Hakikat dan Pandangan Manusia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada berbagai macam pandangan para tokoh mengenai manusia, seperti ahli mantik ( logika) menyatakan bahwa manusia adalah “Hayawan Natiq” ( manusia adalah hewan berpikir), seorang ahli filsafat yaitu Ibnu Khaldun menyatakan bahwa manusia itu Madaniyyun bi al-thaba atau manusia adalah makhluk Yang bergantung pada tabiatnya. Sedangkan Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah “Zoon political” atau “ political animal” (manusia adalah hewan yang berpolitik).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang pandangan manusia?
2. Apa saja yang mencakup sifat hakikat manusia?
3. Apa saja dimensi-dimensi hakikat manusia?
4. Bagaimana pengembangan dimensi hakikat manusia?
5. Bagaimana sosok manusia Indonesia seutuhnya?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang pandangan manusia.
2. Mengetahui sifat hakikat manusia.
3. Mengetahui dimensi-dimensi hakikat manusia.
4. Mengetahui pengembangan dimensi hakikat manusia.
5. Mengetahui sosok manusia Indonesia seutuhnya.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pandangan Manusia
Sesungguhnya manusia merupakan makhluk yang palingsempurna di bandingkan dengan makhluk yang lainnya, seperti Malaikat, Jin, Iblis, Hewan, tumbuhan yang telah Allah SWT ciptakan. Manusia dianugrahi akal, perasaan dan kehendak oleh Allah SWT sehingga manusia dapat membedakan hal yang baik dan hal yang buruk.

Hakikat dan Pandangan Manusia

Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang penting dan dapat di pandang dari berbagai segi. Dalam ilmu eksak, manusia adalah kumpulan-kumpulan dari partikel atom yang membentuk jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia. Dalam ilmu sosial, manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan, tidak dapat berdiri sendiri.
 
B. Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Hal ini menjadi keharusan karena pendidikan bukan hanya sekedar soal praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu bersifat ilosofis normatif.
1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil ( jadi bukan hanya gradual ) membedakan manusia dari hewan. Meskipun manusia dan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menanamkan manusia itu zoon politicon ( hewan yang bermasyarakat ). Max Scheller menggambarkan manusia sebagai Das Kranke tier ( Hewan yang sakit ) yang selalu gelisah dan bermasalah. 

Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan dan manusia hanya berbeda secara gradual yaitu suatu perbedaan yang dengan melalui proses rekayasa dapat dibuat sama keadaannya, misalnya air yang karena perubahan temperatur lalu menjadi es. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan, orang hutan dapat dirubah menjadi manusia.

2. Wujud Sifat Hakikat Manusia
Wujud sifat hakikat manusia yang di kemukakan oleh eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:
a.) Kemampuan menyadari diri
Kaum Rasionalisme menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri yang khas atau karakteristik diri. Hal ini yang menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain.

b.) Kemampuan berinteraksi
Manusia merupakan makhluk yang mempunya kemampuan untuk menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menempatkan diri dan menerobos inilah pula yang membedakan manusi sebagai makhluk human dari hewan selaku makhluk inra human, dimana hewan menjadi onderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi manajer terhadap lingkungan. Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya, belajar dari pengalamannya, belajar mengantisispasi suatu keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanak-kanak.

c.) Kata Hati
Kata hati merupakan kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salaj bagi manusia sebagai moral, kata hati kaitannya dengan moral, kata hati merupakan petunjuk bagi moral/perbuatan. Usaha untuk mengubah kata hati yang tumpul menjadi kata yang tajam adalah pendidikan kata hati (gewetan forming). Realisasinya dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian moral yang didasari oleh kata hati yang tajam. 

d.) Moral
Moral  yang sinkron dengan kata hati yang tajam yang benar-benar baik bagi manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi atau luhur. Sebaliknya perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral buruk, lazimnya disebut tidak bermoral.

e.) Tanggung Jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, oleh agama-agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan. Dan uraian ini menjadi jelas betapa pentingnya pendidikan moral bagi peserta didik baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

f.) Rasa Kebebasan (kemerdekaan)
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntuan kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung  dalam keterikatan. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral.

g.) Kesediaan melaksanakan kewajiban dan hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari manusia sebagai mahluk social. Yang satu ada hanya oleh karena adanya yang lain. Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban ( yang pada saat itu belum dipenuhi), begitu sebaliknya.

h.) Kemampuan menghayati kebahagiaan
Adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Penghayatan hidup disebut “kebahagiaan” ini meskipun tidak mudah untuk dijabarkan tetapi tidak sulit untuk dirasakan. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan dari pengalaman-pengalaman yang menyenangkan saja, tetapi lebih dari itu, yaitu merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasaan, dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Pr oses integrasi dari kesemuanya itu (yang menyenangkan maupun yang pahit) menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang disebut “bahagia”.

C. Dimensi – dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang dapat dibagi-bagi (in devide). Tidak ada individu yang identik di muka bumi. Dikatakan bahwa individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya). Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan,cita-cita, kecendurungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda. Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia.
1. Dimensi Kesosialan 
Setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya didalamnya terkandung  unsure memberi dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul.
2. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Kesusilaan diartikan mencangkup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai
3. Dimensi Keberagamaan
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang.

D. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia 
1. Pengembangan yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya. Pengembangan yang utuh dapat dilihat dari segi wujud dimensi dan arah pengembangannya. 

2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan jika ada unsur yang terabaikan. Pengembangan yang tidak utuh mengakibatkan terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap.

E. Sosok Manusia Indonesia yang Seutuhnya
Sosok manusia seutuhnya telah dirumuskan di dalam GBHN mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan didalam rangka pembangunan manusia indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia. Berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahirlah ataupun kepuasan batiniah.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pandangan manusia dan segenap dimensinya hanya di miliki oleh manusia dan tidak terdapat pada mahluk hidup lainnya .Ciri-ciri yang khas tersebut membedakan secara prinsipiil manusia dan mahluk lainnya, adanya pandangan manusia memberikan kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi dari pada mahluk hidup lainnya, salah satu sifat pandangan manusia yang istimewa iyalah adanya kemampuan menghayati kebahagiaan pada manusia, semua pandanga manusia dapat dan harus ditumbuh kembangkan melalui pendidikan, berkat pendidikan maka pandangan manusia dapat ditumbuh kembangkan secara selaras dan berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.



DAFTAR PUSTAKA

Titoraharjo Umar 2005 Pengantar Pendidikan Jakarta Rineka Cipta
Http://sukiman-barcitizen.blogspot.co.id/2013/11/makalah-pengantar-pendidikan-pandangan.html?m=1 16 September 2016





*Sumber: https://www.academia.edu/38458554/MAKALAH_PANDANGAN_MANUSIA


Tag : Filsafat, Lainnya
0 Komentar untuk "Hakikat dan Pandangan Manusia"

Back To Top