditetapkan dan ditingkatkan.Kebijakan yang ditempuh manajemen antara lain meningkatkan pengawasan dalam perusahaan (internal control). Pengertian pengendalian internal menurut IAI adalah setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Profesi akuntan publik berkaitan erat dengan internal control dalam suatu organisasi dimana internal control yang baik mencerminkan organisasi yang sehat, demikian juga dengan interal control organisasi yang buruk akan mencerminkan organisasi yang tidak sehat. Organisasi yang sehat serta internal control yang baik akan meyakinkan investor untuk menanamkan modal pada organisasi, serta dapat meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi kinerja organisasi baik berupa operasional, maupun sumber daya manusia. 

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu audit program dan penerapannya?
2. Apa itu audit procedures dan audit teknik?
3. Apa saja resiko audit dan materialitas?
4. Apa itu pengendalian intern dan unser-unsur pengendalian intern?
5. Bagaimana hubungan pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan?
6. Bagaimana melakukan pemahaman dan evalwasi atas pengendalian intern?
7. Bagaimana keterbatasan pengendalian intern entitas?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT
1. Memahami apa itu audit program dan penerapannya.
2. Memahami apa itu audit procedures dan audit teknik. 
3. Mengetahuhi apa saja resiko audit dan materialitas.
4. Memahami pengendalian intern dan unser-unsur pengendalian intern.
5. Memahmai bagaimana hubungan pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan.
6. Memahami bagaimana cara untuk evalwasi atas pengendalian intern. 
7. Memahami keterbatasan pengendalian intern entitas.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 AUDIT PROGRAM 
Audit program adalah daftar prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi dan integrasi semua bagian-bagian pemeriksaan dalam perusahaan.

Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, auditor harus menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan dijalankan dan dibuat secara terulis.

Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit program harus mengariskan dengan rinci, prosedur audit yang menurut keyakinaan auditor diperluhkan untuk mencapai tujuan audit. 
Audit program yang baik harus mencantumkan:
Tujuan pemeriksaan
Prosedur audit yang akan dijalankan 
Kesimpulan pemeriksaan 
Sebagian KAP mnggunakan audit program yang suda distandarisasi dan digunkan disetiap kliennya, sebagianya lagi menggunakan audit program yang disusun sesuai kondisi dan situasi diperusahaan. Akan lebih baik juka audit program dibuat terpisah untuk compliance test dan substantive test.

Pengendalian dan Audit Internal(Audit Internal Control)

2.2 AUDIT PROCEDURES DAN AUDIT TEKNIK
Audit procedures adalah langka-langka yang harus dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangkat diperluhkan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif. 
Audit procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti yang cukup untuk mendukung pendapat audior atas kewajaran laporan keuangan. Untuk itu diperluhkan audit teknik, yaitu cara-cara untuk memperoleh audit evidence seperti: konfirmasi, observasi, inspeksi, tanya jawab dan lain-lain. 

2.3 RESIKO AUDIT DAN MATERIALITAS
Dalam PSA No. 25 , diberikan pedoman bagi auditor dalam mempertimbangkan resiko Dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan Audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
1. Resiko audit dan materialitas mempengaruhi penerapan standar auditing khususnya standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan serta tercermin dalam laporan audit bentuk baku. Resiko audit dan materialitas, bersama dengan hal hal lain, perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.

2. Adanya resiko auditdi akui dengan pernyataan dalam penjelasan tentang tanggung jawab dan fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut: “Karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak bahwa saji material terdekteksi.Resiko audit adalah resiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi kan pendapat nya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. 

3. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau keseluruhan adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting.

4. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individu wall atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Salah saji dapat terjadi akibat dari kekeliruan atau kecurangan.

5. Dalam perencanaan audit, auditor berkepentingan dengan masalah masalah yang mungkin material terhadap laporan keuangan, auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa salah saji, yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidak material terhadap laporan keuangan.

6. Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan. Kekeliruan mencakup:
a) Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan
b) Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau kesalan tafsir fakta
c) Kekeliruan dalam penerapan standar akuntansi yang berkaitan dengan jumlah klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

7. Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi hukum, kepentingan Audit auditor secara khusus berkaitan dengan tindakan curang yang menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan. Dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor dalam audit laporan keuangan-salah Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aset. Dua tipe salah saji ini dijelaskan lebih lanjut dalam SA Seksi 316 ( PSA No. 32 dan PSA No.  70) Pertimbangan atas kecurangan dalam auditlaporan keuangan.

8. Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab audito rmemperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan Bima salah saji material, tidak ada perbedaan penting antara kekeliruan dan kecurangan. Namun, terdapat perbedaan dalam hal tanggapan auditor terhadap salah saji yang terdeteksi. Umumnya kekeliruan yang terisolasi, tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan standar akuntansi tidak signifikan terhadap Audit Sebaliknya bila kecurangan di deteksi auditor harus mempertimbangkan implikasi integritas manajemen atau karyawan dan kemungkinan dampaknya terhadap aspek audit. 

9. Pada waktu itu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individu wall atau secara gabungan, material, auditor biasanya memper timbangkan sifat dan jumlah dalam kaitan dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit. sebagai contoh, suatu jumlah yang material bagai laporan keuangan suatu entitas mungkin tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran atau sifat yang berbeda. Begitu juga, apa yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu kemungkinan berubah dari satu periode ke periode lain.

10. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan menyatakan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditordihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.

11. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam:
a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit,dan
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar , dalam semua hal yang material, sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

12. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit dapat  dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya, memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

13. Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yng diharapkan, dalam keterbatasan bawaan dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

14. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna mendeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara individual atau keseluruhan , yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan.

15. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan materialitas  sebelum laporan keuangan yang akan diauditnya selesai disusun. Dalam situasi lain, perencanaannya baru dilakukan setelah laporan keuangan yang diaudit selesai disusun, namun ia mungkin menyadari bahwa laporan tersebut masih memerlukan modifikasi yang signifikan.

16. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri atas 
Risiko yang meliputi risiko bawaan(inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk) bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap laporan keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya.

Risiko deteksi(detection risk) bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Cara yang digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan komponen tersebut dan kombinasinya melibatkan pertimbangan komponen tersebut dan kombinasinya melibatkan pertimbangan professional auditor dan tergantung pada pendekatan audit yang dilakukannya.
Risiko bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian  yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana.uang tunai lebih mudah dicuri daripada sediaan batu bara. Akun yang terdiri atas jumlah yang berasal dari estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relative rutin dan berisi data berupa fakta.
Risiko pengendaliaan
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
Risiko deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Resiko deteksi merupakan fungsi efektifitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor.

17. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan , sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.

18. resiko deteksi yang dapat diterima auditor dalam merancang prosedur audit tergantung pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi resiko audit suatu saldo akun atau golongan transaksi dan tergantung atas penentuan auditor terhadap resiko bawaan dan resiko pengendalian. Apabila penetapan auditor terhadap resiko bawaan dan resiko pengendalian menurun, resiko deteksi yang diterimanya akan meningkat. Namun auditor tidak boleh sepenuhnya mengandalkan resiko bawaan dan resiko pengendalian, dengan tidak melakukan pengujian substantif terhadap saldo akun atau golongan transaksi, yang didalamnya mungkin terkandung salah saji yang mungkin material jika digabungkan dengan salah saji yang ada pada saldo akun atau golongan transaksi lain.

2.4 PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERN
Sebelumnya istilah yang dipakai untuk pengendalian intern adalah sistem pengendalian intern, system pengawasan intern dan struktur pengendalian intern. Mulai tahun 2001 istilah resmi yang digunakan IAI adalah pengendalian intern.

Standar Pekerjaan Lapangan yang Kedua menyebutkan (IAPI, 2011: 150.1):
”Pemahaman memadai atas pengendalian harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan”.

IAPI (2011: 319.2) mendefenisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujian berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Pengendalian intern tediri atas lima komponen yang saling terkait berikut ini :
a. Lingkungan Pengendalian menetapkan corak suatu organisai, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
b. Penaksiran Risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola.
c. Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manaemen dilaksanakan.
d. Informasi dan Komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
e. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.

Unsur-unsur pengendalian intern dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1) Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisai dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut ini :
a. Integritas dan nilai etika
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. Partisipasi dewan komisaris atau dewan komite audit
d. Struktur organisasi
e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2) Penaksiran Risiko
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negative mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajeman dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:
a. Perubahan dalam lingkungan operasi
b. Personel baru
c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
d. Teknologi baru
e. Lini produk, produl, atau aktivitas baru
f. Restrukturisasi korporasi
g. Operasi luar negeri
h. Standar akuntansi baru

3) Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas, sudah dilaksanakan.

Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebjiakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini :
a. Review terhadap kinerja
b. Pengolahan informasi
c. Pengendalian phisik
d. Pemisahan tugas

4) Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi system akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi asset, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari system tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal.

Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang system informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan.
b. Bagaimana transkasi tersebut dimulai.
c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti komputer dan electronic data interchange) yang dapat digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi.

5) Pemantauan
Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan Customers dan komentar dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan.

Konrath (2002: 205), mengutip AICPA Profesional Standards, mendefenisikan internal control sebagai berikut:
“The process effected by an entity’s board of directors, management, and other personnel designed to provide reasonable assurance the achievement of objectives in the following categories :
Operations Controls-relating to the effective and efficient use of the entity’s resources;
Financial reporting controls-relating to the preparation of reliable published financial statements; and
Compliance Controls-relating to the entity’s compliance with applicable laws and regulations.
AICPA Profesional Standards, seperti yang dikutip Konrath (2001; 2015, 206) mengidentifikasikan lima komponen internal controlyaitu :control environtment, risk assessment, information and communication, control activities and montoring.
Komponen pertama, control environment, merupakan pondasi dari keempat komponen lainnya seperti yang digambarkan berikut ini:

2.5HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP (Scope) PEMERIKSAAN
Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik, hal tersebut menimbulkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang diberikannya.

Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan substantive test.
Misalnya:
Pada waktu mengirim konfirmasi piutang, jumlah konfirmasi yang dikirimkan harus lebih banyak.
Pada waktu melakukan observasi dan stock opname, tes atas perhitungan fisik persediaan harus lebih banyak
Sebaiknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan efektif maka, scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test bias dipersempit.

2.6 BAGAIMANA MELAKUKAN PEMAHAMAN DAN EVALUASI ATAS PENGENDALIAN INTERN
Auditor harus mendokumentasikan pemahamannya tentang komponen pengendalian entitas yang diperoleh untuk merencankan audit. Bentuk dan isi dokumentasi dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas, serta sifat pengendalian intern entitas. Contohnya, dokumentasi pemahaman tentang pengendalian intern entitas yang besar dan kompleks dapat mencakup bagian alir (flowcart), kuesioner, atau tabel keputusan.

Pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern akan memberikan bagian yang sangat penting dalam proses pemeriksaan oleh akuntan publik. Karena baik buruknya pengendalian intern akan memberikan pengaruh yang besar terhadpa :
o Keamanan harta perusahaan
o Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
o Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan
o Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik

Ada tiga cara yang bisa digunakan akuntan publik, yaitu :
1. Internal Control Questionnaires
2. Flow Chart
3. Narrative

a) Internal Control Questionnaires
Cara ini banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), karena lebih sederhana dan praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu set ICQ yang standar, yang bisa digunakan untuk memahami dan mengevaluasi pengendalian intern diberbagai jenis perusahaan.

ICQ biasanya dikelompokkan sebagai berikut:
Umum
Biasanya pertanyaan menyangkut struktur organisasi, pembagian tugas dan tanggung jawab, akta pendirian dan pertanyaan umum lainnya mengenai keadaan perusahaan.
Akuntansi
Yaitu pertanyaan-pertanyaan mengenai keadaan pembukuan perusahaan, misalnya apakah proses pembukuan dilakukan secara manual atau komputer.
Siklus Penjualan-Piutang-Penerimaan Kas
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang terdapat di perusahaan dalam siklus penjualan (kredit dan tunai), utang dan pengeluaran kas.
Siklus Pembelian-Utang-Pengeluaran Kas
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang terdapat di perusahaan dalam siklus pembelian (kredit dan tunai), utang dan pengeluaran kas.
Persediaan
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur penyimpanan dan pengawasan fisik persediaan, sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan dan stock opname.
Surat Berharga (Securities)
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut surat berharga, otorisasi untuk pembelian dan penjualan surat berharga dan penilaiannya.
Aset Tetap
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur penambahan dan pengurangan aset tetap, pencatatan dan penilaian aset tetap.
Gaji dan Upah
Pertanyan-pertanyaan menyangkut kebijakan personalia serta sistem dan prosedur pembayaran gaji dan upah.

Contoh ICQ mengenai keadaan umum perusahaan dan akuntansi dapat dilihat di buku halaman 108 dan 110. Yang perlu diperhatikan seorang auditor dalam menggunakan ICQ adalah :
a. Auditor harus menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan kepada staf klien dan tidak menyerahkan ICQ kepada klien untuk diisi sendiri.
b. Untuk repeat engagement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut harus di mutakhirkan (mengupdate) berdasarkan hasil tanya jawab dengan klien.
c. Ada kecendrungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakan-akan pengendalian intern cukup baik.
Karena itu auditor harus melakukan compliance test untuk membuktikan efektifitas dari pengendalian intern klien.

b) Bagan Arus (Flow Chart)
Flow Chart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di suatu unit usaha, misalnya dalam flow chart untuk sitem dan prosedur pembelian, utang dan pengeluaran kas, digambarkan arus dokumen mulai dari permintaan pembelia, order pembelian sampai dengan pelunasan utang yang berasal dari pembelian tersebut.

Untuk auditor yang terlatih, penggunaan flow chart lebih disukai, karena auditor bisa lebih cepat melihat apa saja kelemahan-kelemahan apakah terdapat perubahan-perubahan sistem dan prosedur.

Untuk penugasan tahun-tahun berikutnya, auditor harus selalu mengupdate flow chart tersebut untuk mengetahui apakah terdapat perubahan-perubahan dalam sistem dan prosedur perusahaan.

Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu mengambil dua atau tiga dokumen untuk mengetes apakah prosedur yang dijalankan sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flow chart. Misalnya auditor mengambil satu set dokumen untuk pelunasan utang yang berasal dari pembelian persediaan secara kredit atau tunai. Periksa apakah semua dokumen sudah di proses sesuai dengan prosedur yang digambarkan dalam flow chart pembelian, utang dan pengeluaran kas.

c) Narrative
Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem dan prosedur akuntansi yang berlaku di perusahaan, misalnya prosedur pengeluaran kas. Cara ini bisa digunakan untuk klien kecil yang pembukuannya sederhana. Contoh bentuk narrative untuk prosedur pengeluaran kas dan bank dapat dilihat di buku halaman 113.

2.7 KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS
Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan menandai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalianintern entitas.kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian intern. Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya  kolusi di antara dua orang atau lebih atau manajemen mengsampingkan pengendalian intern.

Faktor yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. Oleh karena itu, manajemen melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta pertimbangan dalam menilai hubungan biaya-manfaat terssbut.

Tabel 5-1 Cara Melakukan Pemahaman dan Evaluasi Atas Pengedalian Intern

DAPATKAN GAMBARAN MENGENAI ICQ YANG ADA DI PERUSAHAAN (SECARA TEORITIS)

MELAKUKAN COMPLIANCE TEST (TEST OF RECORDER TRANSACTIONS)

BUAT KESIMPULAN AKHIR (FINAL EVALUATION TERHADAP INTERNAL CONTROL KLIEN)

LAKUKAN SUBSTANTIVE TEST (PEMERIKSAAAN ATAS KEWAJARAN SALDO) POS-POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LABA RUGI KOMPREHENSIF)

1. Pelajari accouting &
    Operation Manual

2. Pelajari Bagan
    Organisasi
& Job
    Describtion

3. Lakukan Tanya
    Jawab dengan petugas
    klien

DOKUMENTASIKAN DALAM BENTUK :

A. INTERNAL
     CONTROL
     QUESTIONNAIRES

B. FLOW CHART

C. NARRATIVE
     (MEMO)

 


LAKUKAN WALK THROUGH :

Ambil 2 atau 3 dokumen, periksa apakah pemrosesannya sesuai dengan yang dijelaskan dalam A, B dan C. Jika diperlukan sesuaikan A, B dan C

 

Buat Kesimpulan Sementara (Preliminary Evaluation) terhadap Internal Control klien :

·         Baik

·         Sedang

·         Lemah

Jika Kesimpulan Sementara menyatakan Internal Control lemah, langsung lakukan Substantive Test yang diperluas. Jika I/C baik atau sedang, buktikan dengan melakukan Compliance Test.

Untuk membuktikan :

1. Apakah Internal
    Control yang ada betul
    seperti yang
    digambarkan  dalam A,
    B dan C

2. Sistem & Prosedur
    yang digambarkan
    dalam A, B dan C
    betul-betul diterapkan
    perusahaan.

TES DILAKUKAN TERHADAP :

1. Transaksi  Penjualan,
    Piutang dan
    Penerimaan Kas

2. Transaksi Pembelian,
    Utang dan Pengeluaran
    Kas

3. Pembayaran Gaji

4. Journal Voucher

Sebelumnya perlu ditentukan Cara Pemilihan Sampel :

a. Judgement/Random
    Sampling

b. Block Sampling

c. Statical Sampling

Jika Internal Control Baik, Scope pemeriksaan (Substantive Test) bisa dioersempit

Jika Internal Control Lemah, Scope Pemeriksaan (Substantive Test) harus diperluas.





Tarik kesimpulan mengenai Kewajran
Pos-Pos Laporan Posisi Keuangan (neraca) dan Laba Rugi Komprehensif

 

 


Buat :

1. Daftar  Audit Adjusment

2. (Draft) Audit Report

3. Management Letter

Minta :

Client Representation Letter


CONTOH KASUS
Profil Perusahaan Phar Mor Inc
Phar Mor Inc adalah perusahan terbesar di Amerika Serikat. Perusahaan inimerupakan perusahaan retail yang menjual produk yang cukup bervariasi, seperti furniture, obat-obatan,elektronik, pakaian olahraga, hingga vidiotape.Phar Mor Inc didirikan oleh Michael I. Monus atau biasa disebut Mickey Monus danDavid S. Shapira di tahun 1982. Beberapa toko menggunakan nama Pharmhouse and Rx Place.Slogan Phar-Mor adalah ”Phar -Mor power buying gives you Phar-Mor buying power”.Padamasa puncaknya, Phar Mor Inc mempunyai 300 outlet besar hampir di seluruh negara bagiandan mempunyai 23.000 orang karyawan yang berpusat di Youngstown, Ohio, United States.

Kasus Phar Mor Inc.
Eksekutif Phar Mor sengaja melakukan fraud untuk mendapat keuntungan financialyang masuk ke dalam saku pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan. Saatmelakukan fraud, top manajemen Phar Mor membuat dua laporan keuangan yaitu laporaninventory dan laporan bulanan keuangan (monthly financial report). Kedua laporan tersebutkemudian dibuat ganda oleh pihak manajemen. Satu set laporan inventory berisi laporaninventory yang benar (true report), sedangkan satu set laporan lainnya berisi informasi tentanginventory yang di adjusment dan ditujukan untuk auditor eksternal. Demikian juga denganlaporan bulanan keuangan, laporan keuangan yang benar berisi tentang kerugian yang dideritaoleh perusahaan yang ditujukan hanya untuk jajaran eksekutif.

Laporan lainnya adalah laporanyang telah dimanipulasi sehingga seolah-olah perusahaan mendapat keuntungan yang berlimpah.Demikian juga dengan laporan bulanan keuangan, laporan keuangan yang benar berisitentang kerugian yang diderita oleh perusahaan, ditujukan hanya untuk jajaran eksekutif.Laporan lainnya adalah laporan yang telah dimanipulasi sehingga seolah-olah perusahaanmendapat keuntungan yang berlimpah.Saat mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja merekrutstaf dari akuntan publik (KAP) Cooper &Lybrand. Staf -staf tersebut kemudian turut dimainkandalam fraud tersebut dan sebagai imbalan telah membuat laporan ganda mereka diberikankedudukan jabatan penting.

Penyebab Terjadinya Kasus Fraud pada Phar Mor Inc
Dari penjelasan kasus diatas, penyebab terjadinya fraud  pada Phar Mor Inc ini berasaldari top manajemen perusahaan yang menyalahgunakan posisi atau jabatannya tersebut.Manajemenmembuat dua laporan keuangan yang berupa laporan inventory danlaporan bulanan keuangan. Pada kedua laporan tersebut, pihak manajemen menggandakan laporantersebut.Pada laporan inventory berisi laporan inventory yang benar dan set laporan yanglainnya berisi tentang informasi ditujukan untuk auditor eksternal. Sedangkan pada laporankeuangan bulanan berisi tentang kerugian pada perusahaan tersebut yang ditujukan hanya untuk jajaran eksekutif.Inti dari terjadinya fraud  pada Phar Mor Inc ini adalah laporan keuangan perusahaanini sengaja dimanipulasi oleh pihak manajemen. Para pihak menajemen melakukan pemalsuanlaporan keuangan ini agar seolah-olah perusahaan ini mendapat keuntungan yang berlimpah. Karena dengan laporan yang telah di manipulasi tersebut dengan keuntunganyang berlimpah bertujuan untuk menarik dan mempertahankan investor yang berinvestasi pada perusahaan tersebut, sehingga pihak-pihak investor ingin menanamkan modalnya pada perusahaan ini.

Penyebab terjadinya  fraud pada perusahaan ini berkaitan dengan farud triangle, yaitu:
1. TekananKetika manajemen atau karyawan mendapat tekanan, sehingga berniat untukmelakukanfraud 
2.PeluangLemah ataupun tidak efektifnya internal control, peluang terjadinyafraud sangatlah besar.
3.Attitude Fraud  terjadi akibat kondisi nilai-nilai etika lokal. Jika seseorang menjunjungtingginilai-nilai etika, pasti fraud  tidak akan terjadi.

Dampak dari Kasus Phar Mor Inc
Pihak Top Management dan Auditor Internal telah melakukan fraud demi kepentingan pribadi mereka. Phar Mor terbukti telah melakukan fraud dengan memberikan insentive berupaimbalan kepada auditor internal (insentive). Auditor Internal dari suatu organisasi berfungsisesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen senior atau dewan.Tindakan seperti itu akan menghasilkan resiko yang sangat besar yaitu kebangkrutan perusahaan itu sendiri.  eksekutif di perusahaanPhar Mor secara sengaja melakukan fraud untuk mendapatkan keuntungan financial yangmasuk ke saku pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan, sangat disayangkankarena perusahaan Phar Mor ini termasuk dalam perusahaan retail terbesar di Amerika Serikatnamun pada bulan Agustus 1992 dinyatakan bangkrut.

Pelanggaran Etika Profesi yang dilakukan oleh Prusahaan Phar Mor Inc 
1. Prinsip Tanggung Jawab
Pihak eksekutif manajemen Phar Mor Inc melanggara prinsip tanggung jawab dalam mengolah perusahaan secara baik dan benar. Sebaiknya sebagai seorang pemimpin dia harus lebih independen dalam menjalankan tugasnya sebagai Top manjemen dalam perusahaan. Namun dia tidak menjalankan tuganya dengan baik dan  mencoba mencari cara untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu.
2. Prinsip integritas moral
Dimana pihak auditor internal sendiri dia tidak tegas dan jujur dalam menjalankan tugasnya sebagai auditor. Tugas auditor sendiri menggungkapkan ketidak wajaran atau kecurangan dalam pembuatan Lapotan Keuangan perushaan namun sebaliknya dia bekerjasama dengan manajemen perusahan untuk memanipulasi Laporan Keuangan perusahaan sehingga merugikan banyak pihak. 
3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional.
Dimana auditor dan pihak eksekutif manajemen menyalagunakan kedudukan dan profesinya serta kompetensinya dibidang tersebut dan dengan sengaja memanipulasi laporan keuangan dengan tidak berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan.
4. Prinsip perilaku profesional
Pihak auditor tidak menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik akuntan publik namun menyimpang dari kode etik dan mengakibatkan kerugian bagi pihak eksternal perusahan dalam hal ini investor, kreditor, pemegang saham demi kepentingan pribadi dan golongan. 
5. Prinsip kerahasiaan
Dimana auditor internal merahasiakan kecurangan yang dilakukan oleh Prusahaan Phar Mor Inc dan bekerja sama untuk menutupi hal tersebut demi kepentingan pribadi dan merugikan banyak pihak.



BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Peran audit program sendri adalah membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit procedures adalah langka-langka untuk melaksanakan pemeriksaannya dan sangkat diperluhkan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Audit procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti yang cukup untuk mendukung pendapat audior atas kewajaran laporan keuangan. 
Pengendalian intern tediri atas lima komponen yang saling terkait berikut ini :
a. Lingkungan Pengendalianmenetapkan corak suatu organisai, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. 
b. Penaksiran Risikoadalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola.
c. Aktivitas Pengendalianadalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manaemen dilaksanakan.
d. Informasi dan Komunikasiadalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
e. Pemantauanadalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.



DAFTAR PUSTAKA

Agoes sukrisno.2015.auditing.Surabaya:Salemba Empat




*Sumber: https://www.academia.edu/40531343/MAKALAH_AUDIT_INTERNAL_CONTROL


Tag : Akuntansi, Lainnya
0 Komentar untuk "Pengendalian dan Audit Internal(Audit Internal Control)"

Back To Top